Latar Belakang Terjadinya Terjadinya Perlawanan Umum Abad Ke-19.
Sejak kedatangan pertama kali Belanda ke Indonesia, yang selanjutnya kemudian berusaha menguasai wilayah Nusantara (Indonesia), di hampir seluruh wilayah nusantara rakyat mengadakan perlawanan untuk mengusir penjajahan Belanda. Hanya saja perlawanan rakyat sebelum abad ke 19 bersifat kedaerahan, sehingga mengalami kegagalan total. Diawal abad ke 19 belanda melaksanakan politik balas budi yang salah satunya dengan memberikan kesempatan kepada sebagian rakyat indonesia terutama kaum priyayi dan bangsawan untuk mengecap pendidikan. Akibatnya terdapat beberapa rakyat indonesia yang sudah memiliki pendidikan sehingga kemudian pikirannya terbuka dan mampu menganalisa kegagalan perjuangan melawan penjajah yang salah satunya adalah karena tidak adanya persatuan. Terbukti Perlawanan Rakyat Maluku Di Saparua tahun 1817. Begitu mudah dipatahkan karena ketidak siapan diberbagai segi. Dari pemikiran itu maka para pemuda mengadakan suatu kongres untuk menyatukan cita-cita perjuangan secara bersama sehingga tercetus ikrar sumpah pemuda tahun 1928.
Perlawanan Rakyat Saparua 1817
Latar Belakang Perlawanan Rakyat Saparua
Berdasarkan Traktat London I tahun 1814 (antara Belanda danInggris), maka semua jajahan Belanda (kecuali Kaapkoloni dan SriLanka) dikembalikan kepada Belanda. Ini berarti jajahan Inggris diIndonesia, yang dulu direbut dari Belanda, harus dikembalikan kepadaBelanda. Bertolak dari keputusan tersebut, maka Indonesia akan dijajahkembali oleh Belanda. Dengan demikian penindasan yang pernahdilakukan terhadap rakyat Indonesia juga akan dilakukan kembali, danmemang demikian. Itulah sebabnya, rakyat Indonesia lalu melakukan perlawanan-perlawanan, yang diawali dengan perlawanan rakyat Saparua dari Maluku.Maluku sangat penting bagi Belanda karena daerah ini merupakan penghasil rempah-rempah.
Hal itu sudah dilakukan ratusan tahun oleh Belanda sampai jatuhnya VOC tahun 1799 yang kemudian dikuasai oleh Inggris yang liberal. Ketika rakyat Maluku mendengar bahwa Belanda akan berkuasa kembali di Maluku, masyarakat Maluku trauma akan kembalinya sistem monopoli VOC dan Pelayaran Hongi.Dengan adanya monopoli itu, maka harga rempah-rempah ditentukan oleh Belanda, yang biasanya sangat murah. Belanda melakukan pengawasan ketat terhadap penduduk dan tidak jarang menggunakan kekerasan.
Perdagangan yang dilakukan oleh penduduk Maluku dengan pedagang Jawa, Melayu dan lain-lain dianggap perdagangan gelap. Karena itu kembalinya Belanda ke Maluku tahun 1816 dicurigai bahwa mereka akan mengembalikan sistem monopoli yang menakutkan itu. Di samping monopoli rempah-rempah, rakyat Maluku juga trauma akan kembalinya Pelayaran Hongi. Untuk mencegah jangan sampai harga cengkeh di pasaran menurun karena kebanyakan produksi, maka Belanda memaksa rakyat untuk menebang pohon cengkehnya. Untuk itu, maka dilakukan Pelayaran Hongi yaitu pelayaran bersenjata untuk membasmi pohon rempah-rempah yang dianggap berlebih sekaligus untuk mencegah perdagangan gelap. Karena tindakan yang kejam itu rakyat kehilangan mata pencahariannya dan tenggelam ke dalam kesengsaraan dan kelaparan.
Pada masa pemerintahan Inggris di Maluku timbul harapan bagi rakyat. Untuk menarik hati rakyat, penguasa Inggris mengeluarkan peraturan yang meringankan beban-beban rakyat, penyerahan paksa dihapus, dan pekerjaan rodi dikurangi. Pemasukan barang-barang dagangan dilakukan. Tetapi keadaan ini tidak berlangsung lama. Setelah daerah ini benar-benar kembali ke tangan Belanda, praktek-praktek lama dijalankan kembali. Pemerintah Belanda lalu melakukan tekanan-tekanan yang berat, sehingga kembali membebani kehidupan rakyat. Selain sistem penyerahan paksa, masih terdapat beban kewajiban lain yang berat, antara lain kewajiban kerja blandong, penyerahan atap dan gaba-gaba,penyerahan ikan asin, dendeng dan kopi. Akibat dari penderitaan rakyat itu maka rakyat Maluku pada tahun 1817 bangkit mengangkat senjata melawan kekuasaan Belanda.
Perlawanan Rakyat Maluku di Pulau Saparua
Perlawanan rakyat Maluku berkobar di Pulau Saparua. Tidak sedikit penduduk dari daerah pulau sekitarnya yang ikut serta dalam perlawanan itu, baik yang beragama Kristen maupun Islam bersatu padu melawan penjajah. Hal ini menunjukkan bahwa Perang Saparua mempunyai nada religius, karena Belanda mempersulit kehidupan beragama di daerah itu.
1. Protes rakyat di bawah pimpinan Thomas Matualessi diawali dengan penyerahan daftar keluhan-keluhan kepada Belanda. Daftar itