بسم الله الرحمن الرح
Kenangan Masa Lalu HMI | ilmusaudarana
HMI 5 Februari 1947, 69 tahun yang lalu menjadi tonggak bersejarah berdirinya HMI. Perjalanan 69 tahun Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) telah menorehkan tinta sejarah di pentas nasional. Banyak tokoh nasional dan lokal telah dilahirkan oleh organisasi yang lahirnya diprakarsai oleh Lafran Pane ini. HMI pun diharapkan tetap dapat memberikan kontribusinya dalam mengisi perjalanan bangsa.
Dengan melihat kondisi bangsa pada saat itu secara berturut-turut bertebaran berbagai macam organisasi/perkumpulan bagaikan jamur yang tumbuh dimusim penghujan. Ykni; Bulan Oktober 1946 berdiri Perserikatan Mahasiswa Yogyakarta (PMY), sebagai satu-satunya organisasi mahasiswa di Yogyakarta waktu itu yang anggotanya meliputi mahasiswa BPT Gadjah Mada, STT, STI. Di Solo tahun 1946 berdiri Serikat Mahasiswa Indonesia (SMI). Kedua organisasi itu berhaluan komunis. Tidak satupun diantara organisasi mahasiswa itu yang berorientasi Islam.
Barangkali dengan dasar tersebut sehingga berusaha untuk mengkritisi kondisi mahasiswa pada saat itu, sehingga-Lafran Pane, seorang mahasiswa Sekolah Tinggi Islam (STI) (kini UII- Universitas Islam Indonesia) yang baru duduk di tingkat I, mengadakan pembicaraan dengan teman-teman mengenai gagasan pembentukan organisasi mahasiswa Islam. Lafran Pane lantas mengundang para mahasiswa Islam yang ada di Yogyakarta baik yang ada di STI, Balai Perguruan Tinggi Gadjah Mada, Sekolah Tinggi Teknik (STT), guna menghadiri rapat, membicarakan maksud tersebut. Rapat dihadiri lebih kurang 30 orang mahasiswa, di antaranya terdapat anggota PMY dan GPII. Rapat-rapat yang sudah berulang kali dilaksanakan, belum membawa hasil, karena ditentang oleh PMY. Dengan mengadakan rapat tanpa undangan, secara mendadak, mempergunakan jam kuliah tafsir Bapak Husin Yahya almarhum ( mantan Dekan Fakultas Adab IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta ), diselenggarakanlah pertemuan untuk mendeklarasikan berdirinya HMI.
Ketika itu hari Rabu Tanggal 14 Rabiul Awal 1366 H, bertepatan tanggal 5 Febuari 1947, di salah satu ruangan kuliah STI di jalan Setiodiningratan 30 (sekarang Jl. Panembahan Senopati), masuklah mahasiswa Lafran Pane yang dalam prakatanya ketika memimpin rapat antara lain mengatakan : Hari ini adalah rapat pembentukan organisasi mahasiswa Islam, karena persiapan yang diperlukan sudah beres. Sikap ini diambil, karena kebutuhan terhadap organisasi ini sudah sangat mendesak. Yang mau memerima HMI sajalah yang diajak untuk mendirikan HMI, dan yang menentang biarlah terus menentang, toh tanpa mereka organisasi ini bisa berdiri dan berjalan.
Adapun latar belakang pemikirannya dalam pendirian HMI adalah: “Melihat dan menyadari keadaan kehidupan mahasiswa yang beragama Islam pada waktu itu, yang pada umumnya belum memahami dan mengamalkan ajaran agamanya. Keadaan yang demikian adalah akibat dari sitem pendidikan dan kondisi masyarakat pada waktu itu. Karena itu perlu dibentuk organisasi untuk merubah keadaan tersebut. Organisasi mahasiswa ini harus mempunyai kemampuan untuk mengikuti alam pikiran mahasiswa yang selalu menginginkan inovasi atau pembaharuan dalam segala bidang, termasuk pemahaman dan penghayatan ajaran agamanya, yaitu agama Islam. Tujuan tersebut tidak akan terlaksana kalau NKRI tidak merdeka, rakyatnya melarat. Maka organisasi ini harus turut mempertahankan Negara Republik Indonesia kedalam dan keluar, serta ikut memperhatikan dan mengusahakan kemakmuran rakyat.
Ketika mendirikan HMI 5 Febuari 1947, Lafran Pane genap berusia 25 Tahun. Ide Lafran Pane mendirikan HMI dilakukan bersama 14 orang temannya yaitu Kartono Zarkasi, Dahlan Husain, Maisaroh Hilal, Suwali, Yusdi Ghozali, Mansyur, Siti Zainab, M. Anwar, Hasan Basri, Zukkarnaen, Thayeb Razak, Toha Mashudi, Bidron Hadi. Terpilih menjadi Ketua HMI pertama Lafran Pane dan Wakil Ketua Asmin Nasution.
Sejarah mencatat HMI telah memberikan kontribusi tidak kecil sejak awal kelahirannya. Setidaknya itu terlihat dari tekad awal (1947) yang tertuang dalam tujuan organisasi yang secara konsisten dilaksanakan, yaitu mempertahankan Republik Indonesia dan mempertinggi derajat rakyat Indonesia yang sedang berjuang melawan agresi Belanda dan kondisi umat Islam yang mengalami stagnasi.
Demikian pula ketika terjadi gerakan PKI pada 1965. HMI menjadi satu elemen yang paling diperhitungkan, bahkan dianggap sebagai musuh utama. Sampai-sampai DN Aidit memprovokasi anak buahnya dengan mengemukakan, “Jika tidak bisa membubarkan HMI, lebih baik pakai sarung saja.” Berkat rahmat Tuhan, bukan HMI yang bubar melainkan PKI yang gulung tikar.
Sampai pada dua pertiga masa kekuasaan Orde Baru, HMI masih memperlihatkan kekuatan luar biasa. Bahkan ketika kekuasaan Orde Baru dengan gaya represif dan otoriter ingin memaksakan kehendak agar seluruh ormas termasuk OKP menggunakan asal tunggal Pancasila, HMI dalam kongres di Medan (1983) dengan tegas dan suara bulat menolak. Walaupun dalam kongres berikut (1986), HMI dengan sangat terpaksa mengakomodasi keinginan penguasa tersebut dengan pertimbangan yang bersifat sangat politis. Dalam artian ingin menyelamatkan wadah perjuangan HMI dari gusuran penguasa otoriter, lantaran bila tidak mau menerima Pancasila sebagai asas tunggal HMI akan dibubarkan. Meskipun itu harus dibayar mahal oleh HMI dengan menyempal organ HMI yang kemudian menamakan diri HMI Majelis Penyelamat Organisasi (MPO) yang dimotori Eggy Sudjana.
Sejarah Perumusan NDP (Nilai Dasar Perjuangan) HMI
NDP kali pertama dikenal pada tahun 1969 pada saat Pengurus Besar HMI yang bertempat di Jakarta dipimpin oleh Nurcholis Madjid yang sering dikenal dengan Cak Nur, tepatnya padi Kongres ke-9 di Malang, pada saat itu Cak Nur memberikan presentasi mengenai Nilai Dasar Islam, selanjutnya kertas kerja yang telah disampaikan oleh Cak Nur dalam kongres tersebut dimintu oleh peserta kongres dan selanjutnya kongres mengamanahkan untuk disempurnakan dengan menugaskan Sakib Mahmud, Endang Ashari serta konseptornya Cak Nur.
Pada Kongres ke-10 di Palembang tahun 1971 konsep dasar Islam ini dikukuhkan dengan nama “Nilai-Nilai Dasar Perjuangan” yang disingkat dengan NDP tanpa perubahan isi sama sekali, adapun alasan dipilihnya nama ini adalah: karena Nilai Dasar Islam (NDI) dianggap justru menyempitkan makna Islam itu sendiri, apalagi mengklaim dengan nama Islam. Selain itu kata perjuangan memiliki makna usaha yang sungguh-sungguh untuk merubah suatu keadaan, kata perjuangan itupun terinspirasi dari sebuah kata judul sebuah buku “Perjuangan Kita” karya Syahrir.
Adapun beberapa faktor yang melatarbelakangi lahirnya NDP adalah sebagai berikut :
Belum adanya literature yang Memadai bagi kader HMI untuk rujukan filsafat sosial dalam usaha melakukan aksi dan kerja kemanusiaan.
Kondisi umat Islam khususnya di Indonesia yang masih mengalami kejumudan dan kurang dalam penghayatan serta pengamalan nilai- nilai ajaran Islam.
Kaca perbandingan, karena kader PKI mempunyai buku panduan yang dijadikan pedoman untuk menjalankan idiologi marxisnya, maka dari mahasiswa Islam juga harus memiliki buku panduan sebagai dasar perjuangan.
Dalam perjalanan sejarah NDP, ketika negeri ini menganut asas tunggal yang ditetapkan oleh pemerintah yang saat itu rezim Soeharto, dengan Orde Barunya dengan dikeluarkannya UU No. 5 Tahun 1985 tentang Asas Tunggal Pancasila, NDP pun berubah nama lagi menjadi Nilai Identitas Kader (NIK) namun isinya tetap tidak berubah, selanjutnya perubahan nama ini kemudian disahkan pada kongres ke-16 di Padang.
Setelah orde baru tumbang dan alam demokrasi yang kian berkibar, maka pada Kongres ke-22 di Jambi tahun 2000, NIK kembali menjadi nama NDP. Kedudukan NDP : Sebagai Landasan Perjuangan, tujuan NDP : Sebagai Filsafat Sosial.
Demikianlah perjuangan berat yang pernah dialami. Akan tetapi setelah itu HMI terbuai lantaran kedekatannya dengan kekuasaan, bahkan ada yang secara ekstrem menyatakan hampir tidak ada lagi sekat yang membatasi antara HMI dan kekuasaan. Hampir dapat dipastikan hal itu lantaran pada masa-masa tersebut banyak alumnus HMI menempati posisi-posisi strategis dalam birokrasi pemerintahan.
HMI dan Kekuasaan.
Dalam masa setelah roda reformasi dapat menggulingkan komandan rezim Orde Baru, terlihat kondisi lebih buruk lagi pada HMI. Dalam masa itu seperti yang telah saya sebutkan di atas, HMI tidak lagi menjadi mainstream. Di tengah kebebasan dalam menyampaikan pendapat, HMI terlihat sedemikian serak. Jarang sekali melakukan penyikapan terhadap kondisi-kondisi sosial yang timpang termasuk dalam bentuk aksi-aksi demonstrasi atau yang lain.
Ada dua hal yang kemungkinan besar menyebabkan hal tersebut. Pertama, telah tumpul pisau analisis yang dahulu menjadikannya sebagai organisasi kritis. Kedua, HMI tidak lagi mampu menghimpun kekuatan untuk menyuarakan sikapnya secara bersama-sama lantaran telah terjadi krisis militansi. Selain itu di tengah-tengah gerakan Islam baik keagamaan maupun politik dengan politik aliran, HMI justru kalah dengan yang lain.
Denganpenilaian demikian maka kader HMI kini mulai sekarang harus sadar bahwa kedepan tidak menutup kemungkinan akan tergusur secara berangsur-angsur oleh kelompok yang notabene yang tidak jelas orientasi ideologinya.
Serpihan-serpihan pemikiran yang dahulu pernah dilontarkan oleh senior-senior dan sekaligus adalah ideolog HMI seperti Ahmad Wahib, Djohan Effendy, dan Nurcholish Madjid tidak mampu dilanjutkan oleh HMI secara institusional sehingga HMI seakan kehilangan akar genealogisnya. Pemikiran senior-senior itu sekarang justru banyak dielaborasi di tempat dan komunitas lain, seperti Komunitas Islam Utan Kayu dengan bendera Jaringan Islam Liberal (JIL) yang dengan sangat intens melanjutkan gagasan-gagasan senior HMI tersebut.
Bila dalam komunitas itu sebagian besar adalah kader HMI, sekali lagi itu bukan HMI secara institusional. Dan itu, justru menunjukkan bahwa HMI memang sudah tidak lagi menyediakan ruang untuk menggali pemikiran-pemikiran ideologis. Padahal dewasa ini, ide-ide yang dulu kontraversial itu telah menjadi mainstream dan mulai banyak mendapat apresiasi positif dari khalayak masyarakat.
Karena itu, HMI sesegera mungkin menyadari kesalahan langkah yang diambilnya selama ini. Jika tidak dilakukan, dalam waktu tidak lama judul di atas akan menjadi sangat pas untuk menggambarkan kondisi HMI yang bagaikan anak ayam yang mati bukan lantaran kekurangan makanan, melainkan justru tertimbun padi yang menggunung di dalam lumbung yang seharusnya ia makan dengan porsi lebih banyak.
Tegakkan Identitas
Mantan Ketua Umum PB HMI periode 1974-1976, Chumaidi Syarif Romas melihat tantangan HMI saat ini adalah harus menegakkan identitas kembali, hingga nilai-nilai dasar perjuangan HMI. Supaya nilai itu diterapkan sesuai dengan kebutuhan sekarang, dan memberikan alternatif pemikiran di tengah arus globalisasi yang sekarang terjadi.
”Apalagi tantangan HMI saat ini ialah ditengah maraknya koruptor, kader HMI acap mengedepankan kepentingan pribadi,” tegas Chumaidi yang juga guru besar di UIN Yogyakarta ini.
Untuk itu, menurut Pimpinan Kolektif Majelis Nasional KAHMI 2012-2017 Taufiq Hidayat untuk kondisi akan datang, HMI harus lebih konsern menata pengkaderannya. Pengkaderan yang dipunyai sejauh ini sudah memberikan hasil positif di tengah masyarakat, tapi untuk tantangan jauh ke depan, mulai harus dipikirkan perubahan-perubahannya. Kembali pada bagaimana mengintensifkan intelektualitas kader HMI, bagaimana menguatkan network kader HMI, itu penting untuk dijaga.
Taufiq menegaskan HMI haruslah tetap pada jalur sebagai organisasi independen. Karena independensi itu yang memberi suatu keleluasaan dalam bertindak, berpikir, dan dalam berkiprah di tengah masyarakat. Karena dia tidak memandang strata dan latar belakang.
Barangkali dengan dasar tersebut sehingga berusaha untuk mengkritisi kondisi mahasiswa pada saat itu, sehingga-Lafran Pane, seorang mahasiswa Sekolah Tinggi Islam (STI) (kini UII- Universitas Islam Indonesia) yang baru duduk di tingkat I, mengadakan pembicaraan dengan teman-teman mengenai gagasan pembentukan organisasi mahasiswa Islam. Lafran Pane lantas mengundang para mahasiswa Islam yang ada di Yogyakarta baik yang ada di STI, Balai Perguruan Tinggi Gadjah Mada, Sekolah Tinggi Teknik (STT), guna menghadiri rapat, membicarakan maksud tersebut. Rapat dihadiri lebih kurang 30 orang mahasiswa, di antaranya terdapat anggota PMY dan GPII. Rapat-rapat yang sudah berulang kali dilaksanakan, belum membawa hasil, karena ditentang oleh PMY. Dengan mengadakan rapat tanpa undangan, secara mendadak, mempergunakan jam kuliah tafsir Bapak Husin Yahya almarhum ( mantan Dekan Fakultas Adab IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta ), diselenggarakanlah pertemuan untuk mendeklarasikan berdirinya HMI.
Ketika itu hari Rabu Tanggal 14 Rabiul Awal 1366 H, bertepatan tanggal 5 Febuari 1947, di salah satu ruangan kuliah STI di jalan Setiodiningratan 30 (sekarang Jl. Panembahan Senopati), masuklah mahasiswa Lafran Pane yang dalam prakatanya ketika memimpin rapat antara lain mengatakan : Hari ini adalah rapat pembentukan organisasi mahasiswa Islam, karena persiapan yang diperlukan sudah beres. Sikap ini diambil, karena kebutuhan terhadap organisasi ini sudah sangat mendesak. Yang mau memerima HMI sajalah yang diajak untuk mendirikan HMI, dan yang menentang biarlah terus menentang, toh tanpa mereka organisasi ini bisa berdiri dan berjalan.
Adapun latar belakang pemikirannya dalam pendirian HMI adalah: “Melihat dan menyadari keadaan kehidupan mahasiswa yang beragama Islam pada waktu itu, yang pada umumnya belum memahami dan mengamalkan ajaran agamanya. Keadaan yang demikian adalah akibat dari sitem pendidikan dan kondisi masyarakat pada waktu itu. Karena itu perlu dibentuk organisasi untuk merubah keadaan tersebut. Organisasi mahasiswa ini harus mempunyai kemampuan untuk mengikuti alam pikiran mahasiswa yang selalu menginginkan inovasi atau pembaharuan dalam segala bidang, termasuk pemahaman dan penghayatan ajaran agamanya, yaitu agama Islam. Tujuan tersebut tidak akan terlaksana kalau NKRI tidak merdeka, rakyatnya melarat. Maka organisasi ini harus turut mempertahankan Negara Republik Indonesia kedalam dan keluar, serta ikut memperhatikan dan mengusahakan kemakmuran rakyat.
Ketika mendirikan HMI 5 Febuari 1947, Lafran Pane genap berusia 25 Tahun. Ide Lafran Pane mendirikan HMI dilakukan bersama 14 orang temannya yaitu Kartono Zarkasi, Dahlan Husain, Maisaroh Hilal, Suwali, Yusdi Ghozali, Mansyur, Siti Zainab, M. Anwar, Hasan Basri, Zukkarnaen, Thayeb Razak, Toha Mashudi, Bidron Hadi. Terpilih menjadi Ketua HMI pertama Lafran Pane dan Wakil Ketua Asmin Nasution.
Sejarah mencatat HMI telah memberikan kontribusi tidak kecil sejak awal kelahirannya. Setidaknya itu terlihat dari tekad awal (1947) yang tertuang dalam tujuan organisasi yang secara konsisten dilaksanakan, yaitu mempertahankan Republik Indonesia dan mempertinggi derajat rakyat Indonesia yang sedang berjuang melawan agresi Belanda dan kondisi umat Islam yang mengalami stagnasi.
Demikian pula ketika terjadi gerakan PKI pada 1965. HMI menjadi satu elemen yang paling diperhitungkan, bahkan dianggap sebagai musuh utama. Sampai-sampai DN Aidit memprovokasi anak buahnya dengan mengemukakan, “Jika tidak bisa membubarkan HMI, lebih baik pakai sarung saja.” Berkat rahmat Tuhan, bukan HMI yang bubar melainkan PKI yang gulung tikar.
Sampai pada dua pertiga masa kekuasaan Orde Baru, HMI masih memperlihatkan kekuatan luar biasa. Bahkan ketika kekuasaan Orde Baru dengan gaya represif dan otoriter ingin memaksakan kehendak agar seluruh ormas termasuk OKP menggunakan asal tunggal Pancasila, HMI dalam kongres di Medan (1983) dengan tegas dan suara bulat menolak. Walaupun dalam kongres berikut (1986), HMI dengan sangat terpaksa mengakomodasi keinginan penguasa tersebut dengan pertimbangan yang bersifat sangat politis. Dalam artian ingin menyelamatkan wadah perjuangan HMI dari gusuran penguasa otoriter, lantaran bila tidak mau menerima Pancasila sebagai asas tunggal HMI akan dibubarkan. Meskipun itu harus dibayar mahal oleh HMI dengan menyempal organ HMI yang kemudian menamakan diri HMI Majelis Penyelamat Organisasi (MPO) yang dimotori Eggy Sudjana.
Sejarah Perumusan NDP (Nilai Dasar Perjuangan) HMI
NDP kali pertama dikenal pada tahun 1969 pada saat Pengurus Besar HMI yang bertempat di Jakarta dipimpin oleh Nurcholis Madjid yang sering dikenal dengan Cak Nur, tepatnya padi Kongres ke-9 di Malang, pada saat itu Cak Nur memberikan presentasi mengenai Nilai Dasar Islam, selanjutnya kertas kerja yang telah disampaikan oleh Cak Nur dalam kongres tersebut dimintu oleh peserta kongres dan selanjutnya kongres mengamanahkan untuk disempurnakan dengan menugaskan Sakib Mahmud, Endang Ashari serta konseptornya Cak Nur.
Pada Kongres ke-10 di Palembang tahun 1971 konsep dasar Islam ini dikukuhkan dengan nama “Nilai-Nilai Dasar Perjuangan” yang disingkat dengan NDP tanpa perubahan isi sama sekali, adapun alasan dipilihnya nama ini adalah: karena Nilai Dasar Islam (NDI) dianggap justru menyempitkan makna Islam itu sendiri, apalagi mengklaim dengan nama Islam. Selain itu kata perjuangan memiliki makna usaha yang sungguh-sungguh untuk merubah suatu keadaan, kata perjuangan itupun terinspirasi dari sebuah kata judul sebuah buku “Perjuangan Kita” karya Syahrir.
Adapun beberapa faktor yang melatarbelakangi lahirnya NDP adalah sebagai berikut :
Belum adanya literature yang Memadai bagi kader HMI untuk rujukan filsafat sosial dalam usaha melakukan aksi dan kerja kemanusiaan.
Kondisi umat Islam khususnya di Indonesia yang masih mengalami kejumudan dan kurang dalam penghayatan serta pengamalan nilai- nilai ajaran Islam.
Kaca perbandingan, karena kader PKI mempunyai buku panduan yang dijadikan pedoman untuk menjalankan idiologi marxisnya, maka dari mahasiswa Islam juga harus memiliki buku panduan sebagai dasar perjuangan.
Dalam perjalanan sejarah NDP, ketika negeri ini menganut asas tunggal yang ditetapkan oleh pemerintah yang saat itu rezim Soeharto, dengan Orde Barunya dengan dikeluarkannya UU No. 5 Tahun 1985 tentang Asas Tunggal Pancasila, NDP pun berubah nama lagi menjadi Nilai Identitas Kader (NIK) namun isinya tetap tidak berubah, selanjutnya perubahan nama ini kemudian disahkan pada kongres ke-16 di Padang.
Setelah orde baru tumbang dan alam demokrasi yang kian berkibar, maka pada Kongres ke-22 di Jambi tahun 2000, NIK kembali menjadi nama NDP. Kedudukan NDP : Sebagai Landasan Perjuangan, tujuan NDP : Sebagai Filsafat Sosial.
Demikianlah perjuangan berat yang pernah dialami. Akan tetapi setelah itu HMI terbuai lantaran kedekatannya dengan kekuasaan, bahkan ada yang secara ekstrem menyatakan hampir tidak ada lagi sekat yang membatasi antara HMI dan kekuasaan. Hampir dapat dipastikan hal itu lantaran pada masa-masa tersebut banyak alumnus HMI menempati posisi-posisi strategis dalam birokrasi pemerintahan.
HMI dan Kekuasaan.
Dalam masa setelah roda reformasi dapat menggulingkan komandan rezim Orde Baru, terlihat kondisi lebih buruk lagi pada HMI. Dalam masa itu seperti yang telah saya sebutkan di atas, HMI tidak lagi menjadi mainstream. Di tengah kebebasan dalam menyampaikan pendapat, HMI terlihat sedemikian serak. Jarang sekali melakukan penyikapan terhadap kondisi-kondisi sosial yang timpang termasuk dalam bentuk aksi-aksi demonstrasi atau yang lain.
Ada dua hal yang kemungkinan besar menyebabkan hal tersebut. Pertama, telah tumpul pisau analisis yang dahulu menjadikannya sebagai organisasi kritis. Kedua, HMI tidak lagi mampu menghimpun kekuatan untuk menyuarakan sikapnya secara bersama-sama lantaran telah terjadi krisis militansi. Selain itu di tengah-tengah gerakan Islam baik keagamaan maupun politik dengan politik aliran, HMI justru kalah dengan yang lain.
Denganpenilaian demikian maka kader HMI kini mulai sekarang harus sadar bahwa kedepan tidak menutup kemungkinan akan tergusur secara berangsur-angsur oleh kelompok yang notabene yang tidak jelas orientasi ideologinya.
Serpihan-serpihan pemikiran yang dahulu pernah dilontarkan oleh senior-senior dan sekaligus adalah ideolog HMI seperti Ahmad Wahib, Djohan Effendy, dan Nurcholish Madjid tidak mampu dilanjutkan oleh HMI secara institusional sehingga HMI seakan kehilangan akar genealogisnya. Pemikiran senior-senior itu sekarang justru banyak dielaborasi di tempat dan komunitas lain, seperti Komunitas Islam Utan Kayu dengan bendera Jaringan Islam Liberal (JIL) yang dengan sangat intens melanjutkan gagasan-gagasan senior HMI tersebut.
Bila dalam komunitas itu sebagian besar adalah kader HMI, sekali lagi itu bukan HMI secara institusional. Dan itu, justru menunjukkan bahwa HMI memang sudah tidak lagi menyediakan ruang untuk menggali pemikiran-pemikiran ideologis. Padahal dewasa ini, ide-ide yang dulu kontraversial itu telah menjadi mainstream dan mulai banyak mendapat apresiasi positif dari khalayak masyarakat.
Karena itu, HMI sesegera mungkin menyadari kesalahan langkah yang diambilnya selama ini. Jika tidak dilakukan, dalam waktu tidak lama judul di atas akan menjadi sangat pas untuk menggambarkan kondisi HMI yang bagaikan anak ayam yang mati bukan lantaran kekurangan makanan, melainkan justru tertimbun padi yang menggunung di dalam lumbung yang seharusnya ia makan dengan porsi lebih banyak.
Tegakkan Identitas
Mantan Ketua Umum PB HMI periode 1974-1976, Chumaidi Syarif Romas melihat tantangan HMI saat ini adalah harus menegakkan identitas kembali, hingga nilai-nilai dasar perjuangan HMI. Supaya nilai itu diterapkan sesuai dengan kebutuhan sekarang, dan memberikan alternatif pemikiran di tengah arus globalisasi yang sekarang terjadi.
”Apalagi tantangan HMI saat ini ialah ditengah maraknya koruptor, kader HMI acap mengedepankan kepentingan pribadi,” tegas Chumaidi yang juga guru besar di UIN Yogyakarta ini.
Untuk itu, menurut Pimpinan Kolektif Majelis Nasional KAHMI 2012-2017 Taufiq Hidayat untuk kondisi akan datang, HMI harus lebih konsern menata pengkaderannya. Pengkaderan yang dipunyai sejauh ini sudah memberikan hasil positif di tengah masyarakat, tapi untuk tantangan jauh ke depan, mulai harus dipikirkan perubahan-perubahannya. Kembali pada bagaimana mengintensifkan intelektualitas kader HMI, bagaimana menguatkan network kader HMI, itu penting untuk dijaga.
Taufiq menegaskan HMI haruslah tetap pada jalur sebagai organisasi independen. Karena independensi itu yang memberi suatu keleluasaan dalam bertindak, berpikir, dan dalam berkiprah di tengah masyarakat. Karena dia tidak memandang strata dan latar belakang.
Dengan menyimak uraian tersebut mengenai HMI dan kekuasaan serta tegakkan identitasnya sebagai kader HMI. Denan memperhatikan tanangan baik sekarang maupun kedepan memang harus disadari bersama baik para warga KAHMI maupun Adik-adik mahasiswa yang masih berada dalam lingkup HMI. Tidak boleh tidak harus berpikir keras dan kerja keras serentak untuk menyikapi kondisi yang sedang melanda generasi HMI dewasa ini. Jangan sampai ikut tergiur atau terlena oleh pengakuan para birokrat kita mengenai keberhasilan pembangunan pisik yang dialami selama ini. Padahal yang terlupakan adalah mengenai masalah moral generasi kita. Memang sering didengungkan mengenai revolusi mental, akan tetapi belum jelas mental yang bagaimana yang harus dirombak dan dibangun kembali. Jangan sampai yang dirombak mental positif yang harus diobrak abrik untuk menjadi mental negatif.
Referensi :
Bagai Anak Ayam Mati di Lumbung ; Catatan Kongres Ke-23 HMI, Oleh: Mohammad Nasih Aminullah
Sejarah Perumusan NDP (Nilai Dasar Perjuangan), notedanpena.blogspot.com
HMI Diharapkan Terus Mampu Lahirkan Pemimpin Bagi Umat dan Bangsa. Pelitaonline
Inilah Buku Yang Dilarang Beredar Kejagung
Negeri Frustrasi
Gerakan Dakwah Transformatif
Gerakan Dakwah Akomodatif
Gerakan Dakwah Partisipatif
Romantika Politik Islam Masa Orde Baru
Benang Kusut Gerakan Dakwah di Indonesia (bagian-2)
Benang Kusut Gerakan Dakwah di Indonesia (bagian-1)
Tradisi Pernah Didefinisikan “Biadab”
Mendefinisikan Zaman
Max Havelaar dan Warisan Budaya Korupsi Para Penguasa
Tahun “Vivere Pericoloso”
Polemik Naskah Negara Kertagama
Peran dan Kedudukan (Dewan) Wali Sanga
SEKELUMIT KISAH SUNAN KAJENAR atau SYEH SITI JENAR (Bagian : 5/Habis)
SEKELUMIT KISAH SUNAN KAJENAR atau SYEH SITI JENAR (Bagian : 4)
SEKELUMIT KISAH SUNAN KAJENAR atau SYEH SITI JENAR (Bagian : 3)
SEKELUMIT KISAH SUNAN KAJENAR atau SYEH SITI JENAR (Bagian : 2)
SEKELUMIT KISAH SUNAN KAJENAR atau SYEH SITI JENAR (Bagian : 1)
Misi Peng-ISLAM-an Nusantara (Bag-5 habis)
Misi Peng-ISLAM-an Nusantara (Bag-4)
Misi Peng-ISLAM-an Nusantara (Bag-3)
Misi Pen-ISLAM-an Nusantara (Bag-2)
Misi Peng-ISLAM-an Nusantara (Bag-1)
Pidato Tan Malaka (1922) Tentang Komunisme dan Pan-Islamisme
Anugrah Gelar Pahlawan
Ruang Sastra Dalam Bingkai Sejarah Indonesia
Biarkan “Perang Bubat” Berlanjut
Inilah situs (porno) yang jarang dikunjungi orang Indonesia
Busyet Dah !!? Jargon Kabinet SBY berbahasa Amrika Lupakan Sumpah Pemuda !!
Inilah Situs Porno Yang Akan di Blokir Bung Tifatul … (Beranikah!)
Purnomo Yusgiantoro dan “Pertahanan” Freeport
Virus, Namru 2 dan Ibu Menkes Baru
esbeye “menculik miyabi”
Maaf dari Tuan Bush
Sajak Negeri Entah Kenapa
Presiden Yudhoyono dan “Demokrasi Mataraman”
rumah baru !!!
esbeye dua ; fa ‘aina tadzhabuun …
Awas Mata-mata Moesoeh !!!!
Buah Korupsi ; Pengakuan Bandit Ekonomi
Kejahatan Korporatokrasi
Mantan Bandit Bongkar Kejahatan Jaringan Internasional
G-30 S … Indonesia ber-dziKIR lah !!!
