Pengertian Kelompok Sosial Dan Organisasi Sosial |pembelajaran sosiologi Bab 1. Kls XI
Pengertian Kelompok Sosial Dan Organisasi Sosial |pembelajaran sosiologi Bab 1. Kls XI
Kelompok Sosial
A. Pengertian Kelompok Sosial
Secara sosiologis pengertian kelompok sosial adalah suatu kumpulan
orang-orang yang mempunyai hubungan dan saling berinteraksi satu sama
lain dan dapat mengakibatkan tumbuhnya perasaan bersama. Disamping itu
terdapat beberapa definisi dari para ahli mengenai kelompok sosial.
Menurut Josep S Roucek dan Roland S Warren kelompok sosial adalah suatu
kelompok yang meliputi dua atau lebih manusia, yang diantara mereka
terdapat beberapa pola interaksi yang dapat dipahami oleh para
anggotanya atau orang lain secara keseluruhan.
B. Proses Terbentuknya Kelompok Sosial
Menurut Abdul Syani, terbentuknya suatu kelompok sosial karena adanya
naluri manusia yang selalu ingin hidup bersama. Manusia membutuhkan
komunikasi dalam membentuk kelompok, karena melalui komunikasi orang
dapat mengadakan ikatan dan pengaruh psikologis secara timbal balik. Ada
dua hasrat pokok manusia sehingga ia terdorong untuk hidup berkelompok,
yaitu:
Hasrat untuk bersatu dengan manusia lain di sekitarnya
Hasrat untuk bersatu dengan situasi alam sekitarnya
C. Syarat Terbentuknya Kelompok Sosial
Kelompok-kelompok sosial merupakan himpunan atau kesatuan manusia yang
hidup bersama dan saling berinteraksi. Untuk itu, setiap himpunan
manusia agar dapat dikatakan sebagai kelompok sosial, haruslah memenuhi
persyaratan sebagai berikut:
Setiap anggota kelompok memiliki kesadaran bahwa dia merupakan bagian dari kelompok yang bersangkutan.
Ada kesamaan faktor yang dimiliki anggota-anggota kelompok itu
sehingga hubungan antara mereka bartambah erat. Faktor-faktor kesamaan
tersebut, antara lain
Persamaan nasib
Persamaan kepentingan
Persamaan tujuan
Persamaan ideologi politik
Persamaan musuh
3. Kelompok sosial ini berstruktur, berkaidah, dan mempunyai pola perilaku.
Kelompok sosial ini bersistem dan berproses.
D. Macam-Macam Kelompok Sosial
1. Klasifikasi Tipe-tipe Kelompok Sosial
Menurut Soerjono Soekanto dapat diklasifikasikan menjadi beberapa macam, yaitu:
a. Berdasarkan besar kecilnya anggota kelompok
Menurut George Simmel, besar kecilnya jumlah anggota kelompok akan
memengaruhi kelompok dan pola interaksi sosial dalam kelompok tersebut.
Dalam penelitiannya, Simmel memulai dari satu orang sebagai perhatian
hubungan sosial yang dinamakan monad. Kemudian monad dikembangkan
menjadi dua orang atau diad, dan tiga orang atau triad, dan
kelompok-kelompok kecil lainnya. Hasilnya semakin banyak jumlah anggota
kelompoknya, pola interaksinya juga berbeda.
b. Berdasarkan derajat interaksi dalam kelompok
Derajat interaksi ini juga dapat dilihat pada beberapa kelompok sosial
yang berbeda. Kelompok sosial seperti keluarga, rukun tetangga,
masyarakat desa, akan mempunyai kelompok yang anggotanya saling mengenal
dengan baik (face-to-face groupings). Hal ini berbeda dengan kelompok
sosial seperti masyarakat kota, perusahaan, atau negara, di mana
anggota-anggotanya tidak mempunyai hubungan erat.
c. Berdasarkan kepentingan dan wilayah
Sebuah masyarakat setempat (community) merupakan suatu kelompok sosial
atas dasar wilayah yang tidak mempunyai kepentingan-kepentingan
tertentu. Sedangkan asosiasi (association) adalah sebuah kelompok sosial
yang dibentuk untuk memenuhi kepentingan tertentu.
d. Berdasarkan kelangsungan kepentingan
Adanya kepentingan bersama merupakan salah satu faktor yang menyebabkan
terbentuknya sebuah kelompok sosial. Suatu kerumunan misalnya, merupakan
kelompok yang keberadaannya hanya sebentar karena kepentingannya juga
tidak berlangsung lama. Namun, sebuah asosiasi mempunyai kepentingan
yang tetap.
e. Berdasarkan derajat organisasi
Kelompok sosial terdiri atas kelompok-kelompok sosial yang terorganisasi
dengan rapi seperti negara, TNI, perusahaan dan sebagainya. Namun, ada
kelompok sosial yang hampir tidak terorganisasi dengan baik, seperti
kerumunan.
Secara umum tipe-tipe kelompok sosial adalah sebagai berikut.
Kategori statistik, yaitu pengelompokan atas dasar ciri tertentu yang sama, misalnya kelompok umur.
Kategori sosial, yaitu kelompok individu yang sadar akan ciri-ciri
yang dimiliki bersama, misalnya HMI (Himpunan Mahasiswa Islam
Indonesia).
Kelompok sosial, misalnya keluarga batih (nuclear family)
Kelompok tidak teratur, yaitu perkumpulan orang-orang di suatu
tempat pada waktu yang sama karena adanya pusat perhatian yang sama.
Misalnya, orang yang sedang menonton sepak bola.
Organisasi Formal, yaitu kelompok yang sengaja dibentuk untuk
mencapai tujuan tertentu yang telah ditentukan terlebih dahulu, misalnya
perusahaan.
2. Kelompok Sosial dipandang dari Sudut Individu
Pada masyarakat yang kompleks, biasanya setiap manusia tidak hanya
mempunyai satu kelompok sosial tempat ia menjadi anggotanya. Namun, ia
juga menjadi anggota beberapa kelompok sosial sekaligus. Terbentuknya
kelompok-kelompok sosial ini biasanya didasari oleh kekerabatan, usia,
jenis kelamin, pekerjaan atau kedudukan. Keanggotaan masing-masing
kelompok sosial tersebut akan memberikan kedudukan dan prestise
tertentu. Namun yang perlu digarisbawahi adalah sifat keanggotaan suatu
kelompok tidak selalu bersifat sukarela, tapi ada juga yang sifatnya
paksaan. Misalnya, selain sebagai anggota kelompok di tempatnya bekerja,
Pak Tomo juga anggota masyarakat, anggota perkumpulan bulu tangkis,
anggota Ikatan Advokat Indonesia, anggota keluarga, anggota Paguyuban
masyarakat Jawa dan sebagainya.
3. In-Group dan Out-Group
Sebagai seorang individu, kita sering merasa bahwa aku termasuk dalam
bagian kelompok keluargaku, margaku, profesiku, rasku, almamaterku, dan
negaraku. Semua kelompok tersebut berakhiran dengan kepunyaan “ku”.
Itulah yang dinamakan kelompok sendiri (In group) karena aku termasuk di
dalamnya. Banyak kelompok lain dimana aku tidak termasuk keluarga, ras,
suku bangsa, pekerjaan, agama dan kelompok bermain. Semua itu merupakan
kelompok luar (out group) karena aku berada di luarnya.
In-group dan out-group dapat dijumpai di semua masyarakat, walaupun
kepentingan-kepentingannya tidak selalu sama. Pada masyarakat primitif
yang masih terbelakang kehidupannya biasanya akan mendasarkan diri pada
keluarga yang akan menentukan kelompok sendiri dan kelompok luar
seseorang. Jika ada dua orang yang saling tidak kenal berjumpa maka hal
pertama yang mereka lakukan adalah mencari hubungan antara keduanya.
Jika mereka dapat menemukan adanya hubungan keluarga maka keduanya pun
akan bersahabat karena keduanya merupakan anggota dari kelompok yang
sama. Namun, jika mereka tidak dapat menemukan adanya kesamaan hubungan
antaa keluarga maka mereka adalah musuh sehingga merekapun bereaksi.
Pada masyarakat modern, setiap orang mempunyai banyak kelompok sehingga
mungkin saja saling tumpang tindih dengan kelompok luarnya. Siswa lama
selalu memperlakukan siswa baru sebagai kelompok luar, tetapi ketika
berada di dalam gedung olahraga mereka pun bersatu untuk mendukung tim
sekolah kesayangannya.
4. Kelompok Primer (Primary Group) dan Kelompok Sekunder (Secondary Group)
Menurut Charles Horton Cooley, kelompok primer adalah kelompok-kelompok
yang ditandai dengan ciri-ciri saling mengenal antara anggota-anggotanya
serta kerja sama yang erat yang bersifat pribadi. Sebagai salah satu
hasil hubungan yang erat dan bersifat pribadi tadi adalah adanya
peleburan individu-individu ke dalam kelompok-kelompok sehingga tujuan
individu menjadi tujuan kelompok juga. Oleh karena itu hubungan sosial
di dalam kelompok primer berisfat informal (tidak resmi), akrab,
personal, dan total yang mencakup berbagai aspek pengalaman hidup
seseorang.
Di dalam kelompok primer, seperti: keluarga, klan, atau sejumlah
sahabat, hubungan sosial cenderung bersifat santai. Para anggota
kelompok saling tertarik satu sama lainnya sebagai suatu pribadi. Mereka
menyatakan harapan-harapan, dan kecemasan-kecemasan, berbagi
pengalaman, mempergunjingkan gosip, dan saling memenuhi kebutuhan akan
keakraban sebuah persahabatan.
Di sisi lain, kelompok sekunder adalah kelompok-kelompok besar yang
terdiri atas banyak orang, antara dengan siapa hubungannya tida perlu
berdasarkan pengenalan secara pribadi dan sifatnya juga tidak begitu
langgeng. Dalam kelompok sekunder, hubungan sosial bersifat formal,
impersonal dan segmental (terpisah), serta didasarkan pada manfaat
(utilitarian). Seseorang tidak berhubungan dengan orang lain sebagai
suatu pribadi, tetapi sebagai seseorang yang berfungsi dalam menjalankan
suatu peran. Kualitas pribadi tidak begitu penting, tetapi cara
kerjanya.
5. Paguyuban (Gemeinschaft) dan Patembayan (Gesellschaft)
Konsep paguyuban (gemeinschaft) dan patembayan (gesellschaft)
dikemukakan oleh Ferdinand Tonnies. Pengertian paguyuban adalah suatu
bentuk kehidupan bersama, di mana anggota-anggotanya diikat oleh
hubungan batin yang murni dan bersifat alamiah, serta kekal. Dasar
hubungan tersebut adalah rasa cinta dan rasa kesatuan batin yang memang
telah dikodratkan. Bentuk paguyuban terutama akan dijumpai di dalam
keluarga, kelompok kekerabatan, rukun tetangga, dan sebagainya. Secara
umum ciri-ciri paguyuban adalah:
Intimate, yaitu hubungan yang bersifat menyeluruh dan mesra
Private, yaitu hubungan yang bersifat pribadi
Exclusive, yaitu hubungan tersebut hanyalah untuk “kita” saja dan tidak untuk orang lain di luar “kita”
Di dalam setiap masyarakat selalu dapat dijumpai salah satu di antara tiga tipe paguyuban berikut.
Paguyuban karena ikatan darah (gemeinschaft by blood), yaitu
gemeinschaft atau paguyuban yang merupakan ikatan yang didasarkan pada
ikatan darah atau keturunan. Misalnya keluarga dan kelompok kekerabatan.
Paguyuban karena tempat (gemeinschaft of place), yaitu suatu
paguyuban yang terdiri atas orang-orang yang berdekatan tempat tinggal
sehingga dapat saling tolong-menolong. Misalnya kelompok arisan, rukun
tetangga.
Paguyuban karena jiwa pikiran (gemeinschaft of mind), yaitu
paguyuban yang terdiri atas orang-orang yang walaupun tidak mempunyai
hubungan darah ataupun tempat tinggalnya tidak berdekatan, akan tetapi
mereka mempunyai jiwa, pikiran, dan ideologi yang sama. Ikatan pada
paguyuban ini biasanya tidak sekuat paguyuban karena darah atau
keturunan.
Sebaliknya, patembayan (gesellschaft) adalah ikatan lahir yang bersifat
pokok untuk jangka waktu tertentu yang pendek. Patembayan bersifat
sebagai suatu bentuk dalam pikiran belaka (imaginary) serta strukturnya
bersifat mekanis seperti sebuah mesin. Bentuk gesellschaft terutama
terdapat di dalam hubungan perjanjian yang bersifat timbal balik.
Misalnya, ikatan perjanjian kerja, birokrasi dalam suatu kantor,
perjanjian dagang, dan sebagainya.
