GLOBALISASI DALAM KEHIDUPAN BERBANGSA DAN BERNEGARA | pembelajaran Pkn Bab 3. Kls XII
GLOBALISASI DALAM KEHIDUPAN BERBANGSA DAN BERNEGARA
PENGERTIAN GLOBALISASI
Globalisasi adalah sebuah istilah yang memiliki hubungan dengan peningkatan ketertarikan dan ketergantunagn antarbangsa dan antar manusia diseluruh dunia melalui perdagangan, investasi, perjalanan, budaya popular, dan bentuk-bentuk interaksi yang alin sehingga batas-batas suatu Negara menjadi semakin sempit. Globalisasi adalah suatu proses dimana antar individu, anarkelompok, dan antarnegara saling berinteraksi, bergantung, terkait, dan memengaruhi satu sama l;ain yang melintas batas Negara dalam banyak hal, globalisasi mempunyai banyak karakteristik yang sama dengan internasionalisasi sehingga kedua istilah ini sering dipertukarkan. Sebagian pihak sering menggunakan istilah globalisasi yang dikaitkan dengan berkurangnya peran Negara atau batas-batas Negara.
Menurut asalo katanya, kata “globalisasi” diambil dari kata global, yang maknanya ialah universal. Achmad Suparman menyatakan Globalisasi adalah suatu proses menjadikan sesuatu (benda atau prilaku) sebagai cirri dari setiap individu di dunia ini tanpa dibatasi oleh wilayah globalisasi belum memiliki definisi yang mapan, kecuali sekedar definisi kerja (working definitation), sehingga bergantung dari sisi mana orang melihatnya. Ada yang memandangnya sebagai suatu proses social, atau proses sejarah, atau proses alamiah yang akan membawa seluruh bangsa dan negara di dunia makain terikat satu sama lain, mewujudkan suatu tatanan kehidupan baru atau kesatuan ko-eksitensi dengan menyingkirkan batas-batas geografis, ekonomi dan budaya masyarakat.
Disisi lain ada yang melihat globalisasi sebagai sebuah proyek yang diusung oleh negara-negara adikuasa, seingga bisa saja orang memiliki pandangan negative atau curiga terhadapnya. Dari sudut pandang ini, globalisasi tidak lain adalah kapitalisme dalam bentuk yang paling mutakhir. Negara-negara yang kuat dan kaya praktis akan mengendalikan ekonomi dunia dan negara-negara kecil makin tidak berdaya karena tidak mampu bersaing. Sebab, globalisasi cenderung berpengaruh besar terhadap perekonomian dunia, bahkan berpengaruh terhadap bidang-bidang lain seperti budaya dan agama. Theodore Levitte merupakan orang pertama kali menggunakan istilah globalisasi pada tahun 1985.
Scholte melihat bahwa ada beberapa definisi yang dimaksudkan orang dengan globalisasi:
· Internasionalisas : Globalisasi diartikan sebagai meningkatnya hubungan internasional. Dalam hal ini masing-masing negara tetap mempertahankan identitasnya masing-masing, namun menjadi semakin tergantung satu sama lain.
· Liberalisasi : Globalisasi juga diartikan dengan semakin diturunkan batas antar negara, misalnya hambatan tarif ekspor impor, lalu lintas devisa, maupun migrasi.
· Uiversalisasi : Globalisasi juga digambarkan sebagai semakin tersebarnya hal material maupun immaterial keseluruh dunia. Pengalaman disatu lokalitas dapat menjadi pengalaman seluruh dunia.
· Westernisasi : westernisasi adalah salah satu bentuk dari universalisasi dengan semakin menyebarnya pikiran dan budaya dari barat sehingga mengglobal.
· Hubungan transplanetari dan suprateriorialitas : Arti kelima ini berbeda dengan keempat definisi di atas. Pada empat definisi pertama, masing-masing negara masih mempertahankanstatus ontologinya. Pada pengertian yang kelima, dunia global memiliki status ontology sendiri, bukan sekedar gabungan negara-negara.
Adapun konsep globalisasi menurut pendapat para ahli adalah :LAURENCE E.ROTHENBERG Globalisasi adalah percepatan dan intensifikasiinteraksi dan integrasiantara orang-orang,perusahaan,dan pemerintah dari Negara yang berbeda.Selo Soemardjan : globalisasi adalah suatu proses terbentuknya sistem organisasidan komunikasi antarmasyarakat di seluruh dunia. Tujuan globalisasi adalahuntuk mengikuti sistem dan kaidah-kaidah tertentu yang sama misalnya bentuknya PBB, OKI3.Achmad Suparman. Globalisasi adalah suatu proses menjadikan sesuatu (bendaatau perilaku) sebagai ciri dari setiap individu di dunia ini tanpa dibatasi oleh wilayah Scholte. Globalisasi diartikan sebagai meningkatnya hubungan internasional.Dalam hal ini masing-masing negara tetap mempertahankan identitasnya masing-masing, namun menjadi semakin tergantung satu sama lain.Scholte. Globalisasi juga diartikan dengan semakin diturunkankan batas antar negara, misalnya hambatan tarif ekspor impor, lalu lintas devisa, maupun migrasi.Leonor Briones. Demokrasi bukan hanya dalam bidang perniagaan dan ekonominamun juga mencakup globalisasi institusi-institusi demokratis, pembangunansosial, hak asasi manusia, dan pergerakan wanita.Scholte. Globalisasi juga digambarkan sebagai semakin tersebarnya hal materialmaupun imaterial ke seluruh dunia. Pengalaman di satu lokalitas dapat menjadi pengalaman seluruh dunia.Steger. kondisi sosial yang ditandai dengan adanya interkoneksi ekonomi, politik, budaya, dan lingkungan global dan arus yang membuat banyak dari perbatasansaat ini sudah ada dan batas-batas tidak relevan.Anthony Giddens (1989), proses peningkatan kesalingtergantungan masyarakatdunia dinamakan dengan globalisasi. Ditandai oleh kesenjangan tingkatkehidupan antara masyarakat industri dan masyarakat dunia ketiga(yang pernahdijajah Barat dan mayoritas hidup dari pertanian). Emanuel Ritcher. Globalisasi adalah jaringan kerja global secara bersamaanmenyatukan masyarakat yang sebelumnya terpencar-pencar dan terisolasikedalam saling ketergantungan dan persatuan dunia.Beerkens Keterkaitan seluruh dunia antara negara-bangsa menjadi dilengkapidengan globalisasi sebagai sebuah proses di mana pengaturan sosial dasar (sepertikekuasaan, budaya, pasar, politik, hak, nilai, norma, ideologi, identitas,kewarganegaraan, solidaritas) menjadidisembedded dari spasial mereka konteks(terutama negara-bangsa) karena,massification percepatan, difusi flexibilisation,dan perluasan arus transnasional orang,produk, gambar dan informasi keuangan Tom G.Palmer.globalisasi sebagai "penyusutan atau penghapusan negara-diberlakukan pembatasan pertukaran lintas batas dan sistem global yang semakinterintegrasi dan kompleksproduksi dan pertukaran yang telah muncul sebagaiakibat.Lucian W.Pye. Globalisasi sebagai sebuah gejala tersebarnya nilai-nilai dan budaya tertentu keseluruh dunia (sehingga menjadi budaya dunia atau worldculture).Takis Fotopoulos. globalisasi ekonomi "sebagai pembukaan dan deregulasi pasar komoditas, modal dan tenaga kerja yang menyebabkan globalisasi neoliberal ini."globalisasi politik "bernamamunculnya elit transnasional dan keluar pentahapandari negara-bangsa." globalisasibudaya "adalah homogenisasi budaya di seluruhdunia.Joseph Stiglitz. Globalisasi "adalah integrasi lebih dekat dari negara dan penduduk dunia dibawa oleh pengurangan besar biaya transportasi dankomunikasi, dan dipatahkannya rintangan buatan untuk arus barang,jasa, modal, pengetahuan, dan orang di seluruh perbatasan. Thomas L.Friedman. Globlisasi memiliki dimensi ideology dan teknlogi.Dimensi teknologi yaitu kapitalisme dan pasar bebas, sedangkan dimensiteknologi adalah teknologi informasi yang telah menyatukan dunia.Merriam Webster Dictionary. perkembangan ekonomi global yang semakinterintegrasi ditandai terutama oleh perdagangan bebas, arus modal yang bebas,dan menekan lebih murah pasar tenaga kerja asing. Dr.Nayef R.F. Al-Rodhan. Globalisasi adalah proses yang meliputi penyebab,kasus, dan konsekuensi dari integrasi transnasional dan transkultural kegiatanmanusia dan non-manusia.Malcom Waters. Globalisasi adalah sebuah proses sosial yang berakibat bahwa pembatasan geografis pada keadaan sosial budaya menjadi kurang penting, yangterjelma didalam kesadaran orang.Anthony Giddens. globalisasi sebagai 'intensifikasi hubungan sosial seluruh duniayang menghubungkan daerah yang jauh dalam sedemikian rupa sehinggakejadian lokal dibentuk oleh peristiwa yang terjadi bermil-mil jauhnya dansebaliknya'.Peter Drucker. menyebutkan globalisasi sebagai zaman transformasi sosial.Wikipedia Ensiklopedia. Globalisasi atau penyejagatan adalah sebuah istilah yangmemiliki hubungan dengan peningkatan keterkaitan dan ketergantungan antar bangsa dan antar manusia di seluruh dunia melalui perdagangan, investasi, perjalanan, budaya populer, dan bentuk-bentuk interaksiyang lain sehingga batas-batas suatunegaramenjadi semakin sempit.Princenton N.Lyman.Globalisasi adalah pertumbuhan yang sangat cepat atassaling ketergantungan dan hubungan antara Negara-negara didunia dalam hal perdagangan dan keuangan.A.G. McGrew. Globalisasi adalah proses dimana berbagai peristiwa, keputusan,dan kegiatan di belahan dunia yang satu dapat membawa konsekuensi penting bagi berbagai individu dan masyarakat di belahan dunia yang lain.Albrow.Globalisasi mengacu pada semua proses dimana masyarakat duniadimasukkan ke dalam sebuah masyarakat tunggal dunia, masyarakat global.Wartawan Thomas L. Friedman mempopulerkan "dunia datar" istilah, dengan alasan bahwa perdagangan global, outsourcing, pasokan-chaining, dan kekuatan politik secara permanen mengubah dunia, untuk lebih baik dan lebih buruk. Ia menegaskan bahwa laju globalisasi yang mempercepat dan dampaknya terhadap organisasi bisnis dan praktek akan terus tumbuh.Adanya globalisasi mampu membuat dunia tampak sempit, dahulu apabila kita akan menonton siaran sepak bola kita harus ke negara yang mengadakan pertandingan. Tapi sekarang kita tidak perlu kemana-mana, kita cukup melihat di televisi. Ketika akan menghubungi seseorang kita harus bertemu dengan orang tersebut, tetapi sekarang dengan adanya pesawat telepon kita tidak perlu bertemu langsung cukup berbicara melalui telepon saja. Adanya globalisasi membawa manfaat bagi umat manusia tetapi ada juga dampak buruknya.
Sejarah Globalisasi
Banyak sejarawan yang menyebut globalisasi sebagai fenomena di abad ke-20 ini yang dihubungkan dengan bangkitnya ekonomi internasional. Padahal interaksi dan globalisasi dalam hubungan antar bangsa di dunia telah ada sejak berabad-abad yang lalu. Bila ditelusuri, benih-benih globalisasi telah tumbuh ketika manusia mulai mengenal perdagangan antar negeri sekitar tahun 1000 dan 1500 M. Saat itu, para pedagang dari Tiongkok dan India mulai menelusuri negeri lain baik melalui jalan darat (seperti misalnya jalur sutera) maupun jalan laut untuk berdagang. Fenomena berkembangnya perusahaan McDonald di seluroh pelosok dunia menunjukkan telah terjadinya globalisasi. Fase selanjutnya ditandai dengan dominasi perdagangan kaum muslim di Asia dan Afrika. Kaum muslim membentuk jaringan perdagangan yang antara lain meliputi Jepang, Tiongkok, Vietnam, Indonesia, Malaka, India, Persia, pantai Afrika Timur, Laut Tengah, Venesia, dan Genoa. Di samping membentuk jaringan dagang, kaum pedagang muslim juga menyebarkan nilai-nilai agamanya, nama-nama, abjad, arsitek, nilai sosial dan budaya Arab ke warga dunia. Fase selanjutnya ditandai dengan eksplorasi dunia secara besar-besaran oleh bangsa Eropa. Spanyol, Portugis, Inggris, dan Belanda adalah pelopor-pelopor eksplorasi ini. Hal ini didukung pula dengan terjadinya revolusi industri yang meningkatkan keterkaitan antar bangsa dunia. berbagai teknologi mulai ditemukan dan menjadi dasar perkembangan teknologi saat ini, seperti komputer dan internet. Pada saat itu, berkembang pula kolonialisasi di dunia yang membawa pengaruh besar terhadap difusi kebudayaan di dunia. Semakin berkembangnya industri dan kebutuhan akan bahan baku serta pasar juga memunculkan berbagai perusahaan multinasional di dunia. Di Indinesia misalnya, sejak politik pintu terbuka, perusahaan-perusahaan Eropa membuka berbagai cabangnya di Indonesia. Freeport dan Exxon dari Amerika Serikat, Unilever dari Belanda, British Petroleum dari Inggris adalah beberapa contohnya. Perusahaan multinasional seperti ini tetap menjadi ikon globalisasi hingga saat ini. Fase selanjutnya terus berjalan dan mendapat momentumnya ketika perang dingin berakhir dan komunisme di dunia runtuh. Runtuhnya komunisme seakan memberi pembenaran bahwa kapitalisme adalah jalan terbaik dalam mewujudkan kesejahteraan dunia. Implikasinya, negara negara di dunia mulai menyediakan diri sebagai pasar yang bebas. Hal ini didukung pula dengan perkembangan teknologi komunikasi dan transportasi. Alhasil, sekat-sekat antar negara pun mulai kabur.
Proses Globalisasi
Globalisasi sebagai suatu proses bukanlah suatu fenomena baru karena proses globalisasi sebenarnya telah ada sejak berabad-abad lamanya.Di akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20 arus globalisasi semakin berkembang pesat di berbagai negara ketika mulai ditemukan teknologi komunikasi, informasi, dan transportasi.Loncatan teknologi yang semakin canggih pada pertengahan abad ke-20 yaitu internet dan sekarang ini telah menjamur telepon genggam (handphone) dengan segala fasilitasnya.Bagi Indonesia, proses globalisasi telah begitu terasa sekali sejak awal dilaksanakan pembangunan. Dengan kembalinya tenaga ahli Indonesia yang menjalankan studi di luar negeri dan datangnya tenaga ahli (konsultan) dari negara asing, proses globalisasi yang berupa pemikiran atau sistem nilai kehidupan mulai diadopsi dan dilaksanakan sesuai dengan kondisi di Indonesia.Globalisasi secara fisik ditandai dengan perkembangan kota-kota yang menjadi bagian dari jaringan kota dunia. Hal ini dapat dilihat dari infrastruktur telekomunikasi, jaringan transportasi, perusahaan- perusahaan berskala internasional serta cabang-cabangnya.
Banyak sejarawan yang menyebut globalisasi sebagai fenomena di abad ke-20 ini yang dihubungkan dengan bangkitnya ekonomi internasional. Padahal interaksi dan globalisasi dalam hubungan antar bangsa di dunia telah ada sejak berabad-abad yang lalu. Bila ditelusuri, benih-benih globalisasi telah tumbuh ketika manusia mulai mengenal perdagangan antar negeri sekitar tahun 1000 dan 1500 M. Saat itu, para pedagang dari Tiongkok dan India mulai menelusuri negeri lain baik melalui jalan darat (seperti misalnya jalur sutera) maupun jalan laut untuk berdagang. Fenomena berkembangnya perusahaan McDonald di seluroh pelosok dunia menunjukkan telah terjadinya globalisasi. Fase selanjutnya ditandai dengan dominasi perdagangan kaum muslim di Asia dan Afrika. Kaum muslim membentuk jaringan perdagangan yang antara lain meliputi Jepang, Tiongkok, Vietnam, Indonesia, Malaka, India, Persia, pantai Afrika Timur, Laut Tengah, Venesia, dan Genoa. Di samping membentuk jaringan dagang, kaum pedagang muslim juga menyebarkan nilai-nilai agamanya, nama-nama, abjad, arsitek, nilai sosial dan budaya Arab ke warga dunia. Fase selanjutnya ditandai dengan eksplorasi dunia secara besar-besaran oleh bangsa Eropa. Spanyol, Portugis, Inggris, dan Belanda adalah pelopor-pelopor eksplorasi ini. Hal ini didukung pula dengan terjadinya revolusi industri yang meningkatkan keterkaitan antar bangsa dunia. berbagai teknologi mulai ditemukan dan menjadi dasar perkembangan teknologi saat ini, seperti komputer dan internet. Pada saat itu, berkembang pula kolonialisasi di dunia yang membawa pengaruh besar terhadap difusi kebudayaan di dunia. Semakin berkembangnya industri dan kebutuhan akan bahan baku serta pasar juga memunculkan berbagai perusahaan multinasional di dunia. Di Indinesia misalnya, sejak politik pintu terbuka, perusahaan-perusahaan Eropa membuka berbagai cabangnya di Indonesia. Freeport dan Exxon dari Amerika Serikat, Unilever dari Belanda, British Petroleum dari Inggris adalah beberapa contohnya. Perusahaan multinasional seperti ini tetap menjadi ikon globalisasi hingga saat ini. Fase selanjutnya terus berjalan dan mendapat momentumnya ketika perang dingin berakhir dan komunisme di dunia runtuh. Runtuhnya komunisme seakan memberi pembenaran bahwa kapitalisme adalah jalan terbaik dalam mewujudkan kesejahteraan dunia. Implikasinya, negara negara di dunia mulai menyediakan diri sebagai pasar yang bebas. Hal ini didukung pula dengan perkembangan teknologi komunikasi dan transportasi. Alhasil, sekat-sekat antar negara pun mulai kabur.