Achmad Yani Tumbal Revolusi
Islam Membangun Kesatuan Bangsa
Mempersoalkan “Agama” Sisingamangaraja XII
API SEJARAH ; Mengungkap Yang Tersembunyi dan Disembunyikan
Bung Karno : Lebaran dan Peperangan
(HOT NEWS !!!) Jelang Lebaran, Noordin M Top Dipastikan Tewas
R.K.H. Abdullah Bin Nuh : Ulama Sejarawan dan Pelaku Sejarah
API SEJARAH ; Buku yang akan mengubah drastis pandangan anda tentang Sejarah Indonesia
Lagi..lagi… dan lagi…Blog Menghina Indonesia
miKIR euy!
Ada apa dengan RUU Rahasia Negara
Biar sejarah yang bicara …..
Kriminalisasi Kemiskinan
BREAKING NEWS!! Gempa Tasik di klaim Malaysia!!!
Jaringan Noordin M Top : Laporan Terbaru ICG
Kebijakan Politik Islam Jepang
PETA, Untuk Siapa?
Romusa, Pergi Menjemput Mati
Haruskah Mengkambinghitamkan Intelijen ?
Kontra Intelijen : Definisi
Kegiatan Seorang Intelijen
Deradikalisasi Terorisme
Blog Imam Samudra Cs di TUTUP
Deplu Di Masa Lalu
Indonesia Merdeka Adalah Tjiptaan Bangsa Indonesia Sendiri
Kejadian Disekitar Proklamasi 17 Agustus 1945
praja muda karana : PRAMUKA
Paham Kekuasaan Sunda
Tentang Sunda
Sumber Tradisional Sejarah Sunda
Sejarah Jawa Barat Dari Zaman Ke Zaman
Ternyata Imam Samudra Cs Masih NgeBlog
Jangan Titipkan Perjuangan Umat Pada Pemerintah
Peringatan dari Wiji Thukul
Kronologi Peristiwa 27 Juli 1996 ; Mengingat yang lupa …
Menyelenggarakan Benteng Islam
Kewajiban Oelama Dalam Zaman Baroe
Pengharapan Pemerintah Dai Nippon Kepada Kiyai (bagian 2)
Pengharapan Pemerintahan Dai Nippon Kepada Kiyai
Pendirian Sesat Akan Binasa
Merenungi Visi Indonesia Mencari Sang Visioner
Memahami Terorisme
Perlawanan Santri Sukamanah Pengemban Amanah
17 Juli Ketika Teror Mengobrak-abrik Perutku
Trilogi Serbasejarah
YA ALLAH WAFATKANLAH AKU SEBAGAI “SERDADU PEMBERONTAK” TITIK
Pengakuan Seorang Ekonom Perusak
“Vox Populi” Belum Tentu “Vox Dei”
(HEBOH) Email A. Mallarangeng yg Bocor
Blog Bertuah Untuk Indonesia Berubah
Tapak Jejak Negeri Memilih Demokrasi
Dosa-dosa Demokrasi
Shadow Play: Film mengenai penjatuhan Soekarno dan pembantaian massal 1965-1966
Selamat Pagi Indonesia Tanah Air Mata Negeriku Aku Berdo’a
Menghapus Palestina ; Holocaust Kedua
Kader Tulang Punggung Revolusi
Penggalangan sebagai fungsi Intelijen : Tinjauan Ilmu
Mohamad Roem, Pemimpin Tanpa Dendam
Antropologi Pemikiran Kaum Teroris (2)
Antropologi Pemikiran Kaum Teroris (1)
Rekonstruksi Peran Kaum Intelektual Sumatra Dalam Nasionalisme Indonesia
Pegangsaan Timur 56 ; Proklamasi dan Sang Merah Putih
Jepang “Saudara Tua” Datang Ke Indonesia (Film Dokumenter)
Mengenal Sejarawan Indonesia : Onghokham dan Sejarah Indonesia
Bila Djuanda Melawat Ke Ambalat
Kilas Sejarah Seputar Pendirian NU
Riwayat Perjuangan Jam’iyyah Nahdlatul Ulama’
Sejarah Persatuan Islam
SEJARAH PERHIMPUNAN AL-IRSYAD AL-ISLAMIYYAH
Sejarah Muhammadiyah
Kelahiran Gerakan Islam Masa Penjajahan Belanda
Sejarah Utang Negara Peng-utang
Kisah Negara (Politik) Tanpa Ideologi
“Ilusi Negara Islam” ; Kenapa Ilusi Dilawan Rekomendasi Strategis ?
Penyemai ‘virus’ Ideologi Komunisme ; Antara Sneevliet, Mas Marco Kartodikromo, dan Haji Misbach.
ZIONISME : Perselingkuhan Manusia Dengan Iblis
Intelijen Dalam Kilasan Sejarah ; Antara Intelijen Negara dan Intelkam Polri
Badan Intelijen dari masa ke masa ; Alat Negara atau Memperalat Negara?
Intelijen? ; Belajar Intelijen sebagai Ilmu
Mengingat yang lupa tentang “Manusia Indonesia” Untuk Bangkit Beradab
Antara Rani Penggemar “James Bond” Dan “James Bond” Dibalik Kasus Antasari
Antasari-Nasrudin-Rani; Studi Kasus “Perselingkuhan” Penguasa-Pengusaha-Perempuan serta Legenda Matahari
Antasari – Antikorupsi – Antisirri ; Menulis Sejarah Korupsi Bumi Pertiwi “bareng Rani Juliani”
Orang “Indonesia” di Negeri Penjajah
Volksraad ; DPR versi Nederland
Perajaan 1 Mei (80 tahun silam); Artikel Fadjar Asia
Sejarah Singkat Gerakan Serikat Buruh Indonesia Masa Kolonial Belanda
ISLAM, MARXISME DAN PERSOALAN SOSIALISME DI INDONESIA
Islam & Sosialisme ; H.O.S. Tjokroaminoto
Masa lalu yang membunuh masa depan
Pergerakan Partai Sjarikat Islam sebagai levend organisme
Cita Dasar Pergerakan Syarikat Islam
The Grand Old Man ; Jalan Perjuangan H. Agus Salim
Sang Raja Tanpa Mahkota : Hidup Dan Perjuangan HOS Tjokroaminoto
Kaum Muda Penggerak “Revolusi Indonesia”
Nasionalisme: Sejarah dan Perkembangan
Mengenal Sejarah Komunisme di Indonesia
Kekuatan Ideologi Politik Di Pentas Sejarah Pergerakan Bangsa Indonesia
Epistemologi Nasionalisme
SOSIALISME SEBAGAI IDEOLOGI POLITIK
IDEOLOGISASI ISLAM: JALAN MENUJU REVOLUSI (PEMIKIRAN ALI SYARI’ATI)
Mencari Arti “Atas Nama” Dalam Sejarah Hidup Manusia
Apa itu Ideologi ? (bahasan teoritis)
Politik Pemikiran
Teori Politik Islam ; Analisis Historis Pembentukan Negara Islam
Kenapa Menggugat Boedi Oetomo ?
Memori Indonesia Abad XX yang Terekam dalam Gambar
Snouck Hurgronje Arsitek Politik Islam Hindia Belanda
Memahami Situasi Sosio Politik Indonesia Awal Abad XX
Feodalisme ; Jurus Ampuh Kolonialisasi Hindia Belanda
Politik Hukum Kolonial Belanda; Pengaruhnya terhadap pelaksanaan hukum Islam
Membaca Kembali Jejak RA Kartini
Arti Penting Sejarah ; Catatan Pram
Budaya Indis ; Jawa bukan Belanda Bukan
“Balas budi”(?) Belanda kepada Bumi Putera dengan Politik Etis
Jejak Kolonialisme di Bumi Nusantara Abad 19
Sepenggal Sejarah dari (Tentang) Penjara Masa Kolonial Belanda
Kegagalan Historiografi indonesiasentris ??
Siapa Bagus Rangin ?
Catatan Awal Memahami Sejarah Indonesia Modern (Abad XX)
Refleksi Pembelajaran Sejarah; sebuah catatan anak jaman
Memahami Fenomena Politik Islam di Indonesia (Mencari Pisau Analisa)
Kapitan Ahmad `Pattimura’ Lussy; icon perlawanan rakyat maluku
Perang Banjar-2 ; Pangeran Antasari ‘Panembahan Amiruddin Khalifatul Mukminin’
Perang Banjar-1 ; Campur Tangan Belanda dalam Kekuasaan Kesultanan Banjar
Perang Jawa-3 ; 1825 – 1830 Perjuangan Islam Melawan Penjajah
Perang Jawa-2 ; Latar Belakang Perang Diponegoro
PERANG JAWA-1 ; Mengenal Tokoh
Perang Padri ; Gerakan perlawanan rakyat Sumatera Barat terhadap Belanda dipimpin oleh Imam Bonjol
Perang Padri ; akhir keberpihakan golongan penghulu terhadap Belanda
Perang Padri ; Pemimpin Baru Tuanku Mudo Imam Bonjol
PERANG PADRI ; gerakan Harimau Nan Salapan
Sisingamangaraja XII (1845 – 1907) Pejuang Islam yang Gigih
Cut Nyak Dien (1848-1908) Perempuan Aceh Berhati Baja
Perlawanan Gerakan Islam Terhadap Penjajahan Belanda
Indonesian Traditional States
Perluasan Eksploitasi Ekonomi Kolonial
Tanam paksa; sejarah anak negeri menjadi kuli
“Mengapa Belanda mempraktikan devide et impera?”
menikmati ‘sepotong kue’ wilayah dunia Timur (Paradigma Negara Penjajah)
Penulisan Sejarah Islam, Sebuah Pembutaan Umat
Manuskrip Ulama Nusantara Dijarah Penjajah
Sejarah Peradaban Islam Indonesia yang Terkubur (dikubur)
Islam dan Awal Kesadaran Sejarah
Penulisan Sejarah Islam Indonesia (Masih di Dominasi Versi Sarjana Barat)
“Sejarah” siapa yang punya ??
Periodisasi Sejarah Islam di Indonesia (sebuah penelusuran gagasan)
Menulis Sejarah ; “Belajar historiografi”
Periodisasi Sejarah…. buat apa yach?
Tafsir sejarah versi Gue… Apa’an yah?
Kenapa Rumit Mentafsirkan Sejarah?
Eksistensi Negara-Negara Islam di Nusantara
VOC dan Misi Kristenisasi di Nusantara
Jayakarta, Jajahan VOC Pertama
Negara Islam Mataram Melawan VOC
Data Historis VOC di Indonesia
Indonesia dan VOC (Verenigde Oostindische Compagnie)
Belanda Tidak Pernah Menjajah Ratusan Tahun di Indonesia
Sejarah nama Indonesia
Membuat Bangsa Ini Melek Sejarah
Resink dan Mitos Penjajahan 350 Tahun
Kezaliman Dalam Penulisan Sejarah Islam
MITOS PENJAJAHAN 350 TAHUN
Perjuangan Islam dengan Dakwah
NEGARA ISLAM DI NUSANTARA
Dari Cirebon ke Banten : Langkah Dakwah Sunan Gunung Jati
Pendekatan Budaya Dalam Penulisan Sejarah
TAN MALAKA : GERILYAWAN REVOLUSIONER YANG LEGENDARIS
Kaum Muslimin Indonesia di Mekkah pada Masa Kolonial
GUNA SEJARAH
PENJELASAN SEJARAH (Historical Explanation)
Kekuatan-Kekuatan Sejarah
Jejak Lain Negara Islam Samudera Pasai
Metode Dakwah Para Wali di Jawa Barat
Syarif Hidayatullah; Sunan Gunung Jati
DASAR-DASAR INTELIJEN (BAGIAN 2-SELESAI)
DASAR-DASAR INTELIJEN (BAGIAN 1)
Siapa Laksamana Cheng Ho ?
Cirebon; Gerbang Dakwah Islam Jawa Barat
Sunan Kalijaga; Politikus Empat Zaman
Sejarah Lisan Orang Biasa: Sebuah Pengalaman Penelitian
Benarkah Reformasi TNI Berhasil?
Pentingnya Menjaga Kewibawaan TNI
Sejarah Indonesia versi Tentara
Sejarah Militer Mencari Laba
Menggugat Sejarah “Indonesia” Versi Tentara
Sejarah TNI
Proses Pelembagaan Islam : Dari Dakwah ke Negara
Proklamasi Berdirinya Negara Islam Demak
Filsafat Sejarah Menurut Murtadha Muthahhari (bagian -2)
Filsafat Sejarah Menurut Murtadha Muthahhari (bagian -1)
Prediksi Sejarah
Kajian tentang Falsafah Sunda
Mengenal Filsafat
Sejarah Munculnya “Istilah Filsafat Sejarah”
Raden Fatah alias Al-Fatah; Sang Pemimpin Muda
Kebangkitan nasional atau kebangkitan elit Jawa?
Pembodohan dan Pemalsuan Sejarah di Lokasi Proklamasi
Rakyat tanpa Sejarah, Sejarah tanpa Rakyat
Membangkitkan Kesadaran Sejarah
Sunan Bonang; Panglima Tentara Demak
Sunan Giri ; Aktor Berdirinya Negara Islam Demak
Hamka sang Otodid@k
Wali Songo itu Para Pemuda
Strategi Dakwah Walisanga
Pesan Dakwah Walisanga
Geneologi Para Wali
Sunan Ampel Pengkader Para Pejuang
Maulana Magribi Da’i Pelopor di Tanah Jawa
Sejarah Islam Tanah Jawa (2)
Sejarah Islam Tanah Jawa (1)
NEGARA ISLAM ; PENELUSURAN ISTILAH
POLITIK ISLAM HINDIA BELANDA
SAMUDRA PASAI NEGARA ISLAM PERTAMA
SALURAN-SALURAN DAKWAH ISLAM
Fase Islamisasi Bumi Nusantara
Ekonomi dan Politik Sebagai Bandul Sejarah
SEJARAH ISLAM TANPA MISI ?
Fungsi Sejarah Menurut Al-Qur’an
SEJARAH ADALAH REKONSTRUKSI MASA LALU.
MENGENAL PARTAI POLITIK
Referensi :
Bagai Anak Ayam Mati di Lumbung ; Catatan Kongres Ke-23 HMI, Oleh: Mohammad Nasih Aminullah
Sejarah Perumusan NDP (Nilai Dasar Perjuangan), notedanpena.blogspot.com
HMI Diharapkan Terus Mampu Lahirkan Pemimpin Bagi Umat dan Bangsa. Pelitaonline
Inilah Buku Yang Dilarang Beredar Kejagung
Negeri Frustrasi
Gerakan Dakwah Transformatif
Gerakan Dakwah Akomodatif
Gerakan Dakwah Partisipatif
Romantika Politik Islam Masa Orde Baru
Benang Kusut Gerakan Dakwah di Indonesia (bagian-2)
Benang Kusut Gerakan Dakwah di Indonesia (bagian-1)
Tradisi Pernah Didefinisikan “Biadab”
Mendefinisikan Zaman
Max Havelaar dan Warisan Budaya Korupsi Para Penguasa
Tahun “Vivere Pericoloso”
Polemik Naskah Negara Kertagama
Peran dan Kedudukan (Dewan) Wali Sanga
SEKELUMIT KISAH SUNAN KAJENAR atau SYEH SITI JENAR (Bagian : 5/Habis)
SEKELUMIT KISAH SUNAN KAJENAR atau SYEH SITI JENAR (Bagian : 4)
SEKELUMIT KISAH SUNAN KAJENAR atau SYEH SITI JENAR (Bagian : 3)
SEKELUMIT KISAH SUNAN KAJENAR atau SYEH SITI JENAR (Bagian : 2)
SEKELUMIT KISAH SUNAN KAJENAR atau SYEH SITI JENAR (Bagian : 1)
Misi Peng-ISLAM-an Nusantara (Bag-5 habis)
Misi Peng-ISLAM-an Nusantara (Bag-4)
Misi Peng-ISLAM-an Nusantara (Bag-3)
Misi Pen-ISLAM-an Nusantara (Bag-2)
Misi Peng-ISLAM-an Nusantara (Bag-1)
Pidato Tan Malaka (1922) Tentang Komunisme dan Pan-Islamisme
Anugrah Gelar Pahlawan
Ruang Sastra Dalam Bingkai Sejarah Indonesia
Biarkan “Perang Bubat” Berlanjut
Inilah situs (porno) yang jarang dikunjungi orang Indonesia
Busyet Dah !!? Jargon Kabinet SBY berbahasa Amrika Lupakan Sumpah Pemuda !!