Ciri-ciri hubungan paguyuban dengan patembayan dapat diketahui dari tabel berikut:
Paguyuban
Patembayan
Personal
Informal
Tradisional
Sentimental
Umum
Impersonal
Formal, kontraktul
Utilitarian
Realistis, “ketat”
Khusus
6. Formal Group dan Informal Group
Menurut Soerjono Soekanto, formal group adalah kelompok yang mempunyai
peraturan yang tegas dan sengaja diciptakan oleh anggota-anggotanya
untuk mengatur hubungan antar sesamanya. Kriteria rumusan organisasi
formal group merupakan keberadaan tata cara untuk memobilisasikan dan
mengoordinasikan usaha-usaha demi tercapainya tujuan berdasarkan
bagian-bagian organisasi yang bersifat khusus.
Organisasi biasanya ditegakkan pada landasan mekanisme administratif.
Misalnya, sekolah terdiri atas beberapa bagian, seperti kepala sekolah,
guru, siswa, orang tua murid, bagian tata usaha dan lingkungan
sekitarnya. Organisasi seperti itu dinamakan birokrasi. Menurut Max
Weber, organisasi yang didirikan secara birokrasi mempunyai ciri-ciri
sebagai berikut:
Tugas organisasi didistribusikan dalam beberapa posisi yang merupakan tugas-tugas jabatan.
Posisi dalam organisasi terdiri atas hierarki struktur wewenang.
Suatu sistem peraturan memengaruhi keputusan dan pelaksanaannya.
Unsur staf yang merupakan pejabat, bertugas memelihara organisasi dan khususnya keteraturan organisasi.
Para pejabat berharap agar hubungan atasan dengan bawahan dan pihak lain bersifat orientasi impersonal.
Penyelenggaraan kepegawaian didasarkan pada karier.
Sedangkan pengertian informal group adalah kelompok yang tidak mempunyai
struktur dan organisasi yang pasti. Kelompok-kelompok tersebut biasanya
terbentuk karena pertemuan-pertemuan yang berulang kali. Dasar
pertemuan-pertemuan tersebut adalah kepentingan-kepentingan dan
pengalaman-pengalaman yang sama. Misalnya klik (clique), yaitu suatu
kelompok kecil tanpa struktur formal yang sering timbul dalam
kelompok-kelompok besar. Klik tersebut ditandai dengan adanya
pertemuan-pertemuan timbal balik antaranggota yang biasanya hanya
“antarakita” saja.
7. Membership Group dan Reference Group
Mengutip pendapat Robert K Merton, bahwa membership group adalah suatu
kelompok sosial, di mana setiap orang secara fisik menjadi anggota
kelompok tersebut. Batas-batas fisik yang dipakai untuk menentukan
keanggotaan seseorang tidak dapat ditentukan secara mutlak. Hal ini
disebabkan perubahan-perubahan keadaan. Situasi yang tidak tetap akan
memengaruhi derajat interaksi di dalam kelompok tadi sehingga adakalanya
seorang anggota tidak begitu sering berkumpul dengan kelompok tersebut
walaupun secara resmi dia belum keluar dari kelompok itu.
Reference group adalah kelompok sosial yang menjadi acuan seseorang
(bukan anggota kelompok) untuk membentuk pribadi dan perilakunya. Dengan
kata lain, seseorang yang bukan anggota kelompok sosial bersangkutan
mengidentifikasikan dirinya dengan kelompok tadi. Misalnya, seseorang
yang ingin sekali menjadi anggota TNI, tetapi gagal memenuhi persyaratan
untuk memasuki lembaga pendidikan militer. Namun, ia bertingkah laku
layaknya seorang perwira TNI meskipun dia bukan anggota TNI.
8. Kelompok Okupasional dan Volunteer
Pada awalnya suatu masyarakat, menurut Soerjono Soekanto, dapat
melakukan berbagai pekerjaan sekaligus. Artinya, di dalam masyarakat
tersebut belum ada pembagian kerja yang jelas. Akan tetapi, sejalan
dengan kemajuan peradaban manusia, sistem pembagian kerja pun berubah.
Salah satu bentuknya adalah masyarakat itu sudah berkembang menjadi
suatu masyarakat yang heterogen. Pada masyarakat seperti ini, sudah
berkembang sistem pembagian kerja yang didasarkan pada kekhususan atau
spesialisasi. Warga masyarakat akan bekerja sesuai dengan bakatnya
masing-masing. Setelah kelompok kekerabatan yang semakin pudar
fungsinya, muncul kelompok okupasional yang merupakan kelompok terdiri
atas orang-orang yang melakukan pekerjaan sejenis. Kelompok semacam ini
sangat besar peranannya di dalam mengarahkan kepribadian seseorang
terutama para anggotanya.
Sejalan dengan berkembangnya teknologi komunikasi, hampir tidak ada
masyarakat yang tertutup dari dunia luar sehingga ruang jangkauan suatu
masyarakatpun semakin luas. Meluasnya ruang jangkauan ini mengakibatkan
semakin heterogennya masyarakat tersebut. Akhirnya tidak semua
kepentingan individual warga masyarakat dapat dipenuhi.
Akibatnya dari tidak terpenuhinya kepentingan-kepentingan masyarakat
secara keseluruhan, muncullah kelompok volunteer. Kelompok ini mencakup
orang-orang yang mempunyai kepentingan sama, namun tidak mendapatkan
perhatian masyarakat yang semakin luas jangkauannya tadi. Dengan
demikian, kelompok volunteer dapat memenuhi kepentingan-kepentingan
anggotanya secara individual tanpa mengganggu kepentingan masyarakat
secara luas.
Beberapa kepentingan itu antara lain:
Kebutuhan akan sandang, pangan dan papan
Kebutuhan akan keselamatan jiwa dan harta benda
Kebutuhan akan harga diri
Kebutuhan untuk mengembangkan potensi diri
Kebutuhan akan kasih sayang
E. Kelompok Sosial yang Tidak Teratur
1. Kerumunan (Crowd)
Kerumunan adalah sekelompok individu yang berkumpul secara kebetulan di
suatu tempat pada waktu yang bersamaan. Ukuran utama adanya kerumunan
adalah kehadiran orang-orang secara fisik. Sedikit banyaknya jumlah
kerumunan adalah sejauh mata dapat melihat dan selama telingan dapat
mendengarkannya. Kerumunan tersebut segera berakhir setelah
orang-orangnya bubar. Oleh karena itu, kerumunan merupakan suatu
kelompok sosial yang bersifat sementara (temporer).
Secara garis besar Kingsley Davis membedakan bentuk kerumunan menjadi:
a. Kerumunan yang berartikulasi dengan struktur sosial
Kerumunan ini dapat dibedakan menjadi:
1) Khalayak penonton atau pendengar formal (formal audiences),
merupakan kerumunan yang mempunyai pusat perhatian dan tujuan yang sama.
