Penilaian Prestasi Kerja Dan
Kepuasan Kerja
Pengertian Penilaian Prestasi Kerja
Penilaian
prestasi kerja yang mempunyai beberapa istilah seperti performance
appraisal, employee evaluation, service rating, employee rating, behavioral assessment
dan personal review merupakan kegiatan yang mutlak harus dilaksanakan untuk
mengetahui prestasi yang dapat dicapai oleh setiap karyawan (Hasibuan,
1997:97). Kegiatan penilaian prestasi kerja yang dilakukan ini merupakan
kebijakan manajemen untuk terus menerus merevisi sumber daya manusia yang ada,
yang dalam hal ini karyawan perusahaan itu sendiri. Penilaian prestasi kerja
dilakukan dengan cara membandingkan hasil kerja karyawan dengan deskripsi
pekerjaan yang telah ditetapkan, juga membandingkan hasil kerja yang ada dengan
harapan-harapan dari para atasan. Biasanya kegiatan ini dilakukan dalam suatu
periode tertentu.
Dengan adanya system penilaian prestasi kerja ini dapat memungkinkan setiap
karyawan untuk mengetahui pendapat atasan tentang dirinya, bagaimana agar
prestasinya dapat ditingkatkan di masa yang akan datang. Selanjutnya bagi
perusahaan dapat mengetahui karyawan yang kurang produktif dan menjadi beban
perusahaan sehingga dapat diketahui pembinaan apa yang bisa diberikan, tindakan
perbaikan atas pekerjaan yang telah dilaksanakan serta yang lebih penting
adalah untuk kepentingan yang berhubungan denga masalah ketenagakerjaan seperti
perhatian dan penghargaan, pengakuan, perlakuan yang adil, promosi, penggajian,
training dan lain-lain yang dapat meningkatkan kinerja karyawan.
Dari hasil penilaian prestasi kerja tersebut akan diketahui karyawan yang
berhasil dalam jabatannya dan karyawan yang gagal atau kurang berhasil.
Kriteria yang dipakai untuk menentukan berhasilnya seorang karyawan dalam suatu
jabatan tertentu, dapat digunakan untuk menyusun dasar penilaian yang valid.
Dengan adanya penilaian prestasi kerja ini dapat membantu perusahaan untuk
mengurangi unsur tebak atau kira-kira dalam menilai kegiatan yang dilakukan
oleh seorang karyawan. Untuk lebih jelasnya
akan dapat diuraikan beberapa definisi tentang penilaian prestasi kerja.
“Penilaian prestasi kerja adalah
menilai rasio dari hasil kerja nyata dengan standar baik kualitas maupun
kuantitas yang dihasilkan setiap individu karyawan” (Hasibuan, 1997:97).
“Penilaian
prestasi kerja adalah suatu metode bagi manjemen untuk membuat suatu analisa
yang adil dan jujur tentang nilai karyawan bagi organisasi” (Manullang,
2001:76). Kegiatan ini dapat memperbaiki keputusan-keputusan personalia dan
memberikan umpak balik kepada karyawan tentang pelaksanaan kerja mereka.
Prestasi
kerja adalah perilaku yang ditampilkan oleh individu atau kelompok Sebagai
berikut:
“Ditinjau
dari segi keperilakuan, kebribadian seseorang seiring menampakkan dirinya dalam
berbagai bentuk sikap, cara berfikir dan cara bertindak, berbagai hal yang
mempengaruhi kebribadian seseorang manusia organisasional yang bercermin dalam
perilakunya, yang pada gilirannya akan mempengaruhi pada prestasi kerja”
(Siagian, 1995:219).
Dari beberapa difinisi yang
dikemukakan diatas dapat diketahui, bahwa dengan adanya penilaian prestasi
kerja, maka perusahaan dapat memberikan penilaian yang tepat serta menilai
dalam suatu jangka waktu tertentu mengenai kecakapan dari karyawan yang ada
diperusahaan. Hal ini penilaian prestasi kerja tersebut dapat dijadikan dasar
untuk kenaikan atau pemikiran jabatan, pendapatan, dasar transfer karyawan,
program training dan sebagainya. Kegiatan ini juga dapat memperbaiki
keputusan-keputusan tentang pengolahan sumber daya manusia dan memberi umpan
balik pada karyawan tentang pelaksanaan kerja mereka.