Proses Globalisasi
Globalisasi sebagai suatu proses bukanlah suatu fenomena baru karena proses globalisasi sebenarnya telah ada sejak berabad-abad lamanya.Di akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20 arus globalisasi semakin berkembang pesat di berbagai negara ketika mulai ditemukan teknologi komunikasi, informasi, dan transportasi.Loncatan teknologi yang semakin canggih pada pertengahan abad ke-20 yaitu internet dan sekarang ini telah menjamur telepon genggam (handphone) dengan segala fasilitasnya.Bagi Indonesia, proses globalisasi telah begitu terasa sekali sejak awal dilaksanakan pembangunan. Dengan kembalinya tenaga ahli Indonesia yang menjalankan studi di luar negeri dan datangnya tenaga ahli (konsultan) dari negara asing, proses globalisasi yang berupa pemikiran atau sistem nilai kehidupan mulai diadopsi dan dilaksanakan sesuai dengan kondisi di Indonesia.Globalisasi secara fisik ditandai dengan perkembangan kota-kota yang menjadi bagian dari jaringan kota dunia. Hal ini dapat dilihat dari infrastruktur telekomunikasi, jaringan transportasi, perusahaan- perusahaan berskala internasional serta cabang-cabangnya.
Faktor-faktor Terjadinya Globalisasi
Berkembang pesatnya Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) adalah pendukung utama bagi terselenggaranya globalisasi. Dengan dukungan teknologi informasi dan komunikasi, informasi dalam bentuk apapun dan untuk berbagai kepentingan, dapat disebarluaskan dengan mudah sehingga dapat dengan cepat mempengaruhi cara pandang dan gaya hidup hingga budaya suatu bangsa.selain hal tersebut globalisasi dapat terjadi karena hal lain seperti: Globalisasi terjadi karena faktor-faktor nilai budaya luar, seperti: a. selalu meningkatkan pengetahuan b.etos kerja; c. patuh hukum; d. kemampuan memprediksi; e. kemandirian; f. efisiensi dan produktivitas; g. keterbukaan; h. keberanian bersaing; dan i. rasionalisasi; j. manajemen resiko.
Globalisasi terjadi melalui berbagai saluran, di antaranya: a). lembaga pendidikan dan ilmu pengetahuan; b). lembaga keagamaan; c). indutri internasional dan lembaga perdagangan; d). wisata mancanegara; e). saluran komunikasi dan telekomunikasi internasional; f). lembaga internasional yang mengatur peraturan internasional; dan g). lembaga kenegaraan seperti hubungan diplomatik dan konsuler.
B. DAMPAK GLOBALISASI
Adanya globalisasi mampu membuat dunia tampak sempit, dahulu apabila kita akan menonton siaran sepak bola kita harus ke negara yang mengadakan pertandingan. Tapi sekarang kita tidak perlu kemana-mana, kita cukup melihat di telivisi. Ketika akan menghubungi seseorang kita harus bertemu dengan orang tersebut, tetapi sekarang dengan adanya pesawat telepon kita tidak perlu bertemu langsung cukup berbicara melalui telepon saja. Adanya globalisasi membawa manfaat bagi manusia tetapi juga dampak buruknya.
· Dampak Globalisasi di Bidang Social dan Budaya
Semakin bertambah globalnya berbagai nilai budaya kaum kapitalis dalam masyarakat dunia. Merabaknya gaya berpakaian barat di negara-negara berkembang. Menjamurnya produksi film dan music dalam bentuk kepingan CD/VCD atau DVD. Dampak positif globalisasi dibidang social adalah para generasi muda mampu mendapatkan sarana-sarana yang memungkinkan mereka memperolrh informasi dan berhubungan dengan lebih efisien dengan jangkauan yang lebih luas. Adapun dampak negatifnya adalah generasi muda yang tidak siap akan adanya informasi dengan sumber daya yang rendah hanya akan meniru hal-hal yang tidak baik seperti adanya bentuk-bentuk kekerasan, tawuran, melukis di tembok-tembok, dan lain-lain. Dengan adanya fasilitas yang canggih membuat seseorang enggan untuk berhubungan dengan orang lain sehingga rasa kebersamaan banyak berkurang. Manfaat globalisasi diantaranya adalah informasi yang dapat diperoleh secara mudah, cepat, dan lengkap dari seluruh dunia sehingga pengetahuan dan wawasan manusia menjadi lebih luas. Akan tetai dengan adanya arus globalisasi kadang-kadang tidak disertai penyaringan. Semua informasi diterima apa adanya. Hal itu berakibat pada perubahan pola hidup, pola piker, dan perilaku yang tidak sesuai dengan norma-norma kebudayaan bangsa Indonesia. Segi budaya merupakan segi yang paling rentan terkenadampak negatifnya. Bentuk informasi dan sarana yang dapat diterima dengan bebas mampu mempengaruhi pola bertindak dan berpikir generasi muda. Sebagai contoh, menurunya budaya membaca dikalangan pelajar, mereka lebih suka melihat televise yang memperlihatkan tontonan yang mengandung unsure kekerasan yang kemudian mereka tiru.
Dampak Globalisasi di Bidang Ekonomi
Dampak positif globalisasi di bidang ekonomi adalah mampu memacu produktivitas dan inovasi para pelaku ekonomi adar produk yang dihasilkan mampu bersaing dengan produk-produk yang lain. Pada era globalisasi ini menuntut manusia yang kreati dan produktif. Sedangkan dampak negatifnya adalah mampu menimbulkan sifat konsumerisme dikalangan generasi muda. Sehingga tidak mampu memenuhi tuntutan zaman karena sudah terbiasa menerima teknologi dan hanya mampu membeli tanpa membuatnya. Globalisasi dan liberalism pasar telah menawarkan alternative bagi pencapaian standar hidup yang lebih tinggi. Semakin melebarnya ketimpangan distribusi pendapatan antar negara-negara kaya dengan negara-negara berkembang. Munculnya perusahaan-perusahaan multinasional dan transnasional. Membuka peluang terjadinya penumpukan kekayaan dan monopoli usaha dan kekuasaan politik pada segelintir orang. Munculnya lembaga-lembaga ekonomi dunia seperti Bank Dunia, Dana Moneter Internasional, WTO.
Dampak Globalisasi di Bidang Budaya Dan Politik
· Negara tidak lagi dianggap sebagai pemegang kunci dalam proses pembangunan. Para pengambil kebijakan public di negara sedang berkembang menggambil jalan pembangunan untuk mengatasi masalah social dan ekonomi. Timbulnya gelombang demokratisasi (dambaan akan kebebasan).
C. PENGARUH GLOBALISASI TERHADAP NILAI NASIONALISME DI KALANGAN GENERASI MUDA
Arus globalisasi begitu cepat merasuk ke dalam masyarakat terutama di kalangan muda. Pengsruh globalisasi terhadap anak muda juga begitu kuat. Pengaruh globalisasi tersebut telah membuat banyak anak muda kita kehilangan kepribadian diri sebagai bangsa Indonesia. Hal ini ditunjukkan dengan gejala-gejala yang muncul dalam kehidupan sehari-hari anak muda sekarang. Dari cara berpakaian banyak remaja-remaja kita yang berdandan seperti layaknya selebritis yang cenderung ke budaya barat. Mereka menggunakan pakaian yang minim bahan yang memperlihatkan bagian tubuh yang seharusnya tidak kelihatan. Pada hal cara berpakaian tersebut jelas-jelas tidak sesuai deengan kebudayaan kita. Tak ketinggalan gaya rambut mereka di cat beranaka warna. Pendek kata orang lain lebih suka jika menjadi orang lain dengan cara menutupi identitasnya. Tidak banyak remaja yang mau melestarikan budaya bangsa dengan mengenakan pakaian yang sopan sesuai dengan kepribadian bangsa.
Teknologi internet merupakan teknologi yang memberikan informasi tanpa batas dan dapat diakses oleh siapa saja. Apalagi bagi anak muda internet sudah menjadi sanpatan mereka sehari-hari. Jika digunakan secara semestinya tentu kalian memperoleh manfaat yang berguna. Tetapi jika tidak, kita akan mendapat kerugian. Dan sekarang ini, pelajar dan mahasiswa yang menggunakan tidak semestinya. Misal untuk membuka situs-situs porno. Bukan hanya internet saja, adalagi pegangan wajib mereka yaitu Handpone. Rasa social terhadap masyarakat menjadi tidak ada karena mereka lebih memilih sibuk dengan menggunakan Handpone. Dilihat dari sikap, banyak anak muda yang tingkah lakunya tidak kenal sopan santun dan cenderung cuek tidak ada rasa peduli terhadap lingkungan. Karena globalisasi menganut kebebasab dan keterbukaan sehingga mereka bertindak swesuka hati mereka. Contoh realnya adanya geng motor anak muda yang melakukan tindakan kekerasan yang mengganggu ketentraman dan kenyamanan masyarakat.
Berkembang pesatnya Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) adalah pendukung utama bagi terselenggaranya globalisasi. Dengan dukungan teknologi informasi dan komunikasi, informasi dalam bentuk apapun dan untuk berbagai kepentingan, dapat disebarluaskan dengan mudah sehingga dapat dengan cepat mempengaruhi cara pandang dan gaya hidup hingga budaya suatu bangsa.selain hal tersebut globalisasi dapat terjadi karena hal lain seperti: Globalisasi terjadi karena faktor-faktor nilai budaya luar, seperti: a. selalu meningkatkan pengetahuan b.etos kerja; c. patuh hukum; d. kemampuan memprediksi; e. kemandirian; f. efisiensi dan produktivitas; g. keterbukaan; h. keberanian bersaing; dan i. rasionalisasi; j. manajemen resiko.
Globalisasi terjadi melalui berbagai saluran, di antaranya: a). lembaga pendidikan dan ilmu pengetahuan; b). lembaga keagamaan; c). indutri internasional dan lembaga perdagangan; d). wisata mancanegara; e). saluran komunikasi dan telekomunikasi internasional; f). lembaga internasional yang mengatur peraturan internasional; dan g). lembaga kenegaraan seperti hubungan diplomatik dan konsuler.
B. DAMPAK GLOBALISASI
Adanya globalisasi mampu membuat dunia tampak sempit, dahulu apabila kita akan menonton siaran sepak bola kita harus ke negara yang mengadakan pertandingan. Tapi sekarang kita tidak perlu kemana-mana, kita cukup melihat di telivisi. Ketika akan menghubungi seseorang kita harus bertemu dengan orang tersebut, tetapi sekarang dengan adanya pesawat telepon kita tidak perlu bertemu langsung cukup berbicara melalui telepon saja. Adanya globalisasi membawa manfaat bagi manusia tetapi juga dampak buruknya.
· Dampak Globalisasi di Bidang Social dan Budaya
Semakin bertambah globalnya berbagai nilai budaya kaum kapitalis dalam masyarakat dunia. Merabaknya gaya berpakaian barat di negara-negara berkembang. Menjamurnya produksi film dan music dalam bentuk kepingan CD/VCD atau DVD. Dampak positif globalisasi dibidang social adalah para generasi muda mampu mendapatkan sarana-sarana yang memungkinkan mereka memperolrh informasi dan berhubungan dengan lebih efisien dengan jangkauan yang lebih luas. Adapun dampak negatifnya adalah generasi muda yang tidak siap akan adanya informasi dengan sumber daya yang rendah hanya akan meniru hal-hal yang tidak baik seperti adanya bentuk-bentuk kekerasan, tawuran, melukis di tembok-tembok, dan lain-lain. Dengan adanya fasilitas yang canggih membuat seseorang enggan untuk berhubungan dengan orang lain sehingga rasa kebersamaan banyak berkurang. Manfaat globalisasi diantaranya adalah informasi yang dapat diperoleh secara mudah, cepat, dan lengkap dari seluruh dunia sehingga pengetahuan dan wawasan manusia menjadi lebih luas. Akan tetai dengan adanya arus globalisasi kadang-kadang tidak disertai penyaringan. Semua informasi diterima apa adanya. Hal itu berakibat pada perubahan pola hidup, pola piker, dan perilaku yang tidak sesuai dengan norma-norma kebudayaan bangsa Indonesia. Segi budaya merupakan segi yang paling rentan terkenadampak negatifnya. Bentuk informasi dan sarana yang dapat diterima dengan bebas mampu mempengaruhi pola bertindak dan berpikir generasi muda. Sebagai contoh, menurunya budaya membaca dikalangan pelajar, mereka lebih suka melihat televise yang memperlihatkan tontonan yang mengandung unsure kekerasan yang kemudian mereka tiru.
Dampak Globalisasi di Bidang Ekonomi
Dampak positif globalisasi di bidang ekonomi adalah mampu memacu produktivitas dan inovasi para pelaku ekonomi adar produk yang dihasilkan mampu bersaing dengan produk-produk yang lain. Pada era globalisasi ini menuntut manusia yang kreati dan produktif. Sedangkan dampak negatifnya adalah mampu menimbulkan sifat konsumerisme dikalangan generasi muda. Sehingga tidak mampu memenuhi tuntutan zaman karena sudah terbiasa menerima teknologi dan hanya mampu membeli tanpa membuatnya. Globalisasi dan liberalism pasar telah menawarkan alternative bagi pencapaian standar hidup yang lebih tinggi. Semakin melebarnya ketimpangan distribusi pendapatan antar negara-negara kaya dengan negara-negara berkembang. Munculnya perusahaan-perusahaan multinasional dan transnasional. Membuka peluang terjadinya penumpukan kekayaan dan monopoli usaha dan kekuasaan politik pada segelintir orang. Munculnya lembaga-lembaga ekonomi dunia seperti Bank Dunia, Dana Moneter Internasional, WTO.
Dampak Globalisasi di Bidang Budaya Dan Politik
· Negara tidak lagi dianggap sebagai pemegang kunci dalam proses pembangunan. Para pengambil kebijakan public di negara sedang berkembang menggambil jalan pembangunan untuk mengatasi masalah social dan ekonomi. Timbulnya gelombang demokratisasi (dambaan akan kebebasan).
C. PENGARUH GLOBALISASI TERHADAP NILAI NASIONALISME DI KALANGAN GENERASI MUDA
Arus globalisasi begitu cepat merasuk ke dalam masyarakat terutama di kalangan muda. Pengsruh globalisasi terhadap anak muda juga begitu kuat. Pengaruh globalisasi tersebut telah membuat banyak anak muda kita kehilangan kepribadian diri sebagai bangsa Indonesia. Hal ini ditunjukkan dengan gejala-gejala yang muncul dalam kehidupan sehari-hari anak muda sekarang. Dari cara berpakaian banyak remaja-remaja kita yang berdandan seperti layaknya selebritis yang cenderung ke budaya barat. Mereka menggunakan pakaian yang minim bahan yang memperlihatkan bagian tubuh yang seharusnya tidak kelihatan. Pada hal cara berpakaian tersebut jelas-jelas tidak sesuai deengan kebudayaan kita. Tak ketinggalan gaya rambut mereka di cat beranaka warna. Pendek kata orang lain lebih suka jika menjadi orang lain dengan cara menutupi identitasnya. Tidak banyak remaja yang mau melestarikan budaya bangsa dengan mengenakan pakaian yang sopan sesuai dengan kepribadian bangsa.
Teknologi internet merupakan teknologi yang memberikan informasi tanpa batas dan dapat diakses oleh siapa saja. Apalagi bagi anak muda internet sudah menjadi sanpatan mereka sehari-hari. Jika digunakan secara semestinya tentu kalian memperoleh manfaat yang berguna. Tetapi jika tidak, kita akan mendapat kerugian. Dan sekarang ini, pelajar dan mahasiswa yang menggunakan tidak semestinya. Misal untuk membuka situs-situs porno. Bukan hanya internet saja, adalagi pegangan wajib mereka yaitu Handpone. Rasa social terhadap masyarakat menjadi tidak ada karena mereka lebih memilih sibuk dengan menggunakan Handpone. Dilihat dari sikap, banyak anak muda yang tingkah lakunya tidak kenal sopan santun dan cenderung cuek tidak ada rasa peduli terhadap lingkungan. Karena globalisasi menganut kebebasab dan keterbukaan sehingga mereka bertindak swesuka hati mereka. Contoh realnya adanya geng motor anak muda yang melakukan tindakan kekerasan yang mengganggu ketentraman dan kenyamanan masyarakat.
jika pengaruh pengaruh di atas dibiarkan, mau apa jadinya generasi
muda tersebut? Moral generasi bangsa menjadi rusak, timbul tindakan
anarkis antara golongan muda. Hubunganya dengan nilai nasionalisme akan
berkurang karena tidak ada rasa cinta terhadap budaya banga sendiri dan
rasa perduli terhadap masyarakat. padahal generasi muda adalah penerus
masa depan bangsa. Apa akibatnya jika penerus bangsa tidak memiliki rasa
nasionalisme?
Berdasarkan analisa dan uraian diatas pengaruh negative globalisasi lebih banyak daripada pengaruh positifnya. Oleh karena itu diperlukan langkah untuk mengantisipasi pengaruh negative globalisasi terhadap nilai nasionalisme.
Antisipasi pengaruh negate globalisasi terhadap nilai nasionalisme langkah-langkah untuk mengantisipasi dampak negative globalisasi terhadap nilai-nilai nasionalisme antara lain yaitu:
1. menumbuhkan semangat nasionalisme yang tangguh, misalnya semangat mencintai produk dalam negri.
2. menanamkan dan mengamalkan niali-nilai pancasila dengan sebaik-baiknya.
3. memanamkan dan melaksanakan ajaran agama dengan sebaik-baiknya.
4. mewujudkan supremasu hokum, menerapkan dan menegakkan hukum dalam arti sebenar-benarnya dan seadil-adilnya.
5. selektif terhadap pengaruh globalisasi dibidang politik, ideologi, ekonomi, social budaya bangsa.
Dengan adanya langkah-langkah antisipasi tersebut diharapkan mampu menangkis pengaruh globalisasi yang dapat mengubah nilai nasionalisme terhadap bangsa. Sehingga kita akan kehilangan kepribadian bangsa.
Dampak positif globalisasi :
1. mudah memperoleh informasi dan ilmu pengetahuan
2. mudah melakukan komunikasi
3. Cepat dalam berpergian (mobili-tas tinggi)
4. Menumbuhkan sikap kosmopo-litan dan toleran.
5. memacu untuk meningkatkan kualitas diri.
6. mudah memenuhi kebutuhan.
Dampak Negatif Globalisasi :
1. Informasi yang tidak tersaring
2. perilaku konsutif
3. membuat sikap menutup diri, berpikir sempit
4. pemborosan pengeluaran dan meniru perilaku yang buruk
5. mudah terpengaruh oleh hal yang berbau barat
D. CIRI GLOBALISASI
Berikut ini beberapa ciri yang menandakan semakin berkembagnya fenomena globalisasi dii dunia. Hilir mudiknya kapal-kapal pengangkut barang antar negara menunjukkan keterkaitan atarmanusia di seluruh dunia.
· Perubahan dalam Konstantin ruang dan waktu. Perkembangan barang-barang seperti telepon genggam, televise satelit, dan internet menunjukkan bahwa komunikasi global terjadi sangat cepat, sementara melalui pergerakan masa semacam turisme memungkinkan kita merasakan banyak hal dari budaya yang berbeda.
Pasar dan produksi ekonomi di negara-negara yang berbeda menjadi saling bergantung sebagai akibat dari pertumbuhan perdagangan internasional, peningkatan pengaruh perusahaan multinasional, dan dominasi organisasi semacam World Trade Organization (WTO).
Peningkatan interaksi cultural melalui perkembangan media masa (terutama televisi, film, music, dan transmisi berita dan olah raga internasional). Saat ini kita dapat mengonsumsi dan mengalami gagasan dan pengalaman baru mengenai hal-hal yang melintas beraneka ragam budaya, misalnya dalam bidang fashion, literature, dan makanan.
Meningkatnya masalah bersama, mesalnya pada bidang lingkungan hidup, krisis multinasional, inflasi regional dan lain-lain.
Kennedy dan Cohen menyimpulkan bahwa transformasi ini telah membawa kita pada globalisme, sebuah kesadaran dan pemahaman baru bahwa dunia adalah satu.
Giddens menegaskan bahwa kebanyakan dari kita sadar bahwa sebenarnya diri kita turut ambil bagian dalam sebuah dunia yang harus berubah tanpa terkendali yang ditandai dengan selera dan rasa ketertarikan akan hal sama, perubahan dan ketidak pastian, serta kenyataan yang mungkin terjadi. Sejalan dengan itu, Peter Drucker menyebutkan globalisasi sebagai zaman transformasi social.
E. GLOBALISASI KEBUDAYAAN
Sub kebudayan punk, adalah contoh sebuah kebudayaan yang berkembang secara global. Globalisasi mempengaruhi hamper semua aspek yang ada dimasyarakat, termasuk diantaranya aspek budaya. Kebudayaan dapat diartikan sebagai nilai-nilai (values) yang dianut oleh masyarakat ataupun persepsi yang dimiliki oleh masyarakat terhadap berbagai hal. Baik nilai-nilai maupun persepsi berkaitan dengan aspek-aspek kejiwaan/piskologis, yaitu apa yang terdapat dalam alam pikiran. Aspek-aspek kejiwaan ini menjadi penting artinya apabila disadari, bahwa tingkah laku seseorang sangat dipengaruhi oleh apa yang ada didalam alam pikiran orang yang bersangkutan. Sebagai salah satu hasil pemikiran dan penemuan seseorang adalah kesenian, yang merupakan subsistem dari kebudayaan.
Globalisasi sebagai sebuah gejala tersebarnya nilai-nilai dan budaya tertentukeseluruh dunia (sehingga menjadi budaya dunia atau Wworld Culture) telah terlihat sejak lama. Cikal bakal dari persebaran budaya dunia ini dapat ditelusuri dari perjalanan para penjelajah Eropa Barat ke berbagai tempat di Dunia.
Namun, perkembangan globalisasi kebudayaan secara intensif terjadi pada awal ke-20 dengan berkembangnya teknologi komunikasi. Kontak melalui media menggantikan kontak fisik sebagai sarana utama komunikasi antarbangsa. Perubahan tersebut menjadikan komunikasi anarbangsa lebih mudah dilakukan, hal ini menyebabkan semakin cepatnya perkembangan globalisasi kebudayaan.
Berdasarkan analisa dan uraian diatas pengaruh negative globalisasi lebih banyak daripada pengaruh positifnya. Oleh karena itu diperlukan langkah untuk mengantisipasi pengaruh negative globalisasi terhadap nilai nasionalisme.
Antisipasi pengaruh negate globalisasi terhadap nilai nasionalisme langkah-langkah untuk mengantisipasi dampak negative globalisasi terhadap nilai-nilai nasionalisme antara lain yaitu:
1. menumbuhkan semangat nasionalisme yang tangguh, misalnya semangat mencintai produk dalam negri.
2. menanamkan dan mengamalkan niali-nilai pancasila dengan sebaik-baiknya.
3. memanamkan dan melaksanakan ajaran agama dengan sebaik-baiknya.
4. mewujudkan supremasu hokum, menerapkan dan menegakkan hukum dalam arti sebenar-benarnya dan seadil-adilnya.
5. selektif terhadap pengaruh globalisasi dibidang politik, ideologi, ekonomi, social budaya bangsa.
Dengan adanya langkah-langkah antisipasi tersebut diharapkan mampu menangkis pengaruh globalisasi yang dapat mengubah nilai nasionalisme terhadap bangsa. Sehingga kita akan kehilangan kepribadian bangsa.
Dampak positif globalisasi :
1. mudah memperoleh informasi dan ilmu pengetahuan
2. mudah melakukan komunikasi
3. Cepat dalam berpergian (mobili-tas tinggi)
4. Menumbuhkan sikap kosmopo-litan dan toleran.
5. memacu untuk meningkatkan kualitas diri.
6. mudah memenuhi kebutuhan.
Dampak Negatif Globalisasi :
1. Informasi yang tidak tersaring
2. perilaku konsutif
3. membuat sikap menutup diri, berpikir sempit
4. pemborosan pengeluaran dan meniru perilaku yang buruk
5. mudah terpengaruh oleh hal yang berbau barat
D. CIRI GLOBALISASI
Berikut ini beberapa ciri yang menandakan semakin berkembagnya fenomena globalisasi dii dunia. Hilir mudiknya kapal-kapal pengangkut barang antar negara menunjukkan keterkaitan atarmanusia di seluruh dunia.
· Perubahan dalam Konstantin ruang dan waktu. Perkembangan barang-barang seperti telepon genggam, televise satelit, dan internet menunjukkan bahwa komunikasi global terjadi sangat cepat, sementara melalui pergerakan masa semacam turisme memungkinkan kita merasakan banyak hal dari budaya yang berbeda.
Pasar dan produksi ekonomi di negara-negara yang berbeda menjadi saling bergantung sebagai akibat dari pertumbuhan perdagangan internasional, peningkatan pengaruh perusahaan multinasional, dan dominasi organisasi semacam World Trade Organization (WTO).
Peningkatan interaksi cultural melalui perkembangan media masa (terutama televisi, film, music, dan transmisi berita dan olah raga internasional). Saat ini kita dapat mengonsumsi dan mengalami gagasan dan pengalaman baru mengenai hal-hal yang melintas beraneka ragam budaya, misalnya dalam bidang fashion, literature, dan makanan.
Meningkatnya masalah bersama, mesalnya pada bidang lingkungan hidup, krisis multinasional, inflasi regional dan lain-lain.
Kennedy dan Cohen menyimpulkan bahwa transformasi ini telah membawa kita pada globalisme, sebuah kesadaran dan pemahaman baru bahwa dunia adalah satu.
Giddens menegaskan bahwa kebanyakan dari kita sadar bahwa sebenarnya diri kita turut ambil bagian dalam sebuah dunia yang harus berubah tanpa terkendali yang ditandai dengan selera dan rasa ketertarikan akan hal sama, perubahan dan ketidak pastian, serta kenyataan yang mungkin terjadi. Sejalan dengan itu, Peter Drucker menyebutkan globalisasi sebagai zaman transformasi social.
E. GLOBALISASI KEBUDAYAAN
Sub kebudayan punk, adalah contoh sebuah kebudayaan yang berkembang secara global. Globalisasi mempengaruhi hamper semua aspek yang ada dimasyarakat, termasuk diantaranya aspek budaya. Kebudayaan dapat diartikan sebagai nilai-nilai (values) yang dianut oleh masyarakat ataupun persepsi yang dimiliki oleh masyarakat terhadap berbagai hal. Baik nilai-nilai maupun persepsi berkaitan dengan aspek-aspek kejiwaan/piskologis, yaitu apa yang terdapat dalam alam pikiran. Aspek-aspek kejiwaan ini menjadi penting artinya apabila disadari, bahwa tingkah laku seseorang sangat dipengaruhi oleh apa yang ada didalam alam pikiran orang yang bersangkutan. Sebagai salah satu hasil pemikiran dan penemuan seseorang adalah kesenian, yang merupakan subsistem dari kebudayaan.
Globalisasi sebagai sebuah gejala tersebarnya nilai-nilai dan budaya tertentukeseluruh dunia (sehingga menjadi budaya dunia atau Wworld Culture) telah terlihat sejak lama. Cikal bakal dari persebaran budaya dunia ini dapat ditelusuri dari perjalanan para penjelajah Eropa Barat ke berbagai tempat di Dunia.
Namun, perkembangan globalisasi kebudayaan secara intensif terjadi pada awal ke-20 dengan berkembangnya teknologi komunikasi. Kontak melalui media menggantikan kontak fisik sebagai sarana utama komunikasi antarbangsa. Perubahan tersebut menjadikan komunikasi anarbangsa lebih mudah dilakukan, hal ini menyebabkan semakin cepatnya perkembangan globalisasi kebudayaan.
Ciri berkembangnya globalisasi kebudayaan
· Berkembangnya pertukaran kebudayaan internasional.
· Penyebaran prinsip multikebudayaan ( multiculturalism), dan kemudahan akses suatu individu terhadap kebudayan lain di luar kebudayaanya.
· Berkembangnya turisme dan pariwisata.
· Semakin banyaknya imigrasi dari suatu negara kenegara lain
· Berkembangnya mode yang berskala global, seperti pakaian, film, dan lain-lain.
· Bertamabah banyaknya event-event berskala global, seperti Piala Dunia dan FIFA.
· Berkembangnya pertukaran kebudayaan internasional.
· Penyebaran prinsip multikebudayaan ( multiculturalism), dan kemudahan akses suatu individu terhadap kebudayan lain di luar kebudayaanya.
· Berkembangnya turisme dan pariwisata.
· Semakin banyaknya imigrasi dari suatu negara kenegara lain
· Berkembangnya mode yang berskala global, seperti pakaian, film, dan lain-lain.
· Bertamabah banyaknya event-event berskala global, seperti Piala Dunia dan FIFA.
Indonesia Ditengah Globalisasi
Oleh karena itu tantangan di era globalisasi yang bisa mengancam eksistensi kepribadian bangsa,dan kini mau tak mau,suka tak suka ,bangsa Indonesia berada di pusaran arus globalisasi dunia. Tetapi harus diingat bahwa bangsa dan negara Indonesia tak mesti kehilangan jatidiri,kendati hidup ditengah-tengah pergaulan dunia.Rakyat yang tumbuh di atas kepribadian bangsa asing mungkin saja mendatangkan kemajuan, tetapi kemajuan tersebut akan membuat rakyat tersebut menjadi asing dengan dirinya sendiri. Mereka kehilangan jatidiri yang sebenarnya sudah jelas tergambar dari nilai-nilai luhur pancasila. Dalam arus globalisasi saat ini dimana tidak ada lagi batasan-batasan yang jelas antar setiap bangsa Indonesia,rakyat dan bangsa Indonesia harus membuka diri. Dahulu,sesuai dengan tangan terbuka menerima masuknya pengaruh budaya hindu,islam,serta masuknya kaum barat yang akhirnya melahirkan kolonialisme. Pengalaman pahit berupa kolonialisme tentu sangat tidak menyenangkan untuk kembali terulang. Patut diingat bahwa pada zaman modern sekarang ini wajah kolonialisme dan imperialisme tidak lagi dalam bentuk fisik, tetapi dalam wujud lain seperti penguasaan politik dan ekonomi. Meski tidak berwujud fisik, tetapi penguasaan politik dan ekonomi nasional oleh pihak asing akan berdampak sama seperti penjajahan pada masa lalu, bahkan akan terasa lebih menyakitkan. Dalam pergaulan dunia yang kian global, bangsa yang menutup diri rapat-rapat dari dunia luar bisa dipastikan akan tertinggal oleh kemajuan zaman dan kemajuan bangsa-bangsa lain. Bahkan, negara sosialis seperti Uni Soviet yang terkenal anti dunia luar tidak bisa bertahan dan terpaksa membuka diri.
Maka, kini, konsep pembangunan modern harus membuat bangsa dan
rakyat Indonesia membuka diri. Dalam upaya untuk meletakan dasar-dasar
masyarakat modern, bangsa Indonesia bukan hanya menyerap masuknya modal,
teknologi, ilmu pengetahuan, dan ketrampilan, tetapi juga terbawa masuk
nilai-nilai sosial politik yang berasal dari kebudayaan bangsa lain.
Yang terpenting adalah bagaimana bangsa dan rakyat Indonesia mampu
menyaring agar hanya nilai-nilai kebudayaan yang baik dan sesuai dengan
kepribadian bangsa saja yang terserap. Sebaliknya, nilai-nilai budaya
yang tidak sesuai apalagi merusak tata nilai budaya nasional mesti
ditolak dengan tegas. Kunci jawaban dari persoalan tersebut terletak
pada Pancasila sebagai pandangan hidup dan dasar negara. Bila rakyat dan
bangsa Indonesia konsisten menjaga nilai-nilai luhur bangsa, maka
nilai-nilai atau budaya dari luar yang tidak baik akan tertolak dengan
sendirinya. Cuma, persoalannya, dalam kondisi yang serba terbuka
seperti saat ini justeru jati diri bangsa Indonesia tengah berada pada
titik nadir. Bangsa dan rakyat Indonesia kini seakan-akan tidak mengenal
dirinya sendiri sehingga budaya atau nilai-nilai dari luar baik yang
sesuai maupun tidak sesuai terserap bulat-bulat. Nilai-nilai yang
datang dari luar serta-merta dinilai bagus, sedangkan nilai-nilai luhur
bangsa yang telah tertanam sejak lama dalam hati sanubari rakyat dinilai
usang. Lihat saja sistem demokrasi yang kini tengah berkembang di Tanah
Air yang mengarah kepada faham liberalisme. Padahal, negara Indonesia
seperti ditegaskan dalam pidato Bung Karno di depan Sidang Umum PBB
menganut faham demokrasi Pancasila yang berasaskan gotong royong,
kekeluargaan, serta musyawarah dan mufakat.
Sistem politik yang berkembang saat ini sangat gandrung dengan faham liberalisme dan semakin menjauh dari sistem politik berdasarkan Pancasila yang seharusnya dibangun dan diwujudkan rakyat dan bangsa Indonesia. Terlihat jelas betapa demokrasi diartikan sebagai kebebasan tanpa batas. Hak asasi manusia (HAM) dengan keliru diterjemahkan dengan boleh berbuat semaunya dan tak peduli apakah merugikan atau mengganggu hak orang lain. Budaya dari luar, khususnya faham liberalisme, telah merubah sudut pandang dan jati diri bangsa dan rakyat Indonesia. Pergeseran nilai dan tata hidup yang serba liberal memaksa bangsa dan rakyat Indonesia hidup dalam ketidakpastian. Akibatnya, seperti terlihat saat ini, konstelasi politik nasional serba tidak jelas. Para elite politik tampak hanya memikirkan kepentingan dirinya dan kelompoknya semata. Dalam kondisi seperti itu sekali lagi peran Pancasila sebagai pandangan hidup dan dasar negara memegang peranan penting. Pancasila akan menilai nilai-nilai mana saja yang bisa diserap untuk disesuaikan dengan nilai-nilai Pancasila sendiri. Dengan begitu, nilai-nilai baru yang berkembang nantinya tetap berada di atas kepribadian bangsa Indonesia. Pasalnya, setiap bangsa di dunia sangat memerlukan pandangan hidup agar mampu berdiri kokoh dan mengetahui dengan jelas arah dan tujuan yang hendak dicapai. Dengan pandangan hidup, suatu bangsa mempunyai pedoman dalam memandang setiap persoalan yang dihadapi serta mencari solusi dari persoalan tersebut . Dalam pandangan hidup terkandung konsep mengenai dasar kehidupan yang dicita-citakan suatu bangsa. Juga terkandung pikiran-pikiran terdalam dan gagasan suatu bangsa mengenai wujud kehidupan yang dicita-citakan. Pada akhirnya pandangan hidup bisa diterjemahkan sebagai sebuah kristalisasi dari nilai-nilai yang dimiliki suatu bangsa yang diyakini kebenarannya serta menimbulkan tekad bagi bangsa yang bersangkutan untuk mewujudkannya. Karena itu, dalam pergaulan kehidupan berbangsa dan bernegara, bangsa Indonesia tidak bisa begitu saja mencontoh atau meniru model yang dilakukan bangsa lain, tanpa menyesuaikan dengan pandangan hidup dan kebutuhan bangsa Indonesia sendiri.
Peran Pemerintah Dalam Globalisasi
PENTINGNYA peran negara dan pemerintah dalam pembangunan ekonomi ditegaskan kembali dalam konferensi gabungan pebisnis dan pejabat pemerintah Asia di Boao, China, awal pekan ini. Namun, bukankah peran swasta lebih diandalkan dalam era globalisasi sekarang ini? Penegasan tentang peran pemerintah yang disampaikan di forum pertemuan tahunan di Boao dianggap penting lebih-lebih di tengah munculnya asumsi, peran negara dan pemerintah cenderung melemah oleh tuntutan globalisasi yang lebih mengandalkan swasta dan masyarakat.Pertemuan tahunan Boao Forum for Asia Annual Conference 2004 merupakan forum bersama bagi pejabat pemerintah dan pelaku bisnis dari 42 negara, terutama dari kawasan Asia. Meski tidak mempertentangkan peran pemerintah dan masyarakat, forum pertemuan tahunan ketiga itu menekankan pentingnya peran pemerintahan yang kuat.Forum pertemuan pejabat pemerintah dengan pebisnis itu termasuk penting, antara lain terlihat dari kehadiran Presiden Amerika Serikat George Walker Bush, Presiden China Hu Jintao, Presiden Ceko Vaclav Klaus, dan masih banyak lagi.
Sistem politik yang berkembang saat ini sangat gandrung dengan faham liberalisme dan semakin menjauh dari sistem politik berdasarkan Pancasila yang seharusnya dibangun dan diwujudkan rakyat dan bangsa Indonesia. Terlihat jelas betapa demokrasi diartikan sebagai kebebasan tanpa batas. Hak asasi manusia (HAM) dengan keliru diterjemahkan dengan boleh berbuat semaunya dan tak peduli apakah merugikan atau mengganggu hak orang lain. Budaya dari luar, khususnya faham liberalisme, telah merubah sudut pandang dan jati diri bangsa dan rakyat Indonesia. Pergeseran nilai dan tata hidup yang serba liberal memaksa bangsa dan rakyat Indonesia hidup dalam ketidakpastian. Akibatnya, seperti terlihat saat ini, konstelasi politik nasional serba tidak jelas. Para elite politik tampak hanya memikirkan kepentingan dirinya dan kelompoknya semata. Dalam kondisi seperti itu sekali lagi peran Pancasila sebagai pandangan hidup dan dasar negara memegang peranan penting. Pancasila akan menilai nilai-nilai mana saja yang bisa diserap untuk disesuaikan dengan nilai-nilai Pancasila sendiri. Dengan begitu, nilai-nilai baru yang berkembang nantinya tetap berada di atas kepribadian bangsa Indonesia. Pasalnya, setiap bangsa di dunia sangat memerlukan pandangan hidup agar mampu berdiri kokoh dan mengetahui dengan jelas arah dan tujuan yang hendak dicapai. Dengan pandangan hidup, suatu bangsa mempunyai pedoman dalam memandang setiap persoalan yang dihadapi serta mencari solusi dari persoalan tersebut . Dalam pandangan hidup terkandung konsep mengenai dasar kehidupan yang dicita-citakan suatu bangsa. Juga terkandung pikiran-pikiran terdalam dan gagasan suatu bangsa mengenai wujud kehidupan yang dicita-citakan. Pada akhirnya pandangan hidup bisa diterjemahkan sebagai sebuah kristalisasi dari nilai-nilai yang dimiliki suatu bangsa yang diyakini kebenarannya serta menimbulkan tekad bagi bangsa yang bersangkutan untuk mewujudkannya. Karena itu, dalam pergaulan kehidupan berbangsa dan bernegara, bangsa Indonesia tidak bisa begitu saja mencontoh atau meniru model yang dilakukan bangsa lain, tanpa menyesuaikan dengan pandangan hidup dan kebutuhan bangsa Indonesia sendiri.
Peran Pemerintah Dalam Globalisasi
PENTINGNYA peran negara dan pemerintah dalam pembangunan ekonomi ditegaskan kembali dalam konferensi gabungan pebisnis dan pejabat pemerintah Asia di Boao, China, awal pekan ini. Namun, bukankah peran swasta lebih diandalkan dalam era globalisasi sekarang ini? Penegasan tentang peran pemerintah yang disampaikan di forum pertemuan tahunan di Boao dianggap penting lebih-lebih di tengah munculnya asumsi, peran negara dan pemerintah cenderung melemah oleh tuntutan globalisasi yang lebih mengandalkan swasta dan masyarakat.Pertemuan tahunan Boao Forum for Asia Annual Conference 2004 merupakan forum bersama bagi pejabat pemerintah dan pelaku bisnis dari 42 negara, terutama dari kawasan Asia. Meski tidak mempertentangkan peran pemerintah dan masyarakat, forum pertemuan tahunan ketiga itu menekankan pentingnya peran pemerintahan yang kuat.Forum pertemuan pejabat pemerintah dengan pebisnis itu termasuk penting, antara lain terlihat dari kehadiran Presiden Amerika Serikat George Walker Bush, Presiden China Hu Jintao, Presiden Ceko Vaclav Klaus, dan masih banyak lagi.
PENEKANAN tentang pentingnya pemerintahan kuat terdengar paradoks
dengan tuntutan globalisasi yang menekankan fungsi masyarakat dan dunia
swasta. Selama ini berkembang wacana, peran pemerintah akan surut di
tengah meningkatnya peran masyarakat dalam bidang ekonomi dan berbagai
bidang lainnya.Apalagi peran pebisnis dan perusahaan besar sangat
penting dan menentukan dalam kegiatan perekonomian berskala global.
Namun, di tengah hiruk-pikuk aktivitas perdagangan dan perekonomian
global, peran pemerintah sebagai regulator justru semakin penting dan
menentukan. Bayangkan, kekacauan akan mudah terjadi jika tidak ada
regulasi yang jelas.Fungsi regulasi pemerintah justru dibutuhkan untuk
menjamin kompetisi yang lebih sehat di kalangan swasta yang bertarung
keras dalam kegiatan ekonomi. Pebisnis perlu rambu jelas dalam
kegiatannya sehingga tidak kehilangan arah dalam arus perubahan global
yang berlangsung cepat.
PEMERINTAH yang kuat maupun pebisnis yang tangguh sama-sama dibutuhkan
dan menjadi tuntutan globalisasi. Pebisnis dituntut melakukan kegiatan
ekonomi berskala global, melewati batas wilayah dan kawasan. Ruang dan
kecepatan bergerak para pebisnis bertambah cepat, yang dimungkinkan oleh
kemajuan teknologi telekomunikasi dan transportasi. Proses globalisasi
pun berjalan secara cepat dan serempak. Hambatan ruang dan waktu menjadi
nisbi. Proses globalisasi mempercepat pula langkah privatisasi dalam
bidang ekonomi banyak negara. Kegiatan ekonomi di mana-mana semakin
berada dalam kendali dan kepemilikan swasta. Badan-badan usaha yang dulu
berada di bawah kendali dan kepemilikan negara umumnya mengalami proses
privatisasi.Proses privatisasi tidak hanya menjadi fenomena di
negara-negara kapitalis-liberal, tetapi sudah menjadi kecenderungan
global, termasuk di China yang secara politik masih menganut komunisme.
Proses privatisasi di China sudah berkembang pesat.TUNTUTAN percepatan
privatisasi di banyak negara tidak hanya karena dampak langsung proses
liberalisasi dan globalisasi ekonomi, tetapi juga karena badan usaha
yang berada dalam pengelolaan negara cenderung kurang efisien dan
efektif. Hambatan birokratis membuat biaya tinggi dan mendatangkan
kerugian.Pemerintah yang sudah memegang kendali kekuasaan mudah pula
tergoda menyalahgunakannya dengan melakukan kolusi dan korupsi. Maka
privatisasi diyakini sebagai bentuk jalan keluar. Meski pelaku ekonomi
mengalami pergeseran besar dari negara ke masyarakat, peran negara dan
pemerintah tetap strategis dan penting. Apalagi pergaulan antarbangsa
dan negara masih berdasarkan kerangka negara dan pemerintahan. Kerja
sama internasional pada berbagai bidang masih terikat pada negara dan
pemerintah. Eksistensi negara sama sekali tidak pudar dan surut di
tengah meningkatnya peran masyarakat dalam hubungan dan kerja sama
ekonomi global. TENTU saja, posisi dan peran pemerintah dalam era
globalisasi sudah banyak berubah. Pemerintah dilepaskan dari berbagai
tanggung jawab mengelola langsung perusahaan atau badan usaha, tetapi
posisi dan perannya sebagai regulator justru meningkat tajam.Hanya saja,
standardisasi dan kualifikasi tentang peran dan fungsi pemerintah di
tengah era globalisasi semakin tinggi. Sudah menjadi tuntutan umum
tentang pentingnya pemerintahan baik dan bersih, good and clean
governance.Pencitraan tentang pemerintahan kuat dan efektif tidak lagi
diukur pada kemampuan melakukan intimidasi, tetapi lebih pada
kredibilitas dan kewibawaan menegakkan keadilan, memberantas korupsi,
menjamin supremasi hukum, perlindungan hak asasi, dan proses
demokratisasi.Tidak kalah pentingnya, bagaimana pemerintah mendorong
terciptanya lingkungan kondusif yang memungkinkan proses kreativitas
masyarakat dapat berkembang baik. Tanpa terciptanya situasi kondusif,
investor asing pun enggan datang menanamkan modalnya.
Masyarakat Dalam Menghadapi Globalisasi
Masyarakat Indonesia adalah masyarakat sangat ramah ,menghargai perbedaan, menghormati antar sesama dan berakhlak baik. Dalam menyelesaikan masalahpun masyarakat Indonesia selalu dengan musyawarah ,sehingga mencapai persetujuan yang sama . tetapi sekarang masyarakat indonesia sangat berbeda dengan apa yang saya sebutkan tadi. Saat ini masyarakat Indonesia mengalami krisis moral sehingga mereka berpikir pendek, tidak menghargai perbedaan, sangat labil emosinya dan malas. Mengapa hal ini terjadi ? hal ini terjadi dikarenakan masyarakat sulit menyaring informasi dari media seperti TV, Internet dan lain lain. Informasi yang baik dan buruk mereka terima begitu saja dan di aplikasikan di kehidupan mereka . faktor lainnya , dikarenakan pembangunan ekonomi yang tidak merata, hidup tidak sejahtera dan kurangnya perhatian orang tua terhadap anaknya. Akibat adanya globalisasi pada teknologi terdapat dampak buruk dan baik sehingga kita perlu berhati hati .Kita perlu waspada terhadap informasi yang kita terima. Tidak semua informasi harus kita terima begitu saja dan dilakukan di kehidupan . banyak budaya luar yang seharunya kita tidak dapatkan, misalkan gaya hidup yang kurang baik , etika berbicara yang kasar, mengikuti mode pakaian yang terlalu terbuka dan lain lain yang menyebabkan hilangnya budaya pancasila dan aturan agama yang diabakan, hal ini sudah di rasakan dengan fakta fakta yang terjadi dilingkungan kita misalnya dimanfaatkan teknologi informasi sebagai sarana untuk melakukan penipuan , melakukan penghinaan terhadap agama/SARA , pornographi dan mempelajari hal yang tidak baik. Hal itu disebabkan kemajuan teknologi pada system jaringan yang tidak di saring informasi buruknya. dampak baik adanya globalisasi, komunikasi dapat dilakukan dengan cepat. Teknologi selalu berkembang dengan pesat, komputer dan handphone sebagai sarana nomor satu dalam mencari informasi , pemahaman masyarakat terhadap internet semakin tinggi dalam jaringan serta pemanfaat komputer dan sistemnya, semakin kreatifnya anak bangsa dalam melakukan proses pembelajaran, mempermudah pekerjaan misalnya internet banking, membeli barang, bersosialisasi, mencari pekerjaan dan info lainnya. Manusia yang baik adalah manusia yang memahami apa yang baik dan buruk bagi orang lain sehingga menghindari yang buruk dan mencari hal yang baik demi mendapatkan lingkungan yang sejahtera bagi orang lain dan dirinya . Namun dengan berkembangnya teknologi misalnya system komputer , teknologi informasi dan globalisasi yang sudah ada sejak dahulu. Banyak dimanfaatkan masyarakat untuk hal yang kurang bermanfaat dan tidak baik. Dalam menghadapi informasi yang kita dapatkan, kita harus mencerna dan membiasakan diri mencari informasi seakan akan untuk mencari pengetahuan dan ilmu Untuk mewujudkan hal tersebut maka kita harus mengetahui dampak yang akan terjadi jika melakukan hal yang negatif akbiat dari informasi yang tidak baik. Selain itu peran orang tua juga sangat penting oleh sebab itu sebaiknya orang tua lebih memahami teknologi komputer dan internet dari pada anaknya , agama serta pendidikan juga sangat penting. Dengan mempelajari agama dan memperbanyak waktu untuk belajar maka seseorang akan lebih focus kepada kegiatannya . dengan kegiatan tersebut saya yakin masyarakat indonesia akan menjadikan masyarakat yang cerdas bukan hanya kecerdasan IQ nya saja ,namun kecerdasan ESQ pun akan tinggi, sehingga akan dapat menyaring informasi yang buruk dan mengambil informasi yang baik saja . Jadi dengan fenomena Globalisasi interaksi antara manusia , manusia dengan informasi , yang menyebabkan manusia terpengaruh oleh informasi tersebut akan berkurang bahkan tidak ada jika kita menerapkan kegiatan agama, pembelajaran dan bimbingan orang tua . dalam hal kemajuan teknologi juga kita harus mendidik anak bangsa agar memanfaatkannya dengan baik , alangkah baiknya jika sekolah sekolah memberi edukasi menghadapi dunia era Globalisasi dan kemajuan teknologi informasi yang selama ini tidak pernah dan jarang dilakukan oleh lembaga pendidikan Dengan demikian dalam menghadapi Globalisasi demi menjaga budaya , perilaku dan jiwa kita harus menjadi orang yang cerdas dalam mendapatkan informasi agar tidak terpengaruh budaya kurang baik . oleh sebab itu dibutuhkan usaha dari pemerintah, masyarakat dan dari diri kita sendiri . agar dapat memanfaatkan teknologi yang sangat modern dan canggih dengan sebaik baiknya
Masyarakat Dalam Menghadapi Globalisasi
Masyarakat Indonesia adalah masyarakat sangat ramah ,menghargai perbedaan, menghormati antar sesama dan berakhlak baik. Dalam menyelesaikan masalahpun masyarakat Indonesia selalu dengan musyawarah ,sehingga mencapai persetujuan yang sama . tetapi sekarang masyarakat indonesia sangat berbeda dengan apa yang saya sebutkan tadi. Saat ini masyarakat Indonesia mengalami krisis moral sehingga mereka berpikir pendek, tidak menghargai perbedaan, sangat labil emosinya dan malas. Mengapa hal ini terjadi ? hal ini terjadi dikarenakan masyarakat sulit menyaring informasi dari media seperti TV, Internet dan lain lain. Informasi yang baik dan buruk mereka terima begitu saja dan di aplikasikan di kehidupan mereka . faktor lainnya , dikarenakan pembangunan ekonomi yang tidak merata, hidup tidak sejahtera dan kurangnya perhatian orang tua terhadap anaknya. Akibat adanya globalisasi pada teknologi terdapat dampak buruk dan baik sehingga kita perlu berhati hati .Kita perlu waspada terhadap informasi yang kita terima. Tidak semua informasi harus kita terima begitu saja dan dilakukan di kehidupan . banyak budaya luar yang seharunya kita tidak dapatkan, misalkan gaya hidup yang kurang baik , etika berbicara yang kasar, mengikuti mode pakaian yang terlalu terbuka dan lain lain yang menyebabkan hilangnya budaya pancasila dan aturan agama yang diabakan, hal ini sudah di rasakan dengan fakta fakta yang terjadi dilingkungan kita misalnya dimanfaatkan teknologi informasi sebagai sarana untuk melakukan penipuan , melakukan penghinaan terhadap agama/SARA , pornographi dan mempelajari hal yang tidak baik. Hal itu disebabkan kemajuan teknologi pada system jaringan yang tidak di saring informasi buruknya. dampak baik adanya globalisasi, komunikasi dapat dilakukan dengan cepat. Teknologi selalu berkembang dengan pesat, komputer dan handphone sebagai sarana nomor satu dalam mencari informasi , pemahaman masyarakat terhadap internet semakin tinggi dalam jaringan serta pemanfaat komputer dan sistemnya, semakin kreatifnya anak bangsa dalam melakukan proses pembelajaran, mempermudah pekerjaan misalnya internet banking, membeli barang, bersosialisasi, mencari pekerjaan dan info lainnya. Manusia yang baik adalah manusia yang memahami apa yang baik dan buruk bagi orang lain sehingga menghindari yang buruk dan mencari hal yang baik demi mendapatkan lingkungan yang sejahtera bagi orang lain dan dirinya . Namun dengan berkembangnya teknologi misalnya system komputer , teknologi informasi dan globalisasi yang sudah ada sejak dahulu. Banyak dimanfaatkan masyarakat untuk hal yang kurang bermanfaat dan tidak baik. Dalam menghadapi informasi yang kita dapatkan, kita harus mencerna dan membiasakan diri mencari informasi seakan akan untuk mencari pengetahuan dan ilmu Untuk mewujudkan hal tersebut maka kita harus mengetahui dampak yang akan terjadi jika melakukan hal yang negatif akbiat dari informasi yang tidak baik. Selain itu peran orang tua juga sangat penting oleh sebab itu sebaiknya orang tua lebih memahami teknologi komputer dan internet dari pada anaknya , agama serta pendidikan juga sangat penting. Dengan mempelajari agama dan memperbanyak waktu untuk belajar maka seseorang akan lebih focus kepada kegiatannya . dengan kegiatan tersebut saya yakin masyarakat indonesia akan menjadikan masyarakat yang cerdas bukan hanya kecerdasan IQ nya saja ,namun kecerdasan ESQ pun akan tinggi, sehingga akan dapat menyaring informasi yang buruk dan mengambil informasi yang baik saja . Jadi dengan fenomena Globalisasi interaksi antara manusia , manusia dengan informasi , yang menyebabkan manusia terpengaruh oleh informasi tersebut akan berkurang bahkan tidak ada jika kita menerapkan kegiatan agama, pembelajaran dan bimbingan orang tua . dalam hal kemajuan teknologi juga kita harus mendidik anak bangsa agar memanfaatkannya dengan baik , alangkah baiknya jika sekolah sekolah memberi edukasi menghadapi dunia era Globalisasi dan kemajuan teknologi informasi yang selama ini tidak pernah dan jarang dilakukan oleh lembaga pendidikan Dengan demikian dalam menghadapi Globalisasi demi menjaga budaya , perilaku dan jiwa kita harus menjadi orang yang cerdas dalam mendapatkan informasi agar tidak terpengaruh budaya kurang baik . oleh sebab itu dibutuhkan usaha dari pemerintah, masyarakat dan dari diri kita sendiri . agar dapat memanfaatkan teknologi yang sangat modern dan canggih dengan sebaik baiknya
Pengertian Moral
Moralitas berasal dari kata dasar “moral” berasal dari kata “mos” yang berarti kebiasaan.
Kata “mores” yang berarti kesusilaan, dari “mos”, “mores”. Moral adalah ajaran tentang baik buruk yang diterima umum mengenai perbuatan, sikap, kewajiban dan lain-lain; akhlak budi pekerti; dan susila. Kondisi mental yang membuat orang tetap berani; bersemangat; bergairah; berdisiplin dan sebagainya.Moral secara etimologi diartikan: a) Keseluruhan kaidah-kaidah kesusilaan dan kebiasaan yang berlaku pada kelompok tertentu, b) Ajaran kesusilaan, dengan kata lain ajaran tentang azas dan kaidah kesusilaan yang dipelajari secara sistimatika dalam etika. Dalam bahasa Yunani disebut “etos” menjadi istilah yang berarti norma, aturan-aturan yang menyangkut persoalan baik dan buruk dalam hubungannya dengan tindakan manusia itu sendiri, unsur kepribadian dan motif, maksud dan watak manusia.