Inilah Situs Porno Yang Akan di Blokir Bung Tifatul … (Beranikah!)
Purnomo Yusgiantoro dan “Pertahanan” Freeport
Virus, Namru 2 dan Ibu Menkes Baru
esbeye “menculik miyabi”
Maaf dari Tuan Bush
Sajak Negeri Entah Kenapa
Presiden Yudhoyono dan “Demokrasi Mataraman”
rumah baru !!!
esbeye dua ; fa ‘aina tadzhabuun …
Awas Mata-mata Moesoeh !!!!
Buah Korupsi ; Pengakuan Bandit Ekonomi
Kejahatan Korporatokrasi
Mantan Bandit Bongkar Kejahatan Jaringan Internasional
G-30 S … Indonesia ber-dziKIR lah !!!
Achmad Yani Tumbal Revolusi
Islam Membangun Kesatuan Bangsa
Mempersoalkan “Agama” Sisingamangaraja XII
API SEJARAH ; Mengungkap Yang Tersembunyi dan Disembunyikan
Bung Karno : Lebaran dan Peperangan
(HOT NEWS !!!) Jelang Lebaran, Noordin M Top Dipastikan Tewas
R.K.H. Abdullah Bin Nuh : Ulama Sejarawan dan Pelaku Sejarah
API SEJARAH ; Buku yang akan mengubah drastis pandangan anda tentang Sejarah Indonesia
Lagi..lagi… dan lagi…Blog Menghina Indonesia
miKIR euy!
Ada apa dengan RUU Rahasia Negara
Biar sejarah yang bicara …..
Kriminalisasi Kemiskinan
BREAKING NEWS!! Gempa Tasik di klaim Malaysia!!!
Jaringan Noordin M Top : Laporan Terbaru ICG
Kebijakan Politik Islam Jepang
PETA, Untuk Siapa?
Romusa, Pergi Menjemput Mati
Haruskah Mengkambinghitamkan Intelijen ?
Kontra Intelijen : Definisi
Kegiatan Seorang Intelijen
Deradikalisasi Terorisme
Blog Imam Samudra Cs di TUTUP
Deplu Di Masa Lalu
Indonesia Merdeka Adalah Tjiptaan Bangsa Indonesia Sendiri
Kejadian Disekitar Proklamasi 17 Agustus 1945
praja muda karana : PRAMUKA
Paham Kekuasaan Sunda
Tentang Sunda
Sumber Tradisional Sejarah Sunda
Sejarah Jawa Barat Dari Zaman Ke Zaman
Ternyata Imam Samudra Cs Masih NgeBlog
Jangan Titipkan Perjuangan Umat Pada Pemerintah
Peringatan dari Wiji Thukul
Kronologi Peristiwa 27 Juli 1996 ; Mengingat yang lupa …
Menyelenggarakan Benteng Islam
Kewajiban Oelama Dalam Zaman Baroe
Pengharapan Pemerintah Dai Nippon Kepada Kiyai (bagian 2)
Pengharapan Pemerintahan Dai Nippon Kepada Kiyai
Pendirian Sesat Akan Binasa
Merenungi Visi Indonesia Mencari Sang Visioner
Memahami Terorisme
Perlawanan Santri Sukamanah Pengemban Amanah
17 Juli Ketika Teror Mengobrak-abrik Perutku
Trilogi Serbasejarah
YA ALLAH WAFATKANLAH AKU SEBAGAI “SERDADU PEMBERONTAK” TITIK
Pengakuan Seorang Ekonom Perusak
“Vox Populi” Belum Tentu “Vox Dei”
(HEBOH) Email A. Mallarangeng yg Bocor
Blog Bertuah Untuk Indonesia Berubah
Tapak Jejak Negeri Memilih Demokrasi
Dosa-dosa Demokrasi
Shadow Play: Film mengenai penjatuhan Soekarno dan pembantaian massal 1965-1966
Selamat Pagi Indonesia Tanah Air Mata Negeriku Aku Berdo’a
Menghapus Palestina ; Holocaust Kedua
Kader Tulang Punggung Revolusi
Penggalangan sebagai fungsi Intelijen : Tinjauan Ilmu
Mohamad Roem, Pemimpin Tanpa Dendam
Antropologi Pemikiran Kaum Teroris (2)
Antropologi Pemikiran Kaum Teroris (1)
Rekonstruksi Peran Kaum Intelektual Sumatra Dalam Nasionalisme Indonesia
Pegangsaan Timur 56 ; Proklamasi dan Sang Merah Putih
Jepang “Saudara Tua” Datang Ke Indonesia (Film Dokumenter)
Mengenal Sejarawan Indonesia : Onghokham dan Sejarah Indonesia
Bila Djuanda Melawat Ke Ambalat
Kilas Sejarah Seputar Pendirian NU
Riwayat Perjuangan Jam’iyyah Nahdlatul Ulama’
Sejarah Persatuan Islam
SEJARAH PERHIMPUNAN AL-IRSYAD AL-ISLAMIYYAH
Sejarah Muhammadiyah
Kelahiran Gerakan Islam Masa Penjajahan Belanda
Sejarah Utang Negara Peng-utang
Kisah Negara (Politik) Tanpa Ideologi
“Ilusi Negara Islam” ; Kenapa Ilusi Dilawan Rekomendasi Strategis ?
Penyemai ‘virus’ Ideologi Komunisme ; Antara Sneevliet, Mas Marco Kartodikromo, dan Haji Misbach.
ZIONISME : Perselingkuhan Manusia Dengan Iblis
Intelijen Dalam Kilasan Sejarah ; Antara Intelijen Negara dan Intelkam Polri
Badan Intelijen dari masa ke masa ; Alat Negara atau Memperalat Negara?
Intelijen? ; Belajar Intelijen sebagai Ilmu
Mengingat yang lupa tentang “Manusia Indonesia” Untuk Bangkit Beradab
Antara Rani Penggemar “James Bond” Dan “James Bond” Dibalik Kasus Antasari
Antasari-Nasrudin-Rani; Studi Kasus “Perselingkuhan” Penguasa-Pengusaha-Perempuan serta Legenda Matahari
Antasari – Antikorupsi – Antisirri ; Menulis Sejarah Korupsi Bumi Pertiwi “bareng Rani Juliani”
Orang “Indonesia” di Negeri Penjajah
Volksraad ; DPR versi Nederland
Perajaan 1 Mei (80 tahun silam); Artikel Fadjar Asia
Sejarah Singkat Gerakan Serikat Buruh Indonesia Masa Kolonial Belanda
ISLAM, MARXISME DAN PERSOALAN SOSIALISME DI INDONESIA
Islam & Sosialisme ; H.O.S. Tjokroaminoto
Masa lalu yang membunuh masa depan
Pergerakan Partai Sjarikat Islam sebagai levend organisme
Cita Dasar Pergerakan Syarikat Islam
The Grand Old Man ; Jalan Perjuangan H. Agus Salim
Sang Raja Tanpa Mahkota : Hidup Dan Perjuangan HOS Tjokroaminoto
Kaum Muda Penggerak “Revolusi Indonesia”
Nasionalisme: Sejarah dan Perkembangan
Mengenal Sejarah Komunisme di Indonesia
Kekuatan Ideologi Politik Di Pentas Sejarah Pergerakan Bangsa Indonesia
Epistemologi Nasionalisme
SOSIALISME SEBAGAI IDEOLOGI POLITIK
IDEOLOGISASI ISLAM: JALAN MENUJU REVOLUSI (PEMIKIRAN ALI SYARI’ATI)
Mencari Arti “Atas Nama” Dalam Sejarah Hidup Manusia
Apa itu Ideologi ? (bahasan teoritis)
Politik Pemikiran
Teori Politik Islam ; Analisis Historis Pembentukan Negara Islam
Kenapa Menggugat Boedi Oetomo ?