Pada dasarnya penilaian prestasi kerja
merupakan salah satu factor kunci guna mengembangkan suatu perusahaan lebih
efektif dan efesien yang berasal dari pengembangan individu dari karyawan itu
sendiri. Selain itu juga, dengan adanya penilaian prestsai kerja berarti
perusahaan tersebut menunjukkan perhatiannya terhadap karyawannya. Untuk itu
adanya informasi yang relevan dan reliabel tentang prestasi masing-masing
individu. Karena penilain prestasi kerja yang baik akan menghasilkan penilaian
yang sesuai sehingga karyawan akan merasa diperhatikan, dihargai, dan diakui
keberadaannya.
Manfaat
Penilaian Prestasi Kerja
Penilaian
prestasi memiliki manfaat ditinjau dari beragam perspektif pengembangan
perusahaan, khususnya manajenmen sumber daya manusia.
Mangkuprawira (2002:224) mengemukakan manfaat-manfaat
penilaian prestasi kerja sebagai berikut:
a)
Perbaikan prestasi kerja
Umpan balik pelaksanaan kerja
memungkinkan karyawan, manajer dan departemen personalia dapat membetulkan
kegiatan-kegiatan mereka untuk memperbaiki prestasi.
b)
Penyesuaian-penyesuaian prestasi
Penilaian prestasi kerja
membantu para pengambil keputusan dalam menentukan kenaikan upah, pemberian
bonus, dan bentuk kompensasi lainnya.
c)
Keputusan-keputusan penempatan
Promosi,
transfer dan demosi biasanya didasarkan pada prestasi kerja masa lalu atau
antisipasi.
d) Kebutuhan-kebutuhan latihan
dan pengembangan
Prestasi
kerja yang jelek mungkin menunjukkan kebutuhan latihan. Demikian juga prestasi
yang baik mungkin mencerminkan relensi yang harus dikembangkan.
e)
Perencanaan dan pengembangan karier
Umpak
balik prestasi mengarahkan keputusan-keputusan karier, yaitu tentang jalan
karir tertentu yang harus diteliti.
f)
Penyimpangan-penyimpangan proses staffing
Prestasi
kerja yang baik atau jekek mencerminkan kelemahan atau kekuatan prosedur staffing
diparlemen personalia.
g)
Ketidakakuratan informasional
Prestasi
kerja yang baik mungkin menunjukkan kesalahan-kesalahan dalam informasi
analisis jabatan, rencana-rencana sumber daya manusia, atau komponen lain
sistem informasi manajemen perusahaan.
h)
Kesempatan kerja yang adil
Penilaian
prestasi kerja, kerja secara akurat akan menjamin keputusan-keputusan
penempatan internal diambil tanpa diskriminasi.
i)
Kesalahan-kesalahan desain pekerjaan
Prestasi
kerja yang jelek mungkin merupakan suatu tanda kesalahan dalam desain
pekerjaan. Penilaian prestasi kerja membantu mendiaknosa
kesalahan-kesalahan tersebut.
j)
Tantangan-tantangan eksternal
Kadang-kadang
prestasi kerja dipengaruhi oleh faktor-faktor di luar lingkungan kerja. Dengan
penilaian prestasi kerja, departemen personalia mungkin dapat menawarkan
bantuan.
k)
Umpan Balik pada SDM
Kinerja
yang baik dan buruk diseluruh organisasi mengindikasikan bagaiman baiknya
fungsi departemen SDM diterapkan.
Tujuan Penilain Prestasi Kerja
Berdasarkan
hasil tinjauan pustaka dapat dikemukakn bahwa penilaian prestasi dilakukan
untuk memperoleh informasi yang berguna dalam pengambilan keputusan yang
berkaitan dengna kegiatan manjer sumber daya manusia (SDM) yang lain, penarikan
dan seleksi, pengembangna SDM, perencanaan dan pengembangan karier,
program-program kompensasi, promosi, demosi, pension, dan pemecatan
(panggabean, 2002:67)
Walaupun diakui bajhwa penilian prestasi banyak
manfaatnya, namun masih banyak pimpinan yang tidak bersedia melakukannya.
Adapun yang menyebabkannya antara lain adalah sebagai berikut.