Kemudian “etika” yang berarti kesusilaan yang memantulkan bagaimana sebenarnya tindakan hidup dalam masyarakat, apa yang baik dan yang buruk. Moralitas yang secara leksikal dapat dipahami sebagai suatu tata aturan yang mengatur pengertian baik atau buruk perbuatan kemanusiaan, yang mana manusia dapat membedakan baik dan buruknya yang boleh dilakukan dan larangan sekalipun dapat mewujudkannya, atau suatu azas dan kaidah kesusilaan dalam hidup bermasyarakat.
Moralitas berasal dari kata dasar “moral” berasal dari kata “mos” yang berarti kebiasaan.
Kata “mores” yang berarti kesusilaan, dari “mos”, “mores”. Moral adalah ajaran tentang baik buruk yang diterima umum mengenai perbuatan, sikap, kewajiban dan lain-lain; akhlak budi pekerti; dan susila. Kondisi mental yang membuat orang tetap berani; bersemangat; bergairah; berdisiplin dan sebagainya.Moral secara etimologi diartikan: a) Keseluruhan kaidah-kaidah kesusilaan dan kebiasaan yang berlaku pada kelompok tertentu, b) Ajaran kesusilaan, dengan kata lain ajaran tentang azas dan kaidah kesusilaan yang dipelajari secara sistimatika dalam etika. Dalam bahasa Yunani disebut “etos” menjadi istilah yang berarti norma, aturan-aturan yang menyangkut persoalan baik dan buruk dalam hubungannya dengan tindakan manusia itu sendiri, unsur kepribadian dan motif, maksud dan watak manusia.
Kemudian “etika” yang berarti kesusilaan yang memantulkan bagaimana sebenarnya tindakan hidup dalam masyarakat, apa yang baik dan yang buruk. Moralitas yang secara leksikal dapat dipahami sebagai suatu tata aturan yang mengatur pengertian baik atau buruk perbuatan kemanusiaan, yang mana manusia dapat membedakan baik dan buruknya yang boleh dilakukan dan larangan sekalipun dapat mewujudkannya, atau suatu azas dan kaidah kesusilaan dalam hidup bermasyarakat.
Secara terminologi moralitas diartikan oleh berbagai tokoh dan
aliran-aliran yang memiliki sudut pandang yang berbeda: Franz Magnis
Suseno menguraikan moralitas adalah keseluruhan norma-norma, nilai-nilai
dan sikap seseorang atau sebuah masyarakat. Menurutnya, moralitas
adalah sikap hati yang terungkap dalam perbuatan lahiriah (mengingat
bahwa tindakan merupakan ungkapan sepenuhnya dari hati), moralitas
terdapat apabila orang mengambil sikap yang baik karena Ia sadar akan
kewajiban dan tanggung jawabnya dan bukan ia mencari keuntungan.
Moralitas sebagai sikap dan perbuatan baik yang betul-betul tanpa
pamrih. W. Poespoprodjo, moralitas adalah kualitas dalam perbuatan
manusia yang dengan itu kita berkata bahwa perbuatan itu benar atau
salah, baik atau buruk atau dengan kata lain moralitas mencakup
pengertian tentang baik buruknya perbuatan manusia. Immanuel Kant,
mengatakan bahwa moralitas itu menyangkut hal baik dan buruk, yang dalam
bahasa Kant, apa yang baik pada diri sendiri, yang baik pada tiap
pembatasan sama sekali. Kebaikan moral adalah yang baik dari segala
segi, tanpa pembatasan, jadi yang baik bukan hanya dari beberapa segi,
melainkan baik begitu saja atau baik secara mutlak. Emile Durkheim
mengatakan, moralitas adalah suatu sistem kaidah atau norma mengenai
kaidah yang menentukan tingka laku kita. Kaidah-kaidah tersebut
menyatakan bagaimana kita harus bertindak pada situasi tertentu. Dan
bertindak secara tepat tidak lain adalah taat secara tepat terhadap
kaidah yang telah ditetapkan.Moral, saat ini jelas sekali masyarakat
sedang mengalami degradasi moral, yang diakibatkan oleh situasi pelik
politik Indonesia sehingga kita sebagai masyarakat mendapatkan
imbasnya/dampaknya. Seperti halnya negara mengalami krisis ekonomi, maka
masyarakat akan mengalami dampaknya. Begitu juga dengan krisis moral
yang disadari maupun tidak masyarakat akan mengalami efeknya.Kita
prihatin dengan kondisi tatanegara, lalu kita lampiaskan dengan sumpah
serapah juga cacimakian, atau bahkan yang lebih jauh menghina bangsa
sendiri. Maka bisa disebutkan kitapun mengalami penurunan moral. Namun
saat bicara tentang moral.Moralitas (dari "cara, karakter, perilaku yang
tepat" Latin moralitas) adalah diferensiasi niat, keputusan, dan
tindakan antara mereka yang baik (atau kanan) dan yang buruk (atau
salah). Sebuah kode moral adalah sistem moralitas (menurut filsafat
tertentu, agama, budaya, dll) dan moral adalah salah satu atau praktik
mengajar dalam kode moral. Moralitas juga mungkin spesifik identik
dengan "kebaikan" atau "kebenaran." Amoralitas adalah perlawanan aktif
terhadap moralitas (oposisi yaitu untuk apa yang baik atau kanan),
sedangkan asusila adalah berbagai didefinisikan sebagai ketidaksadaran,
ketidakpedulian terhadap, atau tidak percaya dalam setiap set standar
moral atau prinsip contoh kode moral adalah Golden Rule yang menyatakan
bahwa, "orang harus memperlakukan orang lain sebagai salah satu ingin
orang lain untuk mengobati diri sendiri.Namun secara mendalam lagi,
definisi moral begitu beragam.Sebagai cintoh missalnya : masyarakat
yang membela kelompoknya yang dihina oleh kelompok lain yang berbeda
agama atau budaya, maka secara hati nurani akan kita bela sampai mati
kelompok kita yang dihina, secara nurani adalah perbuatan yang
seharusnya.Namun saat kita membicarakan tentang revolusi, maka yang kita
bicarakan adalah paradigma baru, misalnya : Korupsi bukanlah hal yang
harus diberantas, korupsi adalah sikap yang sudah tidak layak kita
lakukan, karena melawan prinsip masyarakat yang memiliki harkat dan
martabat. Maka masyarakat yang bermartabat sudah tidak layak melakukan
korupsi. Inilah paradigma baru atau bagian dari revolusi sikap.Moral
haruslah terdefinisi agar masing-masing dari masyrakat tidak liar dalam
mengartikan moral. Namun moral juga tidak boleh distandarisasi oleh
sebuah lembaga sehingga menjadi dotrin. Moral tidak boleh terjebak
dengan standarisasi versi sebuah lembaga atau versi oleh satu individu,
moral adalah sikap abstrak yang keluar dari penjabaran manusia,
pengembaraan spiritual, sesuai pengalaman masing-masing individu.Maka
bisa dikatakan , moral tidak bisa didefinisikan namun tidak liar. Moral
tidak bisa distadarisasikan namun tetap kita harus
selalu mencari tau pencarian kita akan pengertian ” apakah saya sudah bermoral ? “Tidak bisa
dipungkiri, moral adalah hal yang abstrak, namun keberadaannya jelas, esensinya diperlukan untuk menstabilkan jiwa kita. Tanpa moral maka segala keahlian atau kemampuan kita akan selalu tidak terkendali. Dipenuhi pembenaran kata hati untuk membenarkan perbuatan kita yang tampak baik, padahal sebenarnya hanya melakukan pembenaran, membohongi hati kita sendiri. jadi peran pendidikan moral sangat penting di era globalisasi ini.ada beberapa cara agar dampak negative globalisasi tersebut agar bisa dihentikan salah satunya adalah lewat pendidikan nilai nilai moral itu tadi karena pendidikan nilai moral tersebut dapat membantu seseorang untuk berkembang menjadi seseorang yang lebih manusiawi yang dapat menjadi manusia yang beguna dan berpengaruh dalam masyarakat yang bersifat produktif kooperatif serta menjadi sorang yang bertanggung jawab.
selalu mencari tau pencarian kita akan pengertian ” apakah saya sudah bermoral ? “Tidak bisa
dipungkiri, moral adalah hal yang abstrak, namun keberadaannya jelas, esensinya diperlukan untuk menstabilkan jiwa kita. Tanpa moral maka segala keahlian atau kemampuan kita akan selalu tidak terkendali. Dipenuhi pembenaran kata hati untuk membenarkan perbuatan kita yang tampak baik, padahal sebenarnya hanya melakukan pembenaran, membohongi hati kita sendiri. jadi peran pendidikan moral sangat penting di era globalisasi ini.ada beberapa cara agar dampak negative globalisasi tersebut agar bisa dihentikan salah satunya adalah lewat pendidikan nilai nilai moral itu tadi karena pendidikan nilai moral tersebut dapat membantu seseorang untuk berkembang menjadi seseorang yang lebih manusiawi yang dapat menjadi manusia yang beguna dan berpengaruh dalam masyarakat yang bersifat produktif kooperatif serta menjadi sorang yang bertanggung jawab.
Isu Pendidikan Nilai Moral di Beberapa Negara
Indonesia Pendidikan nilai moral di Indonesia disadari atau tidak masih belum banyak menyentuh pemberdayaan dan pencerahan kesadaran dalam perspektif global. Persoalan pembenahan pendidikan masih terpaku pada kurikulum nasional dan lokal yang belum pernah tuntas. Di sisi lain juga adanya pandangan yang terlalu simplistik mengenai pendidikan nilai sebagai wahana penyadaran nilai-nilai yang sektariansubjetif dan belum banyak menyentuh nilai universal-objektif. Menurut Sudarminta praktik yang terjadi mengenai sistem pendidikan nasional era Orde Baru terutama pendidikan nilai hanya mampu menghasilkan berbagai sikap dan perilaku manusia yang nyata-nyata malah bertolak belakang dengan apa yang diajarkan. Dicontohkan bagaimana pendidikan Moral Pancasila (PMP) dan agama_dua jenis mata pelajaran tata nilai yang ternyata tidak berhasil menanamkan sejumlah nilai moral dan humanism ke dalam pusat kesadaran siswa. Hasil penelitian Afiyah, dkk. (2003), menyatakan bahwa kelemahan pendidikan agama antara lain terjadi karena materi pendidikan agama Islam, termasuk bahan ajar akhlak, cenderung terfokus pada pengayaan pengetahuan (kognitif), sedangkan pembentukan sikap (afektif) dan pembiasaan (psikomotorik) sangat minim. Dengan kata lain, pendidikan agama lebih didominasi oleh transfer ilmu pengetahuan agama dan lebih banyak bersifat hafalan tekstual, sehingga kurang menyentuh aspek sosial mengenai ajaran hidup yang toleran dalam bermasyarakat dan berbangsa. India Pendidikan nilai di India tampak lebih populer dibandingkan dengan di negara lain. Dalam pendidikan nasional India, pendidikan nilai dikembangkan sebagai usaha untuk meningkatkan kesadaran nilai ilmiah, sosial, dan kePendidikan Nilai Moral ditinjau dari Perspektif Global warganegaraan yang tidak secara khusus dikembangkan melalui satu sudut pandangan agama. Ini tidak berarti mengabaikan pentingnya pendidikan agama sebagai kekuatan dalam membangun karakter bangsa, melainkan untuk menempatkan pendidikan nilai dalam konteks pemahaman nilai agama yang universal.Bagi sekolah swasta, baik dalam komunitas Kristen maupun Islam,nilai agama menjadi prioritas pengembangan nilai. Berbeda halnya sekolah negeri,agama ditempatkan pada area nilainilai yang mengandung kebenaran untuk semua pihak. Ruang lingkup pendidikan nilai meliputi (a) pendekatan dan metodologi pendidikan nilai pada tingkat dasar dan menengah, (b) untuk tingkat dasar program lebih dititikberatkan pada pengindentikasian nilainilai yang perlu ditanamkan kepada siswa dengan strategi dan teknik yang tepat, (c) pengembangan konseling melalui pendekatan agama, (d) program pengembangan afektif bagi para instruktur pelatihan guru. Malaysia Pendidikan nilai dilakukan di sekolah dasar dan pengembangannya dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Secara langsung pendidikan nilai diajarkan melalui pendidikan moral dan mata pelajaran agama, sedangkan pendidikan nilai yang tidak secara langsung dikembangkan melalui sejumlah mata pelajaran lainnya, seperti program pendidikan kewarganegaraan dan melalui kegiatan kokurikuler. Silabus pendidikan nilai untuk sekolah dasar berupa kebersihan badan dan pikiran, empati, sikap tidak berlebihan, bersyukur, rajin, jujur, adil, kasih sayang, hormat, keharmonisan sosial, kesederhanaan, dan kebebasan.Meski cukup konsisten dalam mengembangkan nilai, moral, norma, etika,estetika melalui pendidikan formal, sistem pendidikan di Malaysia masih dihadapkan pada beberapa kendala. Di antaranya, (a) nilai masih banyak diajarkan melalui pendekatan pembelajaran yang preskriptif, sehingga kurangmemberikan kebebasan kepada peserta didik untuk memilih dan menentukannilai, (b) alat evaluasi yang sesuai dengan kebutuhan, khususnya untuk mengembangkan teknik-teknik pengamatan perilaku, belum terjabarkan dengan jelas, (c) cara-cara pencatatan dan pelaporan pembelajaran nilai masih belum dilakukan secara konsisten oleh guru, dan (d) pandangan guru, orang tua, dan masyarakat masih menempatkan kognisi sebagai aspek yang lebih penting daripada aspek afeksi. Cina Dalam tradisi Cina, pendidikan memiliki hubungan erat dengan kewajiban moral. Tradisi ini menempatkan pendidikan nilai sebagai bagian penting dalam percaturan pendidikan. Walaupun demikian, dalam perkembangannya, pendidikan nilai dihadapkan pada beberapa tantangan berikut. Harapan masyarakat dan orang tua siswa akan kemampuan akademik diandalkan dapat memacu konsentrasi peningkatan akademik yang kemudian berakibat tergesernya pengembangan sentimental, perasaan, dan moralitas. Walaupun sekolah memilki tanggung jawab yang besar dalam mengembangkan kepribadian siswa, hal itu kurang didukung oleh kerjasama yang erat antara sekolah, keluarga, dan masyarakat. Banyak guru yang kurang memiliki kemampuan untuk mengembangkan pendidikan nilai. Di beberapa sekolah dijumpai adanya kesenjangan antara apa yang seharusnya dilakukan dan apa yang benar-benar terjadi dalam proses pendidikan. Untuk mengatasi berbagai persoalan di atas, pemerintah Cina mengambil beberapa kebijakan berikut. Pertama, pendidikan moral dimasukkan ke dalam kurikulum sekolah dasar dan diajarkan sekali dalam seminggu. Kedua, sejumlah peraturan telah disusun dan disebarluaskan untuk menjamin terjadinya pembentukan kebiasaan, sikap, dan cara hidup siswa yang diharapkan. Ujudnya tata tertib perilaku anak usia sekolah dasar, dan tata tertib anak usia sekolah menengah. Ketiga, untuk memobilisasi dukungan masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan moral di sekolah, pemerintah pusat mengeluarkan kebijakan resmi akan pentingnya pengembangan moral dan afeksi anak usia sekolah dasar. Keempat, dengan kebijakan resmi pemerintah, sekolah didorong untuk memperbarui dan memodifikasi tujuan pendidikannya. Kelima, guru didorong untuk menggunakan pendekatan pembelajaran yang mampu mengangkat pengalaman kehidupan sehari-hari. Tampaknya, pendidikan nilai moral yang dilaksanakan di empat negara tersebut (Indonesia, Malaysia, India, dan Cina) memiliki persamaan dan perbedaan. Hal itu terjadi karena masingmasing negara memiliki ideologi yang berbeda. Pendidikan nilai moral pada jenjang pendidikan dasar menunjukkan beberapa kesamaan. Fokus pendidikan nilai moral pada jenjang pendidikan tersebut berkaitan dengan nilai tata kepribadian diri dan tata hidup berbangsa dan bernegara. Lebih lanjut, pendidikan nilai moral di empat Negara tersebut sama-sama dihadapkan pada berbagai persoalan, baik yang pendidikan nilai moralnya terencana dan terprogram dalam kurikulum maupun yang tidak. Akan tetapi, pendidikan nilai moral pada hakikatnya inheren dalam setiap mata pelajaran. Ada pula pendidikan nilai moral yang lebih diarahkan pada pendidikan agama dan pendidikan kewarganegaraan.