Misalnya, menonton film, mengikuti kampanye politik dan sebagainya.
2) Kelompok ekspresif yang telah direncanakan (planned expressive
group), yaitu kerumunan yang pusat perhatiannya tidak begitu penting,
akan tetapi mempunyai persamaan tujuan yang tersimpul dalam aktivitas
kerumunan tersebut.
b. Kerumunan yang bersifat sementara (Casual Crowd)
Kerumunan ini dibedakan menjadi:
1) Kumpulan yang kurang menyenangkan (inconvenient aggregations).
Misalnya, orang yang sedang antri tiket, orang-orang yang menunggu
kereta.
2) Kumpulan orang-orang yang sedang dalam keadaan panik (panic
crowds), yaitu orang-orang yang bersama-sama berusaha untuk
menyelamatkan diri dari bahaya. Dorongan dalam diri individu-individu
yang berkerumun tersebut mempunyai kecenderungan untuk mempertinggi rasa
panik. Misalnya, ada kebakaran dan gempa bumi.
3) Kerumunan penonton (spectator crowds), yaitu kerumunan yang
terjadi karena ingin melihat kejadian tertentu. Misalnya, ingin melihat
korban lalu lintas.
c. Kerumunan yang berlawanan dengan norma-norma hukum (Lawless Crowd)
Kerumunan ini dibedakan menjadi:
1) Kerumunan yang bertindak emosional (acting mobs), yaitu kerumunan
yang bertujuan untuk mencapai tujuan tertentu dengan menggunakan
kekuatan fisik yang bertentangan dengan norma-norma yang berlaku.
Misalnya aksi demonstrasi dengan kekerasan.
2) Kerumunan yang bersifat immoral (immoral crowds), yaitu kerumunan
yang hampir sama dengan kelompok ekspresif. Bedanya adalah bertentangan
dengan norma-norma masyarakat. Misalnya, orang-orang yang mabuk.
2. Publik
Berbeda dengan kerumunan, publik lebih merupakan kelompok yang tidak
merupakan kesatuan. Interaksi terjadi secara tidak langsung melalui
alat-alat komunikasi, seperti pembicaraan pribadi yang berantai,
desas-desus, surat kabar, televisi, film, dan sebagainya. Alat
penghubung semacam ini lebih memungkinkan suatu publik mempunyai
pengikut-pengikut yang lebih luas dan lebih besar. Akan tetapi, karena
jumlahnya yang sangat besar, tidak ada pusat perhatian yang tajam
sehingga kesatuan juga tidak ada.
F. Masyarakat Setempat (Community)
Masyarakat setempat adalah suatu masyarakat yang bertempat tinggal di
suatu wilayah (dalam arti geografis) dengan batas-batas tertentu. Faktor
utama yang menjadi dasarnya adalah interaksi yang lebih besar di antara
anggota dibandingkan dengan interaksi penduduk di luar batas
wilayahnya.
Secara garis besar masyarakat setempat berfungsi sebagai ukuran untuk
menggaris bawahi kedekatan hubungan antara hubungan sosial dengan suatu
wilayah geografis tertentu. Akan tetapi, tempat tinggal tertentu saja
belum cukup untuk membentuk suatu masyarakat setempat. Hal ini masih
dibutuhkan adanya perasaan komunitas (community sentiment).
Beberapa unsur komunitas adalah:
1. Seperasaan
Unsur perasaan akibat seseorang berusaha untuk mengidentifikasikan
dirinya dengan sebanyak mungkin orang dalam kelompok tersebut.
Akibatnya, mereka dapat menyebutnya sebagai “kelompok kami” atau
“perasaan kami”.
2. Sepenanggunan
Setiap individu sadar akan peranannya dalam kelompok dan keadaan masyarakat sendiri memungkinkan peranannya dalam kelompok.
3. Saling memerlukan
Individu yang bergabung dalam masyarakat setempat merasakan dirinya
tergantung pada komunitas yang meliputi kebutuhan fisik maupun biologis.
Untuk mengklasifikasikan masyarakat setempat, dapat digunakan empat kriteria yang saling berhubungan, yaitu:
Jumlah penduduk
Luas, kekayaan, dan kepadatan penduduk
Fungsi-fungsi khusus masyarakat setempat terhadap seluruh masyarakat
Organisasi masyarakat yang bersangkutan
Organisasi Sosial
Organisasi sosial adalah perkumpulan sosial yang dibentuk oleh
masyarakat, baik yang berbadan hukum maupun yang tidak berbadan hukum,
yang berfungsi sebagai sarana partisipasi masyarakat dalam pembangunan
bangsa dan negara. Sebagai makhluk yang selalu hidup bersama-sama,
manusia membentuk organisasi sosial untuk mencapai tujuan-tujuan
tertentu yang tidak dapat mereka capai sendiri.
Ada beberapa para ahli yang mengemukakan tentang pengertian organisasi, antara lain:1. W.J.S. Poerwadarminta
Organisasi merupakan susunan dan aturan dari berbagai bagian (orang atau kelompok) sehingga menjadi satu kesatuan yang teratur dan tertata.
2. Janu Murdiyamoko & Citra Handayani
Organisasi merupakan sebuah sistem sosial yang mempunyai identitas kolektif secara tegas, progja yang jelas, prosedur dan cara kerja, serta daftar anggota yang secara terperinci.
3. Max Weber
Organisasi ialah suatu kerangka terstruktur yang di dalamnya berisikan wewenang, tanggung jawab dan pembagian kerja untuk menjalankan masing-masing fungsi tertentu.
4. Dahlan Al Barry
Organisasi merupakan pengaturan dan penyusunan bagian-bagian tertentu hingga menjadi satu kesatuan, aturan dan susunan dari berbagai bagian sehingga menjadi satu kesatuan yang teratur dan gabungan kerja sama untuk mencapai tujuan tertentu.
5. Chester I. Bernard
Organisasi merupakan sebuah sistem kegiatan kerja sama yang dilakukan oleh dua orang ataupun lebih untuk melaksanakan suatu aktivitas yang didalamnya memerlukan komunikasi dengan pencapaian tujuan bersama. Barnard menekankan peranan pada setiap orang anggotanya yang harus diberikan informasi dan motivasi dan sebagian sebagian anggota lainnya yang harus membuat keputusan.
6. Richard Scott
Organisasi merupakan suatu kolektivitas yang disengaja & dibentuk untuk mencapai suatu tujuan tertentu yang didasarkan pada asas kelangsungan.