1. pihak penilai tidak merasa memiliki. Perasaan ini muncul
karena tidak dilibatkan dalam penentuan sistem penilaian, tidak dilatih untuk
dapat menggunakan sistem yang ada, dan usulan mereka terhadap sistem yang ada
tidak diperhitungkan.
1. pimpinan enggan untuki memberikan nilai yang buruk kepada
karyawan mereka, khususnya kepada orang yang mereka sukai secara pribadi.
1. jika hasil penilaiannya buruk, pihak karyawan tidak
menerimanya. Penilaian yang buruk cenderung menimbulkan reaksi untuk bertahan
atau bermusuhan daripada untuk mendorang meningkatkan kinerja karyawan.
1. pimpinan maupun bawahan menyadari bahwa penilaian yang
buruk mempengaruhi karier seseorang.
1. dalam kenyataannya proses penilaian prestasi tidak
dimanfaatkan untuk menentukan kebijaksanaan dalam memberikan penghargaan.
1. pimpinan ragu-ragu untuk memberikan penilain yang buruk
karena takut dinilai tidak mampu untuk memilih dan mengembangkan karyawan.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penilaian Prestasi
Kerja
Menurut (Mangkunegara, 2004:67) Faktor yang mempengaruhi
pencapaian prestasi adalah faktor kemampuan (ability) dan faktor
motivasi (motivation).
1. faktor kemampuan
Secara
psikologis, kemampuan (ability) pegawai terdiri dari kemampuan potensi
(IQ) dan kemampuan reality (knowledge+skill). Artinya, pegawai yang memiliki IQ
diatas rata-rata (IQ 110-120) dengan pendidikan yang memadahi untyuk jabatannya
dan terampil dalam mengerjakan pekerjaan sehari-hari, maka ia akan lebih mudah
mencapai kinerja yang diharapkan. Oleh karena itu, pegawai perlu
ditempatkan pada pekerjaan yang sesuai dengan keahlian (the righ man in the
righ place, the righ man on the righ job).
2. faktor motivasi
motivasi terbentuk dari
sikap (atitude) seorang pegawai dalam menghadapi situasi (situation)
kerja. Motivasi merupakan kondisi yang menggerakkan dari pegawai yang terarah
untuk mencapai tujuan organisasi (tujuan kerja).
Sikap mentaol merupakan
kondisi mental yang mendorong diri pegawai untuk berusaha mencapai prestasi
kerja secara maksimal.
Alasan Diadakannya Penilaian Prestasi Kerja
Pada umumnya orang-orang yang berkecimpung dalam
manajemen sumber daya manusia sependapat bahwa penilaian prestasi kerja para
pegawai merupakan bagian penting dari seluruh proses kekeyaan pegawai yang
bersangkutan. Pentingnya penilaian prestasi kerja yang rasional dan diterapkan
secara objektif terlihat pada paling sedikit dua kepentingan, yaitu kepentingan
organisasi dan kepentingan pegawai yang bersangkutan (Siagian, 1997:223)
Menurut Dessler (1997: 2) mengemukakan ada beberapa
alasan diadakannya penilaian prestasi kerja, yaitu:
- Penilain
memberikan informasi tentang dapat dilakukan promosi dan penetapan gaji.
- Penilaian
memberi suatu peluang bagi anda dan bawahan anda untuk meninjau perilaku yang
berhubungan dengan kerja bawahan.
Ruang Lingkup Penilain Prestasi Kerja
Banyak perusahaaan atau organisasi yang beranggapan bahwa
penilaian prestasi kerja karyawan merupakan bagian penting dari seluruh proses
kekayaan karyawan yang bersangkutan (Siagian, 1997:223). Pentingnya penilaian
prestasi kerja yang rasional dan diterapkan secara objektif terlihat pada
paling sedikit dan kepentingan perusahaan atau organisasi.
Bagi karyawan yang bersangkutan, penilaian prestasi kerja
tersebut berperan sebagai umpan balik dari berbagai hal, misalnya saja
kemampuan, pengalaman, keahlian, dan potensinya yang pada gilirannya akan
bermanfaat untuk memelihara tujuan jalur rencana dan pengembangan karirnya.
Dan bagi perusahaan, hasil dari penilaian prestasi kerja
tersebut sangat penting arti dan peranannya dalam mengambil keputusan tentang
berbagai hal, misalnya saja sebagai informasi akan kebutuhan program pendidikan
dan pelatihan, rekrutmen, penempatan, promosi, untuk menentukan system imbalan,
dan berbagai aspek lain dari keseluruhan proses manajemen sumber daya manusia
secara efektif dan efisien.