Memori Indonesia Abad XX yang Terekam dalam Gambar
Snouck Hurgronje Arsitek Politik Islam Hindia Belanda
Memahami Situasi Sosio Politik Indonesia Awal Abad XX
Feodalisme ; Jurus Ampuh Kolonialisasi Hindia Belanda
Politik Hukum Kolonial Belanda; Pengaruhnya terhadap pelaksanaan hukum Islam
Membaca Kembali Jejak RA Kartini
Arti Penting Sejarah ; Catatan Pram
Budaya Indis ; Jawa bukan Belanda Bukan
“Balas budi”(?) Belanda kepada Bumi Putera dengan Politik Etis
Jejak Kolonialisme di Bumi Nusantara Abad 19
Sepenggal Sejarah dari (Tentang) Penjara Masa Kolonial Belanda
Kegagalan Historiografi indonesiasentris ??
Siapa Bagus Rangin ?
Catatan Awal Memahami Sejarah Indonesia Modern (Abad XX)
Refleksi Pembelajaran Sejarah; sebuah catatan anak jaman
Memahami Fenomena Politik Islam di Indonesia (Mencari Pisau Analisa)
Kapitan Ahmad `Pattimura’ Lussy; icon perlawanan rakyat maluku
Perang Banjar-2 ; Pangeran Antasari ‘Panembahan Amiruddin Khalifatul Mukminin’
Perang Banjar-1 ; Campur Tangan Belanda dalam Kekuasaan Kesultanan Banjar
Perang Jawa-3 ; 1825 – 1830 Perjuangan Islam Melawan Penjajah
Perang Jawa-2 ; Latar Belakang Perang Diponegoro
PERANG JAWA-1 ; Mengenal Tokoh
Perang Padri ; Gerakan perlawanan rakyat Sumatera Barat terhadap Belanda dipimpin oleh Imam Bonjol
Perang Padri ; akhir keberpihakan golongan penghulu terhadap Belanda
Perang Padri ; Pemimpin Baru Tuanku Mudo Imam Bonjol
PERANG PADRI ; gerakan Harimau Nan Salapan
Sisingamangaraja XII (1845 – 1907) Pejuang Islam yang Gigih
Cut Nyak Dien (1848-1908) Perempuan Aceh Berhati Baja
Perlawanan Gerakan Islam Terhadap Penjajahan Belanda
Indonesian Traditional States
Perluasan Eksploitasi Ekonomi Kolonial
Tanam paksa; sejarah anak negeri menjadi kuli
“Mengapa Belanda mempraktikan devide et impera?”
menikmati ‘sepotong kue’ wilayah dunia Timur (Paradigma Negara Penjajah)
Penulisan Sejarah Islam, Sebuah Pembutaan Umat
Manuskrip Ulama Nusantara Dijarah Penjajah
Sejarah Peradaban Islam Indonesia yang Terkubur (dikubur)
Islam dan Awal Kesadaran Sejarah
Penulisan Sejarah Islam Indonesia (Masih di Dominasi Versi Sarjana Barat)
“Sejarah” siapa yang punya ??
Periodisasi Sejarah Islam di Indonesia (sebuah penelusuran gagasan)
Menulis Sejarah ; “Belajar historiografi”
Periodisasi Sejarah…. buat apa yach?
Tafsir sejarah versi Gue… Apa’an yah?
Kenapa Rumit Mentafsirkan Sejarah?
Eksistensi Negara-Negara Islam di Nusantara
VOC dan Misi Kristenisasi di Nusantara
Jayakarta, Jajahan VOC Pertama
Negara Islam Mataram Melawan VOC
Data Historis VOC di Indonesia
Indonesia dan VOC (Verenigde Oostindische Compagnie)
Belanda Tidak Pernah Menjajah Ratusan Tahun di Indonesia
Sejarah nama Indonesia
Membuat Bangsa Ini Melek Sejarah
Resink dan Mitos Penjajahan 350 Tahun
Kezaliman Dalam Penulisan Sejarah Islam
MITOS PENJAJAHAN 350 TAHUN
Perjuangan Islam dengan Dakwah
NEGARA ISLAM DI NUSANTARA
Dari Cirebon ke Banten : Langkah Dakwah Sunan Gunung Jati
Pendekatan Budaya Dalam Penulisan Sejarah
TAN MALAKA : GERILYAWAN REVOLUSIONER YANG LEGENDARIS
Kaum Muslimin Indonesia di Mekkah pada Masa Kolonial
GUNA SEJARAH
PENJELASAN SEJARAH (Historical Explanation)
Kekuatan-Kekuatan Sejarah
Jejak Lain Negara Islam Samudera Pasai
Metode Dakwah Para Wali di Jawa Barat
Syarif Hidayatullah; Sunan Gunung Jati
DASAR-DASAR INTELIJEN (BAGIAN 2-SELESAI)
DASAR-DASAR INTELIJEN (BAGIAN 1)
Siapa Laksamana Cheng Ho ?
Cirebon; Gerbang Dakwah Islam Jawa Barat
Sunan Kalijaga; Politikus Empat Zaman
Sejarah Lisan Orang Biasa: Sebuah Pengalaman Penelitian
Benarkah Reformasi TNI Berhasil?
Pentingnya Menjaga Kewibawaan TNI
Sejarah Indonesia versi Tentara
Sejarah Militer Mencari Laba
Menggugat Sejarah “Indonesia” Versi Tentara
Sejarah TNI
Proses Pelembagaan Islam : Dari Dakwah ke Negara
Proklamasi Berdirinya Negara Islam Demak
Filsafat Sejarah Menurut Murtadha Muthahhari (bagian -2)
Filsafat Sejarah Menurut Murtadha Muthahhari (bagian -1)
Prediksi Sejarah
Kajian tentang Falsafah Sunda
Mengenal Filsafat
Sejarah Munculnya “Istilah Filsafat Sejarah”
Raden Fatah alias Al-Fatah; Sang Pemimpin Muda
Kebangkitan nasional atau kebangkitan elit Jawa?
Pembodohan dan Pemalsuan Sejarah di Lokasi Proklamasi
Rakyat tanpa Sejarah, Sejarah tanpa Rakyat
Membangkitkan Kesadaran Sejarah
Sunan Bonang; Panglima Tentara Demak
Sunan Giri ; Aktor Berdirinya Negara Islam Demak
Hamka sang Otodid@k
Wali Songo itu Para Pemuda
Strategi Dakwah Walisanga
Pesan Dakwah Walisanga
Geneologi Para Wali
Sunan Ampel Pengkader Para Pejuang
Maulana Magribi Da’i Pelopor di Tanah Jawa
Sejarah Islam Tanah Jawa (2)
Sejarah Islam Tanah Jawa (1)
NEGARA ISLAM ; PENELUSURAN ISTILAH
POLITIK ISLAM HINDIA BELANDA
SAMUDRA PASAI NEGARA ISLAM PERTAMA
SALURAN-SALURAN DAKWAH ISLAM
Fase Islamisasi Bumi Nusantara
Ekonomi dan Politik Sebagai Bandul Sejarah
SEJARAH ISLAM TANPA MISI ?
Fungsi Sejarah Menurut Al-Qur’an
SEJARAH ADALAH REKONSTRUKSI MASA LALU.
MENGENAL PARTAI POLITIK
No comments:
Post a Comment