7. Stephen P. Robbinss
Organisasi merupakan suatu kesatuan sosial yang dikoordinasikan dengan batasan-batasan yang relatif dapat diidentifikasi dan bekerja terus menerus untuk mencapai tujuan bersama.
8. Stoner
Organisasi ialah suatu pola hubungan melalui orang atau sekelompok orang di bawah pengarahan manajer untuk mengejar tujuan bersama.
9. Victor A. Thompson
Organisasi merupakan suatu integrasi dari sejumlah orang yang ahli yang bekerja sama dengan sangat rasional & impersonal untuk mencapai tujuan – tujuan yang spesifik &telah disepakati sebelumnya.
10. James D. Mooney
Organisasi ialah suatu bentuk perserikatan orang atau sekelompok manusia untuk mencapai tujuan bersama yang telah di sepakati.
11. Kochler
Organisasi merupakan sebuah sistem terstruktur yang mengkoordinasikan usaha tertentu oleh suatu kelompok orang untuk mencapai tujuan.
12. Schein
Organisasi ialah suatu bentuk koordinasi segala aktivitas yang rasional oleh sejumlah orang untuk mencapai tujuan melalui pembagian dalam pekerjaan & fungsi hirarki otoritas serta tanggungjawab masing-masing anggota.
Jadi, kesimpulan organisasi ialah suatu kumpulan beberapa orang yang bekerjasama dengan sportif dan tanggung jawab yang dilakukan secara sadar untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Adapun salah satu contoh organisasi di sekolah adalah OSIS, di perguruan tinggi dapat ditemukan seperti organisasi HMI (Himpunan Mahasiswa Islam), BEM (Badan Eksekutif Mahasiswa), HIQMA (Himpunan Qori’ Qoriah Mahasiswa), diluar sekolah seperti contoh organisasi ASEAN, PBB, FKUB, NU, Muhamadiyah, FPI, dls.
Organisasi merupakan susunan dan aturan dari berbagai bagian (orang atau kelompok) sehingga menjadi satu kesatuan yang teratur dan tertata.
2. Janu Murdiyamoko & Citra Handayani
Organisasi merupakan sebuah sistem sosial yang mempunyai identitas kolektif secara tegas, progja yang jelas, prosedur dan cara kerja, serta daftar anggota yang secara terperinci.
3. Max Weber
Organisasi ialah suatu kerangka terstruktur yang di dalamnya berisikan wewenang, tanggung jawab dan pembagian kerja untuk menjalankan masing-masing fungsi tertentu.
4. Dahlan Al Barry
Organisasi merupakan pengaturan dan penyusunan bagian-bagian tertentu hingga menjadi satu kesatuan, aturan dan susunan dari berbagai bagian sehingga menjadi satu kesatuan yang teratur dan gabungan kerja sama untuk mencapai tujuan tertentu.
5. Chester I. Bernard
Organisasi merupakan sebuah sistem kegiatan kerja sama yang dilakukan oleh dua orang ataupun lebih untuk melaksanakan suatu aktivitas yang didalamnya memerlukan komunikasi dengan pencapaian tujuan bersama. Barnard menekankan peranan pada setiap orang anggotanya yang harus diberikan informasi dan motivasi dan sebagian sebagian anggota lainnya yang harus membuat keputusan.
6. Richard Scott
Organisasi merupakan suatu kolektivitas yang disengaja & dibentuk untuk mencapai suatu tujuan tertentu yang didasarkan pada asas kelangsungan.
7. Stephen P. Robbinss
Organisasi merupakan suatu kesatuan sosial yang dikoordinasikan dengan batasan-batasan yang relatif dapat diidentifikasi dan bekerja terus menerus untuk mencapai tujuan bersama.
8. Stoner
Organisasi ialah suatu pola hubungan melalui orang atau sekelompok orang di bawah pengarahan manajer untuk mengejar tujuan bersama.
9. Victor A. Thompson
Organisasi merupakan suatu integrasi dari sejumlah orang yang ahli yang bekerja sama dengan sangat rasional & impersonal untuk mencapai tujuan – tujuan yang spesifik &telah disepakati sebelumnya.
10. James D. Mooney
Organisasi ialah suatu bentuk perserikatan orang atau sekelompok manusia untuk mencapai tujuan bersama yang telah di sepakati.
11. Kochler
Organisasi merupakan sebuah sistem terstruktur yang mengkoordinasikan usaha tertentu oleh suatu kelompok orang untuk mencapai tujuan.
12. Schein
Organisasi ialah suatu bentuk koordinasi segala aktivitas yang rasional oleh sejumlah orang untuk mencapai tujuan melalui pembagian dalam pekerjaan & fungsi hirarki otoritas serta tanggungjawab masing-masing anggota.
Jadi, kesimpulan organisasi ialah suatu kumpulan beberapa orang yang bekerjasama dengan sportif dan tanggung jawab yang dilakukan secara sadar untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Adapun salah satu contoh organisasi di sekolah adalah OSIS, di perguruan tinggi dapat ditemukan seperti organisasi HMI (Himpunan Mahasiswa Islam), BEM (Badan Eksekutif Mahasiswa), HIQMA (Himpunan Qori’ Qoriah Mahasiswa), diluar sekolah seperti contoh organisasi ASEAN, PBB, FKUB, NU, Muhamadiyah, FPI, dls.
Hakekat Lembaga SosialKeberadaan lembaga sosial tidak lepas
dari adanya norma dalam masyarakat. Di mana nilai merupakan sesuatu yang
baik, dicita- citakan, dan dianggap penting oleh masyarakat. Oleh
karenanya, untuk mewujudkan nilai sosial, masyarakat menciptakan
aturan-aturan yang tegas yang disebut norma sosial. Nilai dan norma
inilah yang membatasi setiap perilaku manusia dalam kehidupan bersama.
Sekumpulan norma akan membentuk suatu sistem norma. Inilah awalnya
lembaga sosial terbentuk. Sekumpulan nilai dan norma yang telah
mengalami proses institutionalization menghasilkan lembaga sosial.