Menurut Hasibuan (1997:98), untuk mengetahui ruang
lingkungan penilaian prestasi kerja dapat dilakukan dengan menjawab beberapa
pertanyaan yang dirumuskan sebagai berikut:
5W + 1 H, yaitu
: What, Who, Why, When, Where dan How.
a)
What (Apa)
Pertanyaan “apa” mengatur kita untuk mengetahui
factor-faktor dan dalam dimensi “apa yang harus dinilai” dari seorang karyawan
Untuk menjawab pertanyaan “apa yang harus dinilai“ ini,
orientasinya dapat dikaitkan dengan:
- Obyeknya,
yaitu bahwa yang menjadi objek penilaian adalah manusia dengan berbagai
kemampuan, sikap, pandangan, dan berbagai keistimewaan yang dimiliki
masing-masing
- Dimensi
waktunya, yaitu bahwa yang dinilai adalah prestasi yang dicapai pada saat ini (current
performance) dan potensi yang dapat di kembangkan pada waktu yang akan
datang (future potencial). Dengan demikian apa yang diukur dan dinilai
tidak saja menyangkut waktu sekarang tetapi juga yang penting diketahui, adalah
bagaimana prospeknya untuk waktu yang akan datang.
Spesifikasi, yaitu bahwa factor-faktor yang dinilai adalah sifat, karakter,
perangai (personal traits) dari karyawan
yang bersangkutang, seperti kecerdasan, agresifitas, kemalangan jiwa, kemampuan
mengambil, kepuasan dan tingkat pencapaian sasaran atau hasil dari kegiatan (perfonmance
result
Kepuasan Kerja
Aspek-aspek yang dapat membentuk kepuasan kerja
karyawan antara lain; faktor individual; faktor hubungan antar
karyawan; faktor eksternal. Aspek tersebut memberikan motivasi agar
kepuasan kerja tercapai bagi karyawan adalah kewajiban setiap pemimpin perusahaan,
karena kepuasan kerja merupakan faktor yang diyakini dapat mendorong dan
mempengaruhi semangat kerja karyawan agar karyawan dapat bekerja dengan baik
dan secara langsung akan mempengaruhi prestasi karyawan. Seorang manajer juga
dituntut agar memberikan suasana kerja yang baik dan menyenangkan juga jaminan
keselamatan kerja sehingga karyawan akan merasa terpuaskan.
Faktor-faktor yang dapat menimbulkan kepuasan
kerja menurut Harold E. Burt adalah (Moh. As’ad, 1980 : 109);
1. Faktor Individual; umur, jenis kelamin dan
sikap pribadi terhadap pekerjaan.
2. Faktor Hubungan Antar Karyawan; hubungan
antara manajer dan karyawan, hubungan sosial diantara sesama karyawan, sugesti
dari teman sekerja, faktor fisik dan kondisi tempat kerja, emosi dan situasi
kerja.
3. Faktor Eksternal; keadaan keluarga, rekreasi,
pendidikan.
Kepuasan kerja pada dasarnya merupakan hal yang bersifat
individual. Setiap individu memiliki tingkat kepuasan yang berbeda-beda sesuai
dengan keinginan dan sistem nilai yang dianutnya. Semakin banyak aspek dalam
pekerjaannya yang sesuai dengan keinginan dan sistem nilai yang dianut
individu, semakin tinggi tingkat kepuasan yang didapat. Demikian pula
sebaliknya, semakin banyak aspek dalam pekerjaannya yang tidak sesuai dengan
keinginan dan sistem nilai yang dianut individu, semakin rendah tingkat
kepuasan yang didapat.
Kepuasan kerja menjadi menarik untuk diamati karena manfaat
yang bisa didapat, baik untuk individu maupun untuk kepentingan industri. Bagi
individu diteliti tentang sebab dan sumber kepuasan kerja, serta usaha yang
dapat dilakukan untuk meningkatkan kepuasan kerja individu. Sedangkan
bagi industri, penelitian dilakukan untuk kepentingan ekonomis, yaitu
pengurangan biaya produksi dan peningkatan produksi yang dihasilkan dengan
meningkatkan kepuasan kerja. Kepuasan kerja adalah keadaan emosional yang
menyenangkan dengan mana para karyawan memandang pekerjaan mereka. Kepuasan
kerja mencerminkan perasaan seseorang terhadap pekerjaannya. Ini nampak dari sikap
karyawan terhadap pekerjaan dan segala sesuatu di lingkungan kerjanya.