Dimensi Pendidikan Nilai Moral
Dalam rangka mengkaji pendidikan nilai moral secara luas, berikut ini dikemukakan pula pembahasan mengenai perkembangan moral, pendidikan nilai moral, dan strategi pendidikan nilai moral. A. Teori Perkembangan Moral Dewasa ini, psikolog dan sosiolog banyak membahas nilai-nilai moral dalam kaitannya dengan perkembangan dan pendidikan anak. Pembahasan itu bertolak dari anggapan bahwa tidak ada prinsip moral yang universal (kecuali moral agama) dan tetap atau tidak berubah-ubah. Pada dasarnya setiap pribadi memperoleh nilainya sendiri dari kebudayaan eksternal. Nilai moral merupakan penilaian terhadap tindakan yang umumnya diyakini oleh anggota masyarakat tertentu sebagai yang salah atau benar (Berkowitz, 1964; dikutip Muhaimin, 2001: 215). Definisi itu mencerminkan pandangan bahwa nilai moral bersifat relatif. Para ahli lain memandang bahwa perkembangan moral dan bentuk-bentuk sosialisasi lainnya sebagai keseluruhan proses, di mana seorang pribadi lahir dengan banyak kemungkinan tingkah laku aktual yang dibatasi pada bidang yang jauh lebih spirital, yaitu suatu bidang yang lazim diterima sesuai dengan ukuran kelompoknya.Dengan demikian, perkembangan moral dipahami sebagai suatu Pendidikan Nilai Moral ditinjau dari Perspektif Global internalisasi langsung norma-norma budaya eksternal. Anak yang sedang tumbuh dan berkembang dapat dilatih untuk berperilaku dengan cara sedemikian rupa sehingga ia dapat menyesuaikan diri dengan berbagai aturan dan nilai-nilai yang ada dalam masyarakatnya. Aturan dan nilai-nilai di masyarakat tentunya nilai-nilai universal dan nilai-nilai lokal yang baik, yakni nilai lokal yang tidak bertentangan dengan nilai-nilai universal, sedangkan nilai nilai negatif misalnya radikalisme harus dilakukan tindakan pencegahan sehingga tidak terjadi di lingkungan masyarakat,karena nilai radikalisme itu bertentangan dengan nilai universal dan nilai lokal.Pertimbangan moral adalah penilaian mengenai benar dan baiknya sebuah tindakan. Akan tetapi, tidak semua penilaian mengenai baik dan benar merupakan pertimbangan moral. Banyak di antara tindakan yang justru merupakan penilaian terhadap kebaikan atau kebenaran, estetis, teknologis atau bijak. Berbeda dengan penilaian terhadap kebijakan atau estetika, penilaian moral cenderung bersifat universal, inklusif,konsisten, dan didasarkan pada alasan-alasan yang objektif, impersonal, atau ideal. Struktur pertimbangan moral ditetapkan berdasarkan pada apa yang didapatkan seseorang sebagai sesuatu yang berharga pada setiap isu-isu moral dan bagaimana ia mampu memilih dan menetapkan nilai-nilai dengan disertai alasan mengapa seseorang memilih dan menetapkan bahwa sesuatu itu berharga. Hal ini merupakan penentu struktur tingkat pertimbangan moral seseorang, yang sekaligus menentukan keputusan moral atau perilaku moral.Kohlberg, melalui penelitian Longitudinal and Crosscultural, telah berupaya untuk menyempurnakan teori Piaget dengan menetapkan enam tingkat pertimbangan moral yang relatif tidak bergantung pada umur.Penetapan tingkat perkembangan moral ini didasarkan pada karakteristik empiris yang memiliki beberapa ciri pokok berikut. (1) Tahap-tahap pertimbangan moral tersusun secara utuh, artinya system berpikirnya terorganisasi. (2) Tahap pertimbangan moral berurutan secara invarian dan tidak pernah terbalik dalam semua kondisi (kecuali mereka yang mengalami trauma secara ekstrem perkembangannya selalu progresif). Tidak ada tahap-tahap terlompati dan gerakannya selalu menuju tahap yang lebih tinggi. (3) Tahap-tahap pertimbangan moral terintegrasi secara hierarkis. Artinya, tingkat pemikiran moral yang tinggi telah tercakup dan menguasai tahap-tahap dan pola piker yang berada di bawahnya. (4) Struktur tingkat pertimbangan moral berfungsi melahirkan kecenderungan ke arah tahapan-tahapan yang lebih tinggi. (5)Struktur pertimbangan moral harus dibedakan dengan isi pertimbangan moral. Sebagai contoh, suatu pilihan yang ditetapkan seseorang (se-bagai sesuatu yang berharga atau tidak berharga) dalam suatu situasi yang dihadapi disebut isi pertimbangan moral, sedangkan alasan tentang penetapan suatu pilihan (struktur penetapan pilihan) berdasarkan pemikiran moralnya disebut pertimbangan moral (melalui Muhamimin, 2001: 216). Selanjutnya, Kohlberg mengidentifikasi enam tahap tingkat pertimbangan moral, yaitu (i) orientasi hukuman atau kepatuhan, (ii) orientasi instrumental-relatif, (iii) orientasi masuk kelompok anak manis atau anak baik, (iv)orientasi hukum dan ketertiban, (v) orientasi kontrak social legalitas, dan (vi) orientasi prinsip kewajiban. Hasil kajian Kohlberg mengenai tahap-tahap perkembangan moral memiliki kelemahan di mana tahap ke-5 kurang memiliki bukti empiris dan tahap ke-6 tidak memiliki bukti empiris.Hasil ini dikritik oleh Gilligan (1982) karena semua responden penelitian berjenis laki-laki, padahal menurut Gilligan wanita memiliki perbedaan dengan laki dalam membuat keputusan moral (Zuchdi, 2008: 19). Secara singkat dikatakan laki-
laki dalam membuat keputusan moral mengutamakan “hak”, sedangkan wanita mengutamakan “tanggung jawab”. Perbedaan Kohlberg dan Gilligan tersebut ditanggapi oleh Reimer, Paolitto, dan Hersh (1983:108), bahwa kematangan moral harus dilihat dari dua sisi. Laki-laki dalam penalaran moral tentang keadilan mendasarkan pada prinsip, perlu belajar menjadi orang yang memiliki kasih sayang di samping bertindak adil. Sebaliknya, wanita yang memiliki sifat kasih saying perlu belajar mengintegrasikan moralitas personal dan institusional dalam prinsip-prinsip moral yang konsisten Dengan demikian teori perkembangan moral tawaran Kohlberg tersebut dari perspektif gender tampak bias gender karena objek kajian penelitian pada jenis laki-laki saja, sedangkan wanita tidak dijadikan objek penelitian, padahal dari sisi psikologi laki-laki dan wanita terdapat perbedaan. Di antara perbedaan kedua jenis laki-laki dan wanita antara lain telah disebutkan di atas. Meskipun demikian tawaran pemikiran moral Kohlberg tetap memberikan sumbangan pemikiran yang berguna dalam kajian moral.Jika dianalisis lebih lanjut sumbangan pemikiran moral Kohlberg lebih menekankan pada pemikiran moral belum menjangka pada penghayatan, dan ranah spiritual. Sementara tesis Capra yang dituangkan
dalam paradigm “Visi Realitas Baru” yang antara lain berintikan pandangan hidup system
dan keutuhan. Ia mengamati perubahan yang berlangsung terus menerus yang merupakan
sebuah “titik balik” dalam peradaban
manusia yang mewakili tumbuhnya kesadaran baru dalam kehidupan yang sarat nilai Tesis Capra lebih menekankan bahwa setiap peradaban manusia akan melahirkan kesadaran baru dalam kehidupan yang sarat nilai. Oleh karena itu, ada dua hal esensial menghadapi peradaban manusia, yaitu (1) lahirnya kesadaran baru, dan (2) kehidupan sarat nilai.
Pendidikan Nilai Moral
Pendidikan nilai moral adalah pendidikan yang berusaha mengembangkan komponen-komponen integrasi pribadi. Integrasi pribadi dapat dilukiskan sekurang-kurangnya dengan empat gambaran kepribadian. Menurut John P. Miller (1976: 5), gambaran kepribadian menunjukkan beberapa karakteristik.Pertama, pribadi yang terintegrasikan selalu melakukan pertumbuhan dan perkembangan. Maksudnya, ia memandang hidupnya sebagai suatu proses menjadi dan berusaha memilih pengalaman-pengalaman yang mengakibatkan perkembangan tersebut. Oleh karenanya, ia berani menanggung resiko dan menghadapi konflik, selagi ia tahu bahwa tanpa resiko itu perkembangannya tertahan. Dengan kata lain,ia memiliki kesadaran terhadap perubahan perkembangan yang mesti dialami.
Pendidikan Nilai Moral ditinjau dari Perspektif Global Kedua, pribadi yang terintegrasikan memiliki kesadaran akan jati dirinya dan identitasnya. Dia dapat mengenal dan menjelaskan nilai-nilai dan keyakinan yang ia percayai dan menegaskannya secara terbuka, sejauh nilai-nilai itu menjadi kesatuan dengan jati dirinya. Walaupun ia memiliki kepekaan terhadap kebutuhan-kebutuhan orang lain, jati diri atau identitas yang telah ia kembangkan adalah miliknya dan tidak disandarkan pada harapan orang lain atas dirinya. Jati diri yang ia miliki terbentuk dari proses kesadaran memilih dan keteguhan hatinya. Ketiga, pribadi yang terintegrasikan senantiasa terbuka dan peka terhadap kebutuhan orang lain. Dia tidak memutuskan diri dari orang-orang dan dia dapat mengkomunikasikan rasa empatinya secara jelas terhadap orang lain. Dia secara efektif dapat berfungsi dalam suatu situasi kelompok. Keempat, pribadi yang terintegrasikan menggambarkan suatu kebulatan kesadaran. Dia merasakan suatu keseimbangan antara hati dan pikirannya. Ia mengalami rasa keutuhan pribadinya.Dia dapat menggunakan daya kemampuan intuisi, imajinasi, dan penalarannya. Pendidikan nilai moral tawaran John P. Miller tersebut di atas tidak jauh berbeda dengan tawaran Kohlberg. Artinya, John P. Miller pun beranggapan bahwa pendidikan nilai moral itu berfokus pada pembentukan pribadi secara integratif. Oleh karena itu, pendidikan nilai moral bersifat individualistis. Pendidikan nilai merupakan bagian dari pendidikan afeksi karena aspek sistem nilai merupakan salah satu bagian dari aspek afeksi. Selengkapnya, aspek afektif meliputi harga diri, minat, motivasi, sikap, sistem nilai, dan keyakinan.Ada beberapa model pendidikan afektif (nilai) yang dapat dipertimbangkan. Sekurang-kurangnya, ada tujuh belas model. Setiap model mem-punyai tujuan yang berbeda. Berdasarkan arah atau orientasinya, sejumlah model dapat digolongkan dalam satu rumpun. Tujuh belas model pembelajaran afektif yang ada dapat dikelompokkan ke dalam empat buah rumpun dengan sifat penggolongan yang tidak ketat. Empat buah rumpun model pendidilan afektif itu adalah (i) model-model perkembangan (developmental models), (ii) model-model pengenalan diri (selfconceps models), (iii) model-model kepekaan dan kecenderungan-kelompok (sensitivity and group-orientation models), dan (iv) model-model perluasan kesadaran (consciousness-expansion models. Model pendidikan afektif yang dipandang relevan dengan pendidikan nilai adalah model komunikasi, model kepekaan perhatian, model analisis transaksional, model membangun hubungan manusiawi, dan model kejiwaan sosial. Setiap model pembelajaran itu harus memenuhi kerangka kerja yang meliputi arah teori, penerapan kelas, peranan guru, kelayakan model, dan lingkungan belajar. Dengan demikian, tugas guru adalah memilih model yang paling efektif untuk suatu lingkungan tertentu. Pada waktu memilih model, guru harus memperhatikan dua hal. Pertama, model itu harus memenuhi tujuan dan kepentingan guru, misalnya apabila kepentingan untuk memudahkan terbentuknya jati diri yang positif, yang dipilih ialah salah satu di antara model-model yang tergolong dalam rumpun pengenalan diri (self-concept). Kedua, model itu harus disesuaikaN dengan keadaan struktur yang dapat dihadapi oleh murid. Beberapa murid memerlukan lingkungan dengan struktur yang ketat dan dapat mengarahkan mereka, sedangkan beberapa murid yang lain lebih cocok dengan situasi yang lebih longgar.
Pendekatan Pendidikan Nilai Moral
Pendekatan komprehensif pendidikan nilai menurut Kirschenbaum dalam Darmiyati Zuchdi, 2008: 36-37) meliputi pendekatan (i) inculcating, yaitu menanamkan nilai dan moralitas, (ii) modelling, yaitu meneladankan nilai dan moralitas, (iii) facilitating, yaitu memudahkan perkembangan nilai dan moral, dan (iv) skill development, yaitu pengembangan keterampilan untuk mencapai kehidupan pribadi yang tentram dan kehidupan sosial yang kondusif. Pendekatan dapat dipilih sesuai dengan banyaknya nilai yang dipilih untuk ditanamkan dan dikembangkan. Demikian pula, banyak sumber pengembangan nilai-nilai dan banyak pula faktor lain yang membatasinya. Di sisi lain, keseluruhan kurikulum sekolah berfungsi sebagai suatu sumber penting pendidikan nilai. Aktivitas dan praktik yang demokratis di sekolah merupakan faktor efektif yang mendukung keberhasilan pendidikan nilai, di samping kesediaan peserta didik itu sendiri. Peserta didik tidak dapat terlepas dari pengaruh apa yang dilakukan para guru mereka yang berkenaan dengan pendidikan nilai di sekolah, baik dengan metode langsung maupun tidak langsung. Nilai-nilai itu dapat diterima peserta didik melalui kedua metode tersebut, baik yang sudah dirancang dalam kurikulum maupun nilai yang terkandung di dalam kurikulum sebagai hiddent curriculum.Yang ditekankan dalam pendidikan nilai adalah keseluruhan proses pendidikan nilai yang sangat kompleks dan menyeluruh yang melibatkan cakupan yang luas dan beragam variasi yang dialami. Oleh karena itu, pendidikan nilai tidak dapat disajikan hanya oleh seorang guru atau hanya dalam satu pelajaran, tetapi diperlukan format yang beragam dari berbagai pelajaran yang mengintegrasikan secara sendiri sendiri atau dengan kombinasi.
Metode dan Teknik Pendidikan Nilai Moral
Untuk mengaplikasikan konsep pendidikan nilai tersebut di atas, diperlukan beberapa metode, baik metode langsung maupun tidak langsung. Metode langsung mulai dengan penentuan perilaku yang dinilai baik sebagai upaya indoktrinasi berbagai ajaran. Caranya dengan memusatkan perhatian secara langsung pada ajaran melalui mendiskusikan, mengilustrasikan, menghafalkan, dan mengucapkannya.Metode tidak langsung tidak dimulai dengan menentukan perilaku yang diinginkan, tetapi dengan menciptakan situasi yang memungkinkan perilaku yang baik dapat dipraktikkan. Keseluruhan pengalaman di sekolah dimanfaatkan untuk mengembangkan perilaku yang baik. Dengan penerapan metode langsung dimungkinkan nilai-nilai yang diindoktrinasi dapat diserap peserta didik, bahkan dihafal di luar kepala, tetapi tidak terinternalisasikan, apalagi teramalkan. Kemungkinan kedua, nilai nilai tersebut diterapkan dalam kehidupan, tetapi berkat pengawasan pihak penguasa bukan atas kesadaran diri peserta didik. Dalam hal ini, nilai moral yang pelaksananya seharusnya bersifat suka rela (voluntary action) berubah Pendidikan Nilai Moral ditinjau dari Perspektif Global menjadi nilai hukum yang dalam segala aspeknya memerlukan pranata hukum.Di samping itu, pendidikan nilai moral dapat diselenggarakan dengan menggunakan (i) metode dogmatis, (ii) metode deduktif, (iii) metode
induktif, atau (iv) metode reflektif (Muhadjir,1988:161). Masing-masing metode itu dapat dijelaskan secara singkat sebagai berikut. a. Metode dogmatik adalah metode untuk mengajarkan nilai kepada peserta didik dengan jalan menyajikan nilai-nilai kebaikan dan kebenaran yang harus diterima apa adanya tanpa mempersoalkan hakikat kebaikan dan kebenaran itu sendiri. b. Metode deduktif adalah cara menyajikan nilai-nilai kebenaran (keutuhan dan kemanusiaan) dengan jalan menguraikan konsep tentang kebenaran itu agar dipahami oleh peserta didik. Metode ini bertolak dari kebenaran sebagai teori atau konsep yang memiliki nilai-nilai baik, selanjutnya ditarik beberapa contoh kasus terapan dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat, atau ditarik ke dalam nilai-nilai lain yang lebih khusus atau sempit ruang lingkupnya. c. Metode induktif adalah sebagai kebalikan dari metode deduktif, yakni dalam membelajarkan nilai dimulai dengan mengenalkan kasus-kasus dalam kehidupan sehari-hari, kemudian ditarik maknanya secara hakiki tentang nilai-nilai kebenaran yang berada dalam kehidupan tersebut. d. Metode reflektif merupakan gabungan dari penggunaan metode deduktif dan induktif, yakni membelajarkan nilai dengan jalan mondar-mandir antara memberikan konsep secara umum tentang nilai-nilai kebenaran, kemudian melihatnya dalam kasuskasus kehidupan sehari-hari, atau dari melihat kasus-kasus sehari-hari dikembalikan kepada konsep teoretiknya secara umum. Berbagai metode tersebut selanjutnya perlu dikembangkan secara rinci ke dalam teknik atau prosedur pembelajaran. Teknik pendidikan nilai moral yang berorientasi pada nilai (afek) ada bermacam-macam, di antaranya ialah(i) teknik indoktrinasi, (ii) teknik moral reasoning, (iii) teknik meramalkan konsekuensi, (iv) teknik klarifikasi, dan (v) teknik internalisasi (Muhadjir, 1988:199).Berikut ini sekedar contoh implementasi pendidikan nilai. Contoh (i) berkenaan dengan keteladanan. Pengimplementasian pendidikan nilai kepada peserta didik memerlukan adanya kesadaran para pendidik agar senantiasa menjadi contoh bagi peserta didik agar tidak bersikap mendua. Misalnya,jika peserta didik dituntut berperilaku jujur, berucap dengan upacan yang baik, konsekuensinya para pendidik dituntut berperilaku jujur, tidak mengajarkan kebohongan, dan bertutur kata yang baik. Contoh (ii) berkenaan dengan pernyataan bahwa jika si pendidik menginginkan peserta didik menghormati hukum, si pendidik harus selalu mematuhi peraturan dan hukum yang berlaku. Perlu disadari bahwa setiap ucapan dan perilaku pendidik (orang tua dan guru) sangat mempengaruhi karakter peserta didik. Sebagai konsekuensinya, para pendidik (orang tua, guru, dan para pembimbing) harus konsisten dalam berperilaku moral karena peserta didik tumbuh dan berkembang mengikuti model perilaku para pendidik. Mereka akan melakukan apa yang dilakukan dan dikatakan oleh si pendidik. Para pendidik hendaknya selalu memeli hara nilai diajarkan dan konsisten dalam berperilaku.