Proses terbentuknya Lembaga Sosial
Para ilmuan sosial hingga saat ini masih berdiskusi tentang penggunaan istilah yang berhubugnan dengan ”seperangkat aturan/ norma yang berfungsi untuk anggota masyarakatnya”. Istilah untuk menyebutkan seperangkat aturan/ norma yang berfungsi untuk anggota masyarakatnya itu, terdapat dua istilah yang digunakan, yaitu ”social institution” dan ”lembaga kemasyarakatan”. Mana yang benar? Tentu semunya tidak ada yang salah, semuanya benar. Hanya saja ada perbedaan penekanannya. Mereka yang menggunakan istilah ”social institution” pada umumnya adalah para antropolog, dengan menekankan sistem nilai-nya. Sedangkan pada sosiolog, pada umumnya menggunakan istilah lembaga kemasyarakatan atau yang dikenal dengan istilah lembaga sosial, dengan menekankan sistem norma yang memiliki bentuk dan sekaligus abstrak. Pada tulisan ini, akan digunakan istilah lembaga sosial dengan tujuan untuk mempermudah tingkat pemahaman dan sekaligus merujuk pada kurikulum sosiologi yang berlaku saat ini.
Pada awalnya lembaga sosial terbentuk dari norma-norma yang dianggap penting dalam hidup bermasyarakatan. Terbentuknya lembaga sosial berawal dari individu yang saling membutuhkan , kemudian timbul aturan-aturan yang disebut dengan norma kemasyarakatan. Lembaga sosial sering juga dikatakan sebagai sebagai Pranata sosial.
Suatu norma tertentu dikatakan telah melembaga apabila norma tersebut :
Diketahui
Dipahami dan dimengerti
Ditaati
Dihargai
Lembaga sosial merupakan tata cara yang telah diciptakan untuk mengatur hubungan antar manusia dalam sebuah wadah yang disebut dengan Asosiasi. Lembaga dengan
Asosiasi memiliki hubungan yang sangat erat. Namun memiliki pengartian yang berbeda. Lembaga yang tidak mempunyai anggota tetap mempunyai pengikut dalam suatu kelompok yang disebut asosiasi. Asosiasi merupakan perwujudan dari lembaga sosial. Asosiasi memiliki seperangkat aturan, tatatertib, anggota dan tujuan yang jelas. Dengan kata lain Asosiasi memiliki wujud kongkret, sementara Lembaga berwujud abstrak. Istilah lembaga sosial oleh Soerjono Soekanto disebut juga lembaga kemasyarakatan. Istilah lembaga kemasyarakatan merupakan istilah asing social institution. Akan tetapi, ada yang mempergunakan istilah pranata sosial untuk menerjemahkan social institution. Hal ini dikarenakan social institution menunjuk pada adanya unsur-unsur yang mengatur perilaku para anggota masyarakat. Sebagaimana Koentjaraningrat mengemukakan bahwa pranata sosial adalah suatu sistem tata kelakukan dan hubungan yang berpusat pada aktivitas- aktivitas untuk memenuhi kompleks-kompleks kebutuhan khusus dalam kehidupan masyarakat. Istilah lain adalah bangunan sosial, terjemahan dari kata sozialegebilde (bahasa Jerman) yang menggambarkan bentuk dan susunan institusi tersebut. Namun, pembahasan ini tidak mem- persoalkan makna dan arti istilah-istilah tersebut. Dalam hal ini lebih mengarah pada lembaga kemasyarakatan atau lembaga sosial, karena pengertian lembaga lebih menunjuk pada suatu bentuk sekaligus juga mengandung pengertian yang abstrak tentang adanya norma-norma dalam lembaga tersebut. Menurut Robert Mac Iver dan Charles H. Page, mengartikan lembaga kemasyarakatan sebagai tata cara atau prosedur yang telah diciptakan untuk mengatur hubungan antarmanusia dalam suatu kelompok masyarakat. Sedangkan Leopold von Wiese dan Howard Becker melihat lembaga dari sudut fungsinya. Menurut mereka, lembaga kemasyarakatan diartikan sebagai suatu jaringan dari proses- proses hubungan antarmanusia dan antarkelompok manusia yang berfungsi untuk memelihara hubungan-hubungan tersebut serta pola- polanya, sesuai dengan kepentingan-kepentingan manusia dan sekelompoknya. Selain itu, seorang sosiolog yang bernama Summer melihat lembaga kemasyarakatan dari sudut kebudayaan. Summer meng- artikan lembaga kemasyarakatan sebagai perbuatan, cita-cita, dan sikap perlengkapan kebudayaan, yang mempunyai sifat kekal serta yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan masyarakat.
Proses terbentuknya Lembaga Sosial
Para ilmuan sosial hingga saat ini masih berdiskusi tentang penggunaan istilah yang berhubugnan dengan ”seperangkat aturan/ norma yang berfungsi untuk anggota masyarakatnya”. Istilah untuk menyebutkan seperangkat aturan/ norma yang berfungsi untuk anggota masyarakatnya itu, terdapat dua istilah yang digunakan, yaitu ”social institution” dan ”lembaga kemasyarakatan”. Mana yang benar? Tentu semunya tidak ada yang salah, semuanya benar. Hanya saja ada perbedaan penekanannya. Mereka yang menggunakan istilah ”social institution” pada umumnya adalah para antropolog, dengan menekankan sistem nilai-nya. Sedangkan pada sosiolog, pada umumnya menggunakan istilah lembaga kemasyarakatan atau yang dikenal dengan istilah lembaga sosial, dengan menekankan sistem norma yang memiliki bentuk dan sekaligus abstrak. Pada tulisan ini, akan digunakan istilah lembaga sosial dengan tujuan untuk mempermudah tingkat pemahaman dan sekaligus merujuk pada kurikulum sosiologi yang berlaku saat ini.
Pada awalnya lembaga sosial terbentuk dari norma-norma yang dianggap penting dalam hidup bermasyarakatan. Terbentuknya lembaga sosial berawal dari individu yang saling membutuhkan , kemudian timbul aturan-aturan yang disebut dengan norma kemasyarakatan. Lembaga sosial sering juga dikatakan sebagai sebagai Pranata sosial.