Secara empirik dapat dikatakan bahwa ada hubungan positif
antara kepuasan kerja dengan produktivitas. Kepuasan kerja yang tinggi dapat
membuat karyawan bekerja dengan lebih baik yang pada akhirnya akan
meningkatkan produktivitas. Kepuasan kerja juga penting untuk aktualisasi diri.
Karyawan yang tidak mendapatkan kepuasan kerja tidak akan mencapai kematangan
psikologis. Karyawan yang mendapatkan kepuasan kerja yang baik biasanya mempunyai
catatan kehadiran, perputaran kerja dan prestasi kerja yang baik dibandingkan
dengan karyawan yang tidak mendapatkan kepuasan kerja. Oleh karena itu kepuasan
kerja memiliki arti yang sangat penting untuk memberikan situasi yang kondusif
di lingkungan perusahaan.
Ada banyak faktor yang mempengaruhi prestasi kerja
karyawan. Karyawan bekerja secara produktif atau tidak tergantung pada
motivasi, kepuasan kerja, tingkat stress,
kondisi fisik pekerjaan, sistem kompensasi, desain pekerjaan dan aspek-aspek
ekonomis, teknik serta perilakunya yang lain. Cara yang paling banyak
diterapkan untuk meningkatkan prestasi kerja karyawan adalah dengan memberikan
upah dan gaji yang cukup dan layak dengan memperhatikan aspek kemanusiaan dan
keadilan. Selain itu juga perlu memberikan kesempatan karyawan untuk maju
sehingga dengan demikian karyawan akan mendapatkan kepuasan tersendiri dalam
bekerja. Semangat kerja timbul jika karyawan mempunyai keinginan untuk maju dan
berkembang.
Istilah prestasi mengandung berbagai macam pengertian.
Prestasi dapat ditafsirkan sebagai “arti penting suatu pekerjaan”; “tingkat
keterampilan yang diperlukan”; “ kemajuan dan tingkat penyelesaian “ dari suatu
pekerjaan. Penilaian prestasi kerja merupakan pengawasan terhadap kualitas
personal. Menurut T. Hani Handoko
(1995 : 135)
penilaian prestasi kerja adalah “proses melalui mana
organisasi-organisasi mengevaluasi atau menilai prestasi kerja karyawan ”
PT Mirota KSM INC Yogyakarta merupakan perusahaan yang
memproduksi Susu Instant. Perusahaan ini dalam melakukan proses produksi banyak
menerapkan tehnologi tinggi sehingga karyawan diharapkan untuk mampu
mengoperasionalkan peralatan perusahaan dengan baik dan benar. Dengan demikian
diharapkan operasi perusahaan berjalan dengan lancar dan tepat sesuai dengan
waktu yang telah ditentukan.
Akan tetapi ini tentunya membutuhkan karyawan
yang dapat terpuaskan oleh kebijaksanaan perusahaan yang diterapkan, tidak
sekedar kemampuan karyawan dalam menjalankan peralatan perusahaan. Dengan
demikian karyawan akan menjalankan tugasnya dengan baik, jarang absen, dan
memiliki semangat yang tinggi. Pada akhirnya ini akan mewujudkan prestasi kerja
karyawan yang lebih baik, sehingga berpengaruh positif terhadap pencapaian
tujuan perusahaan, untuk itu tugas pimpinan untuk memotivasi bawahanya
agar dicapai kepuasan kerja.
Masalah yang kemudian timbul adalah kepuasan kerja
menyebabkan pelaksanaan kerja yang lebih baik ataukah sebaliknya, kerja yang
baik menimbulkan kepuasan kerja yang tinggi. Banyak pendapat yang mengemukakan
bahwa kepuasan kerja ditimbulkan oleh prestasi kerja. Kerja yang baik akan
memberi penghargaan yang tinggi. Dilain pihak, bila penghargaan yang dipandang
tidak cukup akan suatu tingkat prestasi kerja akan menurunkan kepuasan kerja.
No comments:
Post a Comment