KESIMPULAN
- karena selain memberikan dampak yang buruk bagi suatu bangsa globalisasi juga memberikan dampak positif juga oleh karena itu kita sebagai warga Negara harus bisa menyaring budaya budaya yang masuk ke Negara kita. kita harus pandai dalam menyaring budaya tersebut mengambil hal yang posif saja yang bisa diterima oleh masyarakat yang bisa memberi pengaruh baik bagi moral suatu bangsa. - Bahwa terjadinya proses globalisasi dalam aspek sosial terjadi dengan cara melalui berbagai macam media salah satunya adalah media elektronik seperti televisi,internet,hp dll baik secara langsung maupun tidak langsung, serta melalui interaksi yang terjadi dimasyarakat. - Bahwa dampak yang ditimbulkan era globalisasi pada aspek sosial yaitu terjadi perubahan ciri kehidupan masyarakat desa yang tadinya menjunjung tinggi gotong royong menjadi individual, serta sifat ingin selalu instant pada diri individu tersebut. - Bahwa penanggulangan pada dampak era globalisasi pada aspek sosial diantaranya diadakannya pembangunan kualitas manusia, pemberian life skill, memberikan sikap hidup yang global dan menumbuhkan wawasan, identitas rasional serta menciptakan pemerintahan yang transparan dan demokratis. - Konsep pendidikan nilai moral yang dikemukakan oleh Kohlberg dan John P. Miller cenderung bersifat individualistik. Oleh karena itu, konsep itu memerlukan penyempurnaan dengan mempertimbangkan paradigm yang dikemukakan oleh Capra. Lebih lanjut, dalam implementasikannya, diperlukan strategi pendidikan nilai moral yang tepat melalui pemilihan pendekatan (approach),metode (method), dan teknik (technique) pendidikan nilai moral yang sesuai. - jadi pendidikan nilai moral suatu bangsa sangat penting karena dapat membantu seseorang untuk berkembang menjadi seseorang yang lebih manusiawi yang dapat menjadi manusia yang beguna dan berpengaruh dalam masyarakat yang bersifat produktif kooperatif serta menjadi sorang yang bertanggung jawab -Pendidikan nilai moral merupakan tuntutan dan sekaligus kebutuhan pada tatanan global bagi umat manusia sebagai pengejawantahan hidup bersama, berbangsa, dan bernegara dalam
hubungannya dengan tatanan global yang diwarnai dengan berbagai permasalahan yang bersifat luas, kompleks, dan mendunia. -Penyelesaian permasalahan hidup yang dialami umat manusia tidak cukup dalam negeri sendiri, namun banyak hal yang penyelesaiannya dibutuhkan dukungan dan bantuan luar negeri, misalnya terorisme global,masalah ekonomi, dan masalah krisis multidimensional. -Berdasarkan fakta yang ada, dapat dilihat bahwa terjadi kemerosotan nilai moral, seperti tingkat kriminalitas yang tinggi, tingkat aborsi yang tinggi, dan lain-lain. Jika hal-hal seperti ini tidak diperbaiki, hal ini akan menyebabkan rusaknya generasi masyarakat di masa yang akan datang. Sehingga tidak mungkin zaman akan berganti lagi seperti zaman jahiliyah dahulu. - Globalisasi merupakan suatu gejala wajar yang pasti akan dialami oleh setiap bangsa di dunia, baik pada masyarakat yang maju, masyarakat berkembang, masyarakat transisi, maupun masyarakat yang masih rendah taraf hidupnya.Dalam era global, suatu masyarakat/negara tidak mungkin dapat mengisolasi diri terhadap proses globalisasi. Jika suatu masyarakat/negara mengisolasi diri dari globalisasi, mereka dapat dipastikan akan terlindas oleh jaman serta terpuruk pada era keterbelakangan dan kebodohan.Dampak positif dan negatif pada pengaruh globalisasi terhadap kehidupan berbangsa dan bernegara pun ada. Salah satunya era globalisasi pada sistem politik. Bangsa Indonesia telah menerapkan kehidupan berdemokrasi yang telah membawa perubahan-perubahan yang besar, diantaranya pelaksanaan pemilu legislatif dengan sistem multipartai dan pemilihan presiden dan wakil presiden secara langsung. Itu dampak positifnya -Dari hasil pembahasan diatas, pemerintah dapat melakukan beberapa tindakan untuk mencegah terjadinya pengaruh ekonomi bagi kehidupan bangsa dan negara yaitu :Pemerintah perlu mengkaji ulang perturan-peraturan yang dapat menyebabkan pergeseran ekonomi ,Masyarakat harus mencintai produk dari bangsa kita sendiri,Pemerintah harus meningkatkan kemampuan bangsa dan negara untuk berkompetisi secara internasional,Pemerintah harus mampu meningkatkan kualitas produksi dalam negeri agar dapat bersaing di pasar internasional,Pemerintah juga harus mampu meningkatkan pendapatan perkapita masyarakat -Pendidikan nilai atau moral sebagai isu global di beberapa negara (Indonesia,Malaysia, India, dan Cina) menampakkan adanya perbedaan dan kesamaan. Perbedaan yang ada disebabkan oleh adanya perbedaan ideologi bangsa. Walaupun demikian,negara-negara itu memberikan penekanan pendidikan nilai moral pada nilai etik-moral; terutama dalam hal nilai-nilai yang bersifat asasi manusia, universal, dan global.
Indonesia Pendidikan nilai moral di Indonesia disadari atau tidak masih belum banyak menyentuh pemberdayaan dan pencerahan kesadaran dalam perspektif global. Persoalan pembenahan pendidikan masih terpaku pada kurikulum nasional dan lokal yang belum pernah tuntas. Di sisi lain juga adanya pandangan yang terlalu simplistik mengenai pendidikan nilai sebagai wahana penyadaran nilai-nilai yang sektariansubjetif dan belum banyak menyentuh nilai universal-objektif. Menurut Sudarminta praktik yang terjadi mengenai sistem pendidikan nasional era Orde Baru terutama pendidikan nilai hanya mampu menghasilkan berbagai sikap dan perilaku manusia yang nyata-nyata malah bertolak belakang dengan apa yang diajarkan. Dicontohkan bagaimana pendidikan Moral Pancasila (PMP) dan agama_dua jenis mata pelajaran tata nilai yang ternyata tidak berhasil menanamkan sejumlah nilai moral dan humanism ke dalam pusat kesadaran siswa. Hasil penelitian Afiyah, dkk. (2003), menyatakan bahwa kelemahan pendidikan agama antara lain terjadi karena materi pendidikan agama Islam, termasuk bahan ajar akhlak, cenderung terfokus pada pengayaan pengetahuan (kognitif), sedangkan pembentukan sikap (afektif) dan pembiasaan (psikomotorik) sangat minim. Dengan kata lain, pendidikan agama lebih didominasi oleh transfer ilmu pengetahuan agama dan lebih banyak bersifat hafalan tekstual, sehingga kurang menyentuh aspek sosial mengenai ajaran hidup yang toleran dalam bermasyarakat dan berbangsa. India Pendidikan nilai di India tampak lebih populer dibandingkan dengan di negara lain. Dalam pendidikan nasional India, pendidikan nilai dikembangkan sebagai usaha untuk meningkatkan kesadaran nilai ilmiah, sosial, dan kePendidikan Nilai Moral ditinjau dari Perspektif Global warganegaraan yang tidak secara khusus dikembangkan melalui satu sudut pandangan agama. Ini tidak berarti mengabaikan pentingnya pendidikan agama sebagai kekuatan dalam membangun karakter bangsa, melainkan untuk menempatkan pendidikan nilai dalam konteks pemahaman nilai agama yang universal.Bagi sekolah swasta, baik dalam komunitas Kristen maupun Islam,nilai agama menjadi prioritas pengembangan nilai. Berbeda halnya sekolah negeri,agama ditempatkan pada area nilainilai yang mengandung kebenaran untuk semua pihak. Ruang lingkup pendidikan nilai meliputi (a) pendekatan dan metodologi pendidikan nilai pada tingkat dasar dan menengah, (b) untuk tingkat dasar program lebih dititikberatkan pada pengindentikasian nilainilai yang perlu ditanamkan kepada siswa dengan strategi dan teknik yang tepat, (c) pengembangan konseling melalui pendekatan agama, (d) program pengembangan afektif bagi para instruktur pelatihan guru. Malaysia Pendidikan nilai dilakukan di sekolah dasar dan pengembangannya dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Secara langsung pendidikan nilai diajarkan melalui pendidikan moral dan mata pelajaran agama, sedangkan pendidikan nilai yang tidak secara langsung dikembangkan melalui sejumlah mata pelajaran lainnya, seperti program pendidikan kewarganegaraan dan melalui kegiatan kokurikuler. Silabus pendidikan nilai untuk sekolah dasar berupa kebersihan badan dan pikiran, empati, sikap tidak berlebihan, bersyukur, rajin, jujur, adil, kasih sayang, hormat, keharmonisan sosial, kesederhanaan, dan kebebasan.Meski cukup konsisten dalam mengembangkan nilai, moral, norma, etika,estetika melalui pendidikan formal, sistem pendidikan di Malaysia masih dihadapkan pada beberapa kendala. Di antaranya, (a) nilai masih banyak diajarkan melalui pendekatan pembelajaran yang preskriptif, sehingga kurangmemberikan kebebasan kepada peserta didik untuk memilih dan menentukannilai, (b) alat evaluasi yang sesuai dengan kebutuhan, khususnya untuk mengembangkan teknik-teknik pengamatan perilaku, belum terjabarkan dengan jelas, (c) cara-cara pencatatan dan pelaporan pembelajaran nilai masih belum dilakukan secara konsisten oleh guru, dan (d) pandangan guru, orang tua, dan masyarakat masih menempatkan kognisi sebagai aspek yang lebih penting daripada aspek afeksi. Cina Dalam tradisi Cina, pendidikan memiliki hubungan erat dengan kewajiban moral. Tradisi ini menempatkan pendidikan nilai sebagai bagian penting dalam percaturan pendidikan. Walaupun demikian, dalam perkembangannya, pendidikan nilai dihadapkan pada beberapa tantangan berikut. Harapan masyarakat dan orang tua siswa akan kemampuan akademik diandalkan dapat memacu konsentrasi peningkatan akademik yang kemudian berakibat tergesernya pengembangan sentimental, perasaan, dan moralitas. Walaupun sekolah memilki tanggung jawab yang besar dalam mengembangkan kepribadian siswa, hal itu kurang didukung oleh kerjasama yang erat antara sekolah, keluarga, dan masyarakat. Banyak guru yang kurang memiliki kemampuan untuk mengembangkan pendidikan nilai. Di beberapa sekolah dijumpai adanya kesenjangan antara apa yang seharusnya dilakukan dan apa yang benar-benar terjadi dalam proses pendidikan. Untuk mengatasi berbagai persoalan di atas, pemerintah Cina mengambil beberapa kebijakan berikut. Pertama, pendidikan moral dimasukkan ke dalam kurikulum sekolah dasar dan diajarkan sekali dalam seminggu. Kedua, sejumlah peraturan telah disusun dan disebarluaskan untuk menjamin terjadinya pembentukan kebiasaan, sikap, dan cara hidup siswa yang diharapkan. Ujudnya tata tertib perilaku anak usia sekolah dasar, dan tata tertib anak usia sekolah menengah. Ketiga, untuk memobilisasi dukungan masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan moral di sekolah, pemerintah pusat mengeluarkan kebijakan resmi akan pentingnya pengembangan moral dan afeksi anak usia sekolah dasar. Keempat, dengan kebijakan resmi pemerintah, sekolah didorong untuk memperbarui dan memodifikasi tujuan pendidikannya. Kelima, guru didorong untuk menggunakan pendekatan pembelajaran yang mampu mengangkat pengalaman kehidupan sehari-hari. Tampaknya, pendidikan nilai moral yang dilaksanakan di empat negara tersebut (Indonesia, Malaysia, India, dan Cina) memiliki persamaan dan perbedaan. Hal itu terjadi karena masingmasing negara memiliki ideologi yang berbeda. Pendidikan nilai moral pada jenjang pendidikan dasar menunjukkan beberapa kesamaan. Fokus pendidikan nilai moral pada jenjang pendidikan tersebut berkaitan dengan nilai tata kepribadian diri dan tata hidup berbangsa dan bernegara. Lebih lanjut, pendidikan nilai moral di empat Negara tersebut sama-sama dihadapkan pada berbagai persoalan, baik yang pendidikan nilai moralnya terencana dan terprogram dalam kurikulum maupun yang tidak. Akan tetapi, pendidikan nilai moral pada hakikatnya inheren dalam setiap mata pelajaran. Ada pula pendidikan nilai moral yang lebih diarahkan pada pendidikan agama dan pendidikan kewarganegaraan.
Dimensi Pendidikan Nilai Moral
Dalam rangka mengkaji pendidikan nilai moral secara luas, berikut ini dikemukakan pula pembahasan mengenai perkembangan moral, pendidikan nilai moral, dan strategi pendidikan nilai moral. A. Teori Perkembangan Moral Dewasa ini, psikolog dan sosiolog banyak membahas nilai-nilai moral dalam kaitannya dengan perkembangan dan pendidikan anak. Pembahasan itu bertolak dari anggapan bahwa tidak ada prinsip moral yang universal (kecuali moral agama) dan tetap atau tidak berubah-ubah. Pada dasarnya setiap pribadi memperoleh nilainya sendiri dari kebudayaan eksternal. Nilai moral merupakan penilaian terhadap tindakan yang umumnya diyakini oleh anggota masyarakat tertentu sebagai yang salah atau benar (Berkowitz, 1964; dikutip Muhaimin, 2001: 215). Definisi itu mencerminkan pandangan bahwa nilai moral bersifat relatif. Para ahli lain memandang bahwa perkembangan moral dan bentuk-bentuk sosialisasi lainnya sebagai keseluruhan proses, di mana seorang pribadi lahir dengan banyak kemungkinan tingkah laku aktual yang dibatasi pada bidang yang jauh lebih spirital, yaitu suatu bidang yang lazim diterima sesuai dengan ukuran kelompoknya.Dengan demikian, perkembangan moral dipahami sebagai suatu Pendidikan Nilai Moral ditinjau dari Perspektif Global internalisasi langsung norma-norma budaya eksternal. Anak yang sedang tumbuh dan berkembang dapat dilatih untuk berperilaku dengan cara sedemikian rupa sehingga ia dapat menyesuaikan diri dengan berbagai aturan dan nilai-nilai yang ada dalam masyarakatnya. Aturan dan nilai-nilai di masyarakat tentunya nilai-nilai universal dan nilai-nilai lokal yang baik, yakni nilai lokal yang tidak bertentangan dengan nilai-nilai universal, sedangkan nilai nilai negatif misalnya radikalisme harus dilakukan tindakan pencegahan sehingga tidak terjadi di lingkungan masyarakat,karena nilai radikalisme itu bertentangan dengan nilai universal dan nilai lokal.Pertimbangan moral adalah penilaian mengenai benar dan baiknya sebuah tindakan. Akan tetapi, tidak semua penilaian mengenai baik dan benar merupakan pertimbangan moral. Banyak di antara tindakan yang justru merupakan penilaian terhadap kebaikan atau kebenaran, estetis, teknologis atau bijak. Berbeda dengan penilaian terhadap kebijakan atau estetika, penilaian moral cenderung bersifat universal, inklusif,konsisten, dan didasarkan pada alasan-alasan yang objektif, impersonal, atau ideal. Struktur pertimbangan moral ditetapkan berdasarkan pada apa yang didapatkan seseorang sebagai sesuatu yang berharga pada setiap isu-isu moral dan bagaimana ia mampu memilih dan menetapkan nilai-nilai dengan disertai alasan mengapa seseorang memilih dan menetapkan bahwa sesuatu itu berharga. Hal ini merupakan penentu struktur tingkat pertimbangan moral seseorang, yang sekaligus menentukan keputusan moral atau perilaku moral.Kohlberg, melalui penelitian Longitudinal and Crosscultural, telah berupaya untuk menyempurnakan teori Piaget dengan menetapkan enam tingkat pertimbangan moral yang relatif tidak bergantung pada umur.Penetapan tingkat perkembangan moral ini didasarkan pada karakteristik empiris yang memiliki beberapa ciri pokok berikut. (1) Tahap-tahap pertimbangan moral tersusun secara utuh, artinya system berpikirnya terorganisasi. (2) Tahap pertimbangan moral berurutan secara invarian dan tidak pernah terbalik dalam semua kondisi (kecuali mereka yang mengalami trauma secara ekstrem perkembangannya selalu progresif). Tidak ada tahap-tahap terlompati dan gerakannya selalu menuju tahap yang lebih tinggi. (3) Tahap-tahap pertimbangan moral terintegrasi secara hierarkis. Artinya, tingkat pemikiran moral yang tinggi telah tercakup dan menguasai tahap-tahap dan pola piker yang berada di bawahnya. (4) Struktur tingkat pertimbangan moral berfungsi melahirkan kecenderungan ke arah tahapan-tahapan yang lebih tinggi. (5)Struktur pertimbangan moral harus dibedakan dengan isi pertimbangan moral. Sebagai contoh, suatu pilihan yang ditetapkan seseorang (se-bagai sesuatu yang berharga atau tidak berharga) dalam suatu situasi yang dihadapi disebut isi pertimbangan moral, sedangkan alasan tentang penetapan suatu pilihan (struktur penetapan pilihan) berdasarkan pemikiran moralnya disebut pertimbangan moral (melalui Muhamimin, 2001: 216). Selanjutnya, Kohlberg mengidentifikasi enam tahap tingkat pertimbangan moral, yaitu (i) orientasi hukuman atau kepatuhan, (ii) orientasi instrumental-relatif, (iii) orientasi masuk kelompok anak manis atau anak baik, (iv)orientasi hukum dan ketertiban, (v) orientasi kontrak social legalitas, dan (vi) orientasi prinsip kewajiban. Hasil kajian Kohlberg mengenai tahap-tahap perkembangan moral memiliki kelemahan di mana tahap ke-5 kurang memiliki bukti empiris dan tahap ke-6 tidak memiliki bukti empiris.Hasil ini dikritik oleh Gilligan (1982) karena semua responden penelitian berjenis laki-laki, padahal menurut Gilligan wanita memiliki perbedaan dengan laki dalam membuat keputusan moral (Zuchdi, 2008: 19). Secara singkat dikatakan laki-
laki dalam membuat keputusan moral mengutamakan “hak”, sedangkan wanita mengutamakan “tanggung jawab”. Perbedaan Kohlberg dan Gilligan tersebut ditanggapi oleh Reimer, Paolitto, dan Hersh (1983:108), bahwa kematangan moral harus dilihat dari dua sisi. Laki-laki dalam penalaran moral tentang keadilan mendasarkan pada prinsip, perlu belajar menjadi orang yang memiliki kasih sayang di samping bertindak adil. Sebaliknya, wanita yang memiliki sifat kasih saying perlu belajar mengintegrasikan moralitas personal dan institusional dalam prinsip-prinsip moral yang konsisten Dengan demikian teori perkembangan moral tawaran Kohlberg tersebut dari perspektif gender tampak bias gender karena objek kajian penelitian pada jenis laki-laki saja, sedangkan wanita tidak dijadikan objek penelitian, padahal dari sisi psikologi laki-laki dan wanita terdapat perbedaan. Di antara perbedaan kedua jenis laki-laki dan wanita antara lain telah disebutkan di atas. Meskipun demikian tawaran pemikiran moral Kohlberg tetap memberikan sumbangan pemikiran yang berguna dalam kajian moral.Jika dianalisis lebih lanjut sumbangan pemikiran moral Kohlberg lebih menekankan pada pemikiran moral belum menjangka pada penghayatan, dan ranah spiritual. Sementara tesis Capra yang dituangkan
dalam paradigm “Visi Realitas Baru” yang antara lain berintikan pandangan hidup system
dan keutuhan. Ia mengamati perubahan yang berlangsung terus menerus yang merupakan
sebuah “titik balik” dalam peradaban
manusia yang mewakili tumbuhnya kesadaran baru dalam kehidupan yang sarat nilai Tesis Capra lebih menekankan bahwa setiap peradaban manusia akan melahirkan kesadaran baru dalam kehidupan yang sarat nilai. Oleh karena itu, ada dua hal esensial menghadapi peradaban manusia, yaitu (1) lahirnya kesadaran baru, dan (2) kehidupan sarat nilai.