Suatu norma tertentu dikatakan telah melembaga apabila norma tersebut :
Diketahui
Dipahami dan dimengerti
Ditaati
Dihargai
Lembaga sosial merupakan tata cara yang telah diciptakan untuk mengatur hubungan antar manusia dalam sebuah wadah yang disebut dengan Asosiasi. Lembaga dengan
Asosiasi memiliki hubungan yang sangat erat. Namun memiliki pengartian yang berbeda. Lembaga yang tidak mempunyai anggota tetap mempunyai pengikut dalam suatu kelompok yang disebut asosiasi. Asosiasi merupakan perwujudan dari lembaga sosial. Asosiasi memiliki seperangkat aturan, tatatertib, anggota dan tujuan yang jelas. Dengan kata lain Asosiasi memiliki wujud kongkret, sementara Lembaga berwujud abstrak. Istilah lembaga sosial oleh Soerjono Soekanto disebut juga lembaga kemasyarakatan. Istilah lembaga kemasyarakatan merupakan istilah asing social institution. Akan tetapi, ada yang mempergunakan istilah pranata sosial untuk menerjemahkan social institution. Hal ini dikarenakan social institution menunjuk pada adanya unsur-unsur yang mengatur perilaku para anggota masyarakat. Sebagaimana Koentjaraningrat mengemukakan bahwa pranata sosial adalah suatu sistem tata kelakukan dan hubungan yang berpusat pada aktivitas- aktivitas untuk memenuhi kompleks-kompleks kebutuhan khusus dalam kehidupan masyarakat. Istilah lain adalah bangunan sosial, terjemahan dari kata sozialegebilde (bahasa Jerman) yang menggambarkan bentuk dan susunan institusi tersebut. Namun, pembahasan ini tidak mem- persoalkan makna dan arti istilah-istilah tersebut. Dalam hal ini lebih mengarah pada lembaga kemasyarakatan atau lembaga sosial, karena pengertian lembaga lebih menunjuk pada suatu bentuk sekaligus juga mengandung pengertian yang abstrak tentang adanya norma-norma dalam lembaga tersebut. Menurut Robert Mac Iver dan Charles H. Page, mengartikan lembaga kemasyarakatan sebagai tata cara atau prosedur yang telah diciptakan untuk mengatur hubungan antarmanusia dalam suatu kelompok masyarakat. Sedangkan Leopold von Wiese dan Howard Becker melihat lembaga dari sudut fungsinya. Menurut mereka, lembaga kemasyarakatan diartikan sebagai suatu jaringan dari proses- proses hubungan antarmanusia dan antarkelompok manusia yang berfungsi untuk memelihara hubungan-hubungan tersebut serta pola- polanya, sesuai dengan kepentingan-kepentingan manusia dan sekelompoknya. Selain itu, seorang sosiolog yang bernama Summer melihat lembaga kemasyarakatan dari sudut kebudayaan. Summer meng- artikan lembaga kemasyarakatan sebagai perbuatan, cita-cita, dan sikap perlengkapan kebudayaan, yang mempunyai sifat kekal serta yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan masyarakat.
Oleh karenanya, keberadaan lembaga sosial mempunyai fungsi bagi
kehidupan sosial. Fungsi-fungsi tersebut antara lain: a. Memberikan
pedoman kepada anggota masyarakat tentang sikap dalam menghadapi masalah
di masyarakat, terutama yang menyangkut kebutuhan pokok. b. Menjaga
keutuhan dari masyarakat yang bersangkutan. c. Memberi pegangan kepada
anggota masyarakat untuk mengadakan pengawasan terhadap tingkah laku
para anggotanya.
Dengan demikian, lembaga sosial merupakan serangkaian tata cara dan prosedur yang dibuat untuk mengatur hubungan antarmanusia dalam kehidupan bermasyarakat. Oleh karena itu, lembaga sosial terdapat dalam setiap masyarakat baik masyarakat sederhana maupun masyarakat modern. Hal ini disebabkan setiap masyarakat menginginkan keteraturan hidup.
Dengan demikian, lembaga sosial merupakan serangkaian tata cara dan prosedur yang dibuat untuk mengatur hubungan antarmanusia dalam kehidupan bermasyarakat. Oleh karena itu, lembaga sosial terdapat dalam setiap masyarakat baik masyarakat sederhana maupun masyarakat modern. Hal ini disebabkan setiap masyarakat menginginkan keteraturan hidup.
Ciri-ciri organisasi sosial
Menurut Berelson dan Steiner(1964:55) sebuah organisasi memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
Formalitas, merupakan organisasi sosial yang menunjuk kepada adanya perumusan tertulis daripada peratutan-peraturan, ketetapan-ketetapan, prosedur, kebijaksanaan, tujuan, strategi, dan seterusnya.
Hierarkhi, merupakan ciri organisasi yang menunjuk pada adanya suatu pola kekuasaan dan wewenang yang berbentuk piramida, artinya ada orang-orang tertentu yang memiliki kedudukan dan kekuasaan serta wewenang yang lebih tinggi daripada anggota biasa pada organisasi tersebut.
Besarnya dan Kompleksnya, dalam hal ini pada umumnya organisasi sosial memiliki banyak anggota sehingga hubungan sosial antar anggota adalah tidak langsung (impersonal), gejala ini biasanya dikenal dengan gejala “birokrasi”.
Lamanya (duration), menunjuk pada diri bahwa eksistensi suatu organisasi lebih lama daripada keanggotaan orang-orang dalam organisasi itu.
Ada juga yang menyatakan bahwa organisasi sosial, memiliki beberapa ciri lain yang behubungan dengan keberadaan organisasi itu. Diantaranya ádalah:
Rumusan batas-batas operasionalnya(organisasi) jelas. Seperti yang telah dibicarakan diatas, organisasi akan mengutamakan pencapaian tujuan-tujuan berdasarkan keputusan yang telah disepakati bersama. Dalam hal ini, kegiatan operasional sebuah organisasi dibatasi oleh ketetapan yang mengikat berdasarkan kepentingan bersama, sekaligus memenuhi aspirasi anggotanya.
Memiliki identitas yang jelas. Organisasi akan cepat diakui oleh masyarakat sekelilingnya apabila memiliki identitas yang jelas. Identitas berkaitan dengan informasi mengenai organisasi, tujuan pembentukan organisasi, maupun tempat organisasi itu berdiri, dan lain sebagainya.
Keanggotaan formal, status dan peran. Pada setiap anggotanya memiliki peran serta tugas masing masing sesuai dengan batasan yang telah disepakati bersama.
Jadi, dari beberapa ciri organisasi yang telah dikemukakan kita akan mudah membedakan yang mana dapat dikatakan organisasi dan yang mana tidak dapat dikatakan sebagai sebuah organisasi.
Alasan berorganisasiMenurut Berelson dan Steiner(1964:55) sebuah organisasi memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
Formalitas, merupakan organisasi sosial yang menunjuk kepada adanya perumusan tertulis daripada peratutan-peraturan, ketetapan-ketetapan, prosedur, kebijaksanaan, tujuan, strategi, dan seterusnya.
Hierarkhi, merupakan ciri organisasi yang menunjuk pada adanya suatu pola kekuasaan dan wewenang yang berbentuk piramida, artinya ada orang-orang tertentu yang memiliki kedudukan dan kekuasaan serta wewenang yang lebih tinggi daripada anggota biasa pada organisasi tersebut.
Besarnya dan Kompleksnya, dalam hal ini pada umumnya organisasi sosial memiliki banyak anggota sehingga hubungan sosial antar anggota adalah tidak langsung (impersonal), gejala ini biasanya dikenal dengan gejala “birokrasi”.