Pendidikan Nilai Moral
Pendidikan nilai moral adalah pendidikan yang berusaha mengembangkan komponen-komponen integrasi pribadi. Integrasi pribadi dapat dilukiskan sekurang-kurangnya dengan empat gambaran kepribadian. Menurut John P. Miller (1976: 5), gambaran kepribadian menunjukkan beberapa karakteristik.Pertama, pribadi yang terintegrasikan selalu melakukan pertumbuhan dan perkembangan. Maksudnya, ia memandang hidupnya sebagai suatu proses menjadi dan berusaha memilih pengalaman-pengalaman yang mengakibatkan perkembangan tersebut. Oleh karenanya, ia berani menanggung resiko dan menghadapi konflik, selagi ia tahu bahwa tanpa resiko itu perkembangannya tertahan. Dengan kata lain,ia memiliki kesadaran terhadap perubahan perkembangan yang mesti dialami.
Pendidikan Nilai Moral ditinjau dari Perspektif Global Kedua, pribadi yang terintegrasikan memiliki kesadaran akan jati dirinya dan identitasnya. Dia dapat mengenal dan menjelaskan nilai-nilai dan keyakinan yang ia percayai dan menegaskannya secara terbuka, sejauh nilai-nilai itu menjadi kesatuan dengan jati dirinya. Walaupun ia memiliki kepekaan terhadap kebutuhan-kebutuhan orang lain, jati diri atau identitas yang telah ia kembangkan adalah miliknya dan tidak disandarkan pada harapan orang lain atas dirinya. Jati diri yang ia miliki terbentuk dari proses kesadaran memilih dan keteguhan hatinya. Ketiga, pribadi yang terintegrasikan senantiasa terbuka dan peka terhadap kebutuhan orang lain. Dia tidak memutuskan diri dari orang-orang dan dia dapat mengkomunikasikan rasa empatinya secara jelas terhadap orang lain. Dia secara efektif dapat berfungsi dalam suatu situasi kelompok. Keempat, pribadi yang terintegrasikan menggambarkan suatu kebulatan kesadaran. Dia merasakan suatu keseimbangan antara hati dan pikirannya. Ia mengalami rasa keutuhan pribadinya.Dia dapat menggunakan daya kemampuan intuisi, imajinasi, dan penalarannya. Pendidikan nilai moral tawaran John P. Miller tersebut di atas tidak jauh berbeda dengan tawaran Kohlberg. Artinya, John P. Miller pun beranggapan bahwa pendidikan nilai moral itu berfokus pada pembentukan pribadi secara integratif. Oleh karena itu, pendidikan nilai moral bersifat individualistis. Pendidikan nilai merupakan bagian dari pendidikan afeksi karena aspek sistem nilai merupakan salah satu bagian dari aspek afeksi. Selengkapnya, aspek afektif meliputi harga diri, minat, motivasi, sikap, sistem nilai, dan keyakinan.Ada beberapa model pendidikan afektif (nilai) yang dapat dipertimbangkan. Sekurang-kurangnya, ada tujuh belas model. Setiap model mem-punyai tujuan yang berbeda. Berdasarkan arah atau orientasinya, sejumlah model dapat digolongkan dalam satu rumpun. Tujuh belas model pembelajaran afektif yang ada dapat dikelompokkan ke dalam empat buah rumpun dengan sifat penggolongan yang tidak ketat. Empat buah rumpun model pendidilan afektif itu adalah (i) model-model perkembangan (developmental models), (ii) model-model pengenalan diri (selfconceps models), (iii) model-model kepekaan dan kecenderungan-kelompok (sensitivity and group-orientation models), dan (iv) model-model perluasan kesadaran (consciousness-expansion models. Model pendidikan afektif yang dipandang relevan dengan pendidikan nilai adalah model komunikasi, model kepekaan perhatian, model analisis transaksional, model membangun hubungan manusiawi, dan model kejiwaan sosial. Setiap model pembelajaran itu harus memenuhi kerangka kerja yang meliputi arah teori, penerapan kelas, peranan guru, kelayakan model, dan lingkungan belajar. Dengan demikian, tugas guru adalah memilih model yang paling efektif untuk suatu lingkungan tertentu. Pada waktu memilih model, guru harus memperhatikan dua hal. Pertama, model itu harus memenuhi tujuan dan kepentingan guru, misalnya apabila kepentingan untuk memudahkan terbentuknya jati diri yang positif, yang dipilih ialah salah satu di antara model-model yang tergolong dalam rumpun pengenalan diri (self-concept). Kedua, model itu harus disesuaikaN dengan keadaan struktur yang dapat dihadapi oleh murid. Beberapa murid memerlukan lingkungan dengan struktur yang ketat dan dapat mengarahkan mereka, sedangkan beberapa murid yang lain lebih cocok dengan situasi yang lebih longgar.
Pendekatan Pendidikan Nilai Moral
Pendekatan komprehensif pendidikan nilai menurut Kirschenbaum dalam Darmiyati Zuchdi, 2008: 36-37) meliputi pendekatan (i) inculcating, yaitu menanamkan nilai dan moralitas, (ii) modelling, yaitu meneladankan nilai dan moralitas, (iii) facilitating, yaitu memudahkan perkembangan nilai dan moral, dan (iv) skill development, yaitu pengembangan keterampilan untuk mencapai kehidupan pribadi yang tentram dan kehidupan sosial yang kondusif. Pendekatan dapat dipilih sesuai dengan banyaknya nilai yang dipilih untuk ditanamkan dan dikembangkan. Demikian pula, banyak sumber pengembangan nilai-nilai dan banyak pula faktor lain yang membatasinya. Di sisi lain, keseluruhan kurikulum sekolah berfungsi sebagai suatu sumber penting pendidikan nilai. Aktivitas dan praktik yang demokratis di sekolah merupakan faktor efektif yang mendukung keberhasilan pendidikan nilai, di samping kesediaan peserta didik itu sendiri. Peserta didik tidak dapat terlepas dari pengaruh apa yang dilakukan para guru mereka yang berkenaan dengan pendidikan nilai di sekolah, baik dengan metode langsung maupun tidak langsung. Nilai-nilai itu dapat diterima peserta didik melalui kedua metode tersebut, baik yang sudah dirancang dalam kurikulum maupun nilai yang terkandung di dalam kurikulum sebagai hiddent curriculum.Yang ditekankan dalam pendidikan nilai adalah keseluruhan proses pendidikan nilai yang sangat kompleks dan menyeluruh yang melibatkan cakupan yang luas dan beragam variasi yang dialami. Oleh karena itu, pendidikan nilai tidak dapat disajikan hanya oleh seorang guru atau hanya dalam satu pelajaran, tetapi diperlukan format yang beragam dari berbagai pelajaran yang mengintegrasikan secara sendiri sendiri atau dengan kombinasi.
Metode dan Teknik Pendidikan Nilai Moral
Untuk mengaplikasikan konsep pendidikan nilai tersebut di atas, diperlukan beberapa metode, baik metode langsung maupun tidak langsung. Metode langsung mulai dengan penentuan perilaku yang dinilai baik sebagai upaya indoktrinasi berbagai ajaran. Caranya dengan memusatkan perhatian secara langsung pada ajaran melalui mendiskusikan, mengilustrasikan, menghafalkan, dan mengucapkannya.Metode tidak langsung tidak dimulai dengan menentukan perilaku yang diinginkan, tetapi dengan menciptakan situasi yang memungkinkan perilaku yang baik dapat dipraktikkan. Keseluruhan pengalaman di sekolah dimanfaatkan untuk mengembangkan perilaku yang baik. Dengan penerapan metode langsung dimungkinkan nilai-nilai yang diindoktrinasi dapat diserap peserta didik, bahkan dihafal di luar kepala, tetapi tidak terinternalisasikan, apalagi teramalkan. Kemungkinan kedua, nilai nilai tersebut diterapkan dalam kehidupan, tetapi berkat pengawasan pihak penguasa bukan atas kesadaran diri peserta didik. Dalam hal ini, nilai moral yang pelaksananya seharusnya bersifat suka rela (voluntary action) berubah Pendidikan Nilai Moral ditinjau dari Perspektif Global menjadi nilai hukum yang dalam segala aspeknya memerlukan pranata hukum.Di samping itu, pendidikan nilai moral dapat diselenggarakan dengan menggunakan (i) metode dogmatis, (ii) metode deduktif, (iii) metode
induktif, atau (iv) metode reflektif (Muhadjir,1988:161). Masing-masing metode itu dapat dijelaskan secara singkat sebagai berikut. a. Metode dogmatik adalah metode untuk mengajarkan nilai kepada peserta didik dengan jalan menyajikan nilai-nilai kebaikan dan kebenaran yang harus diterima apa adanya tanpa mempersoalkan hakikat kebaikan dan kebenaran itu sendiri. b. Metode deduktif adalah cara menyajikan nilai-nilai kebenaran (keutuhan dan kemanusiaan) dengan jalan menguraikan konsep tentang kebenaran itu agar dipahami oleh peserta didik. Metode ini bertolak dari kebenaran sebagai teori atau konsep yang memiliki nilai-nilai baik, selanjutnya ditarik beberapa contoh kasus terapan dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat, atau ditarik ke dalam nilai-nilai lain yang lebih khusus atau sempit ruang lingkupnya. c. Metode induktif adalah sebagai kebalikan dari metode deduktif, yakni dalam membelajarkan nilai dimulai dengan mengenalkan kasus-kasus dalam kehidupan sehari-hari, kemudian ditarik maknanya secara hakiki tentang nilai-nilai kebenaran yang berada dalam kehidupan tersebut. d. Metode reflektif merupakan gabungan dari penggunaan metode deduktif dan induktif, yakni membelajarkan nilai dengan jalan mondar-mandir antara memberikan konsep secara umum tentang nilai-nilai kebenaran, kemudian melihatnya dalam kasuskasus kehidupan sehari-hari, atau dari melihat kasus-kasus sehari-hari dikembalikan kepada konsep teoretiknya secara umum. Berbagai metode tersebut selanjutnya perlu dikembangkan secara rinci ke dalam teknik atau prosedur pembelajaran. Teknik pendidikan nilai moral yang berorientasi pada nilai (afek) ada bermacam-macam, di antaranya ialah(i) teknik indoktrinasi, (ii) teknik moral reasoning, (iii) teknik meramalkan konsekuensi, (iv) teknik klarifikasi, dan (v) teknik internalisasi (Muhadjir, 1988:199).Berikut ini sekedar contoh implementasi pendidikan nilai. Contoh (i) berkenaan dengan keteladanan. Pengimplementasian pendidikan nilai kepada peserta didik memerlukan adanya kesadaran para pendidik agar senantiasa menjadi contoh bagi peserta didik agar tidak bersikap mendua. Misalnya,jika peserta didik dituntut berperilaku jujur, berucap dengan upacan yang baik, konsekuensinya para pendidik dituntut berperilaku jujur, tidak mengajarkan kebohongan, dan bertutur kata yang baik. Contoh (ii) berkenaan dengan pernyataan bahwa jika si pendidik menginginkan peserta didik menghormati hukum, si pendidik harus selalu mematuhi peraturan dan hukum yang berlaku. Perlu disadari bahwa setiap ucapan dan perilaku pendidik (orang tua dan guru) sangat mempengaruhi karakter peserta didik. Sebagai konsekuensinya, para pendidik (orang tua, guru, dan para pembimbing) harus konsisten dalam berperilaku moral karena peserta didik tumbuh dan berkembang mengikuti model perilaku para pendidik. Mereka akan melakukan apa yang dilakukan dan dikatakan oleh si pendidik. Para pendidik hendaknya selalu memeli hara nilai diajarkan dan konsisten dalam berperilaku.
KESIMPULAN
- karena selain memberikan dampak yang buruk bagi suatu bangsa globalisasi juga memberikan dampak positif juga oleh karena itu kita sebagai warga Negara harus bisa menyaring budaya budaya yang masuk ke Negara kita. kita harus pandai dalam menyaring budaya tersebut mengambil hal yang posif saja yang bisa diterima oleh masyarakat yang bisa memberi pengaruh baik bagi moral suatu bangsa. - Bahwa terjadinya proses globalisasi dalam aspek sosial terjadi dengan cara melalui berbagai macam media salah satunya adalah media elektronik seperti televisi,internet,hp dll baik secara langsung maupun tidak langsung, serta melalui interaksi yang terjadi dimasyarakat. - Bahwa dampak yang ditimbulkan era globalisasi pada aspek sosial yaitu terjadi perubahan ciri kehidupan masyarakat desa yang tadinya menjunjung tinggi gotong royong menjadi individual, serta sifat ingin selalu instant pada diri individu tersebut. - Bahwa penanggulangan pada dampak era globalisasi pada aspek sosial diantaranya diadakannya pembangunan kualitas manusia, pemberian life skill, memberikan sikap hidup yang global dan menumbuhkan wawasan, identitas rasional serta menciptakan pemerintahan yang transparan dan demokratis. - Konsep pendidikan nilai moral yang dikemukakan oleh Kohlberg dan John P. Miller cenderung bersifat individualistik. Oleh karena itu, konsep itu memerlukan penyempurnaan dengan mempertimbangkan paradigm yang dikemukakan oleh Capra. Lebih lanjut, dalam implementasikannya, diperlukan strategi pendidikan nilai moral yang tepat melalui pemilihan pendekatan (approach),metode (method), dan teknik (technique) pendidikan nilai moral yang sesuai. - jadi pendidikan nilai moral suatu bangsa sangat penting karena dapat membantu seseorang untuk berkembang menjadi seseorang yang lebih manusiawi yang dapat menjadi manusia yang beguna dan berpengaruh dalam masyarakat yang bersifat produktif kooperatif serta menjadi sorang yang bertanggung jawab -Pendidikan nilai moral merupakan tuntutan dan sekaligus kebutuhan pada tatanan global bagi umat manusia sebagai pengejawantahan hidup bersama, berbangsa, dan bernegara dalam
hubungannya dengan tatanan global yang diwarnai dengan berbagai permasalahan yang bersifat luas, kompleks, dan mendunia. -Penyelesaian permasalahan hidup yang dialami umat manusia tidak cukup dalam negeri sendiri, namun banyak hal yang penyelesaiannya dibutuhkan dukungan dan bantuan luar negeri, misalnya terorisme global,masalah ekonomi, dan masalah krisis multidimensional. -Berdasarkan fakta yang ada, dapat dilihat bahwa terjadi kemerosotan nilai moral, seperti tingkat kriminalitas yang tinggi, tingkat aborsi yang tinggi, dan lain-lain. Jika hal-hal seperti ini tidak diperbaiki, hal ini akan menyebabkan rusaknya generasi masyarakat di masa yang akan datang. Sehingga tidak mungkin zaman akan berganti lagi seperti zaman jahiliyah dahulu. - Globalisasi merupakan suatu gejala wajar yang pasti akan dialami oleh setiap bangsa di dunia, baik pada masyarakat yang maju, masyarakat berkembang, masyarakat transisi, maupun masyarakat yang masih rendah taraf hidupnya.Dalam era global, suatu masyarakat/negara tidak mungkin dapat mengisolasi diri terhadap proses globalisasi. Jika suatu masyarakat/negara mengisolasi diri dari globalisasi, mereka dapat dipastikan akan terlindas oleh jaman serta terpuruk pada era keterbelakangan dan kebodohan.Dampak positif dan negatif pada pengaruh globalisasi terhadap kehidupan berbangsa dan bernegara pun ada. Salah satunya era globalisasi pada sistem politik. Bangsa Indonesia telah menerapkan kehidupan berdemokrasi yang telah membawa perubahan-perubahan yang besar, diantaranya pelaksanaan pemilu legislatif dengan sistem multipartai dan pemilihan presiden dan wakil presiden secara langsung. Itu dampak positifnya -Dari hasil pembahasan diatas, pemerintah dapat melakukan beberapa tindakan untuk mencegah terjadinya pengaruh ekonomi bagi kehidupan bangsa dan negara yaitu :Pemerintah perlu mengkaji ulang perturan-peraturan yang dapat menyebabkan pergeseran ekonomi ,Masyarakat harus mencintai produk dari bangsa kita sendiri,Pemerintah harus meningkatkan kemampuan bangsa dan negara untuk berkompetisi secara internasional,Pemerintah harus mampu meningkatkan kualitas produksi dalam negeri agar dapat bersaing di pasar internasional,Pemerintah juga harus mampu meningkatkan pendapatan perkapita masyarakat -Pendidikan nilai atau moral sebagai isu global di beberapa negara (Indonesia,Malaysia, India, dan Cina) menampakkan adanya perbedaan dan kesamaan. Perbedaan yang ada disebabkan oleh adanya perbedaan ideologi bangsa. Walaupun demikian,negara-negara itu memberikan penekanan pendidikan nilai moral pada nilai etik-moral; terutama dalam hal nilai-nilai yang bersifat asasi manusia, universal, dan global.