Lamanya (duration), menunjuk pada diri bahwa eksistensi suatu organisasi lebih lama daripada keanggotaan orang-orang dalam organisasi itu.
Ada juga yang menyatakan bahwa organisasi sosial, memiliki beberapa ciri lain yang behubungan dengan keberadaan organisasi itu. Diantaranya ádalah:
Rumusan batas-batas operasionalnya(organisasi) jelas. Seperti yang telah dibicarakan diatas, organisasi akan mengutamakan pencapaian tujuan-tujuan berdasarkan keputusan yang telah disepakati bersama. Dalam hal ini, kegiatan operasional sebuah organisasi dibatasi oleh ketetapan yang mengikat berdasarkan kepentingan bersama, sekaligus memenuhi aspirasi anggotanya.
Memiliki identitas yang jelas. Organisasi akan cepat diakui oleh masyarakat sekelilingnya apabila memiliki identitas yang jelas. Identitas berkaitan dengan informasi mengenai organisasi, tujuan pembentukan organisasi, maupun tempat organisasi itu berdiri, dan lain sebagainya.
Keanggotaan formal, status dan peran. Pada setiap anggotanya memiliki peran serta tugas masing masing sesuai dengan batasan yang telah disepakati bersama.
Jadi, dari beberapa ciri organisasi yang telah dikemukakan kita akan mudah membedakan yang mana dapat dikatakan organisasi dan yang mana tidak dapat dikatakan sebagai sebuah organisasi.
Organisasi didirikan oleh sekelompok orang tentu memiliki alasan. Seorang pakar bernama Herbert G. Hicks mengemukakan dua alasan mengapa orang memilih untuk berorganisasi: a. Alasan Sosial (social reason), sebagai “zoon politicon ” artinya mahluk yang hidup secara berkelompok, maka manusia akan merasa penting berorganisasi demi pergaulan maupun memenuhi kebutuhannya. Hal ini dapat kita temui pada organisasi-organisasi yang memiliki sasaran intelektual, atau ekonomi. b. Alasan Materi (material reason), melalui bantuan organisasi manusia dapat melakukan tiga macam hal yang tidak mungkin dilakukannya sendiri yaitu: 1) Dapat memperbesar kemampuannya 2) Dapat menghemat waktu yang diperlukan untuk mencapai suatu sasaran, melalui bantuan sebuah organisasi. 3) Dapat menarik manfaat dari pengetahuan generasi-generasi sebelumnya yang telah dihimpun.
Tipe-tipe organisasi
Secara garis besar organisasi dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu organisasi formal dan organisasi informal. Pembagian tersebut tergantung pada tingkat atau derajat mereka terstruktur. Namur dalam kenyataannya tidak ada sebuah organisasi formal maupun informal yang sempurna.
Organisasi Formal Resmi
Organisasi formal/ Resmi adaah organisasi yang dibentuk oleh sekumpulan orang/masyarakat yang memiliki suatu struktur yang terumuskan dengan baik, yang menerangkan hubungan-hubungan otoritasnya, kekuasaan, akuntabilitas dan tanggung jawabnya, serta memilki kekuatan hukum. Struktur yang ada juga menerangkan bagaimana bentuk saluran-saluran melalui apa komunikasi berlangsung. Kemudian menunjukkan tugas-tugas terspesifikasi bagi masing-masing anggotanya. Hierarki sasaran organisasi formal dinyatakan secara eksplisit. Status, prestise, imbalan, pangkat dan jabatan, serta prasarat lainya terurutkan dengan baik dan terkendali. Selain itu organisasi formal tahan lama dan mereka terencana dan mengingat bahwa ditekankan mereka beraturan, maka mereka relatif bersifat tidak fleksibel. Contoh organisasi formal ádalah perusahaan besar, badan-badan pemerintah, dan universitas-universitas (J Winardi, 2003:9).
Organisasi informal
Keanggotaan pada organisasi-organisasi informal dapat dicapai baik secara sadar maupun tidak sadar, dan kerap kali sulit untuk menentukan waktu eksak seseorang menjadi anggota organisasi tersebut. Sifat eksak hubungan antar anggota dan bahkan tujuan organisasi yang bersangkutan tidak terspesifikasi. Contoh organisasi informal adalah pertemuan tidak resmi seperti makan malam bersama. Organisasi informal dapat dialihkan menjadi organisasi formal apabila hubungan didalamnya dan kegiatan yang dilakukan terstruktur dan terumuskan.
Selain itu, organisasi juga dibedakan menjadi organisasi primer dan organisasi sekunder menurut Hicks:
Organisasi Primer, organisasi semacam ini menuntut keterlibatan secara lengkap, pribadi dan emosional anggotanya. Mereka berlandaskan ekspektasi rimbal balik dan bukan pada kewajiban yang dirumuskan dengan eksak. Contoh dari organisasi semacam ini adalah keluarga-keluarga tertentu.
Organisasi Sekunder, organisasi sekunder memuat hubungan yang bersifat intelektual, rasional, dan kontraktual. Organisasi seperti ini tidak bertujuan memberikan kepuasan batiniyah, tapi mereka memiliki anggota karena dapat menyediakan alat-alat berupa gaji ataupun imbalan kepada anggotanya. Sebagai contoh organisasi ini adalah kontrak kerjasama antara majikan dengan calon karyawannya dimana harus saling setuju mengenai seberapa besar pembayaran gajinya.
Organisasi berdasarkan sasaran pokok mereka
Organisasi yang didirikan tentu memiliki sasaran yang ingin dicapai secara maksimal. Oleh karenanya suatu organisasi menentukan sasaran pokok mereka berdasarka kriteria-kriteria organisasi tertentu. Adapun sasaran yang ingin dicapai umumnya menurut J Winardi adalah:
Organisasi berorientasi pada pelayanan (service organizations), yaitu organisasi yang berupaya memberikan pelayanan yang profesional kepada anggotanya maupun pada kliennya. Selain itu siap membantu orang tanpa menuntut pembayaran penuh dari penerima servis.
Organisasi yang berorientasi pada aspek ekonomi (economic organizations), yaitu organisasi yang menyediakan barang dan jasa sebagai imbalan dalam pembayaran dalam bentuk tertentu.
Organisasi yang berorientasi pada aspek religius (religious organizations)
Organisasi-organisasi perlindungan (protective organizations)
Organisasi-organisasi pemerintah (government organizations)
Organisasi-organisasi sosial (social organizations)
Organisasi-organisasi politik
No comments:
Post a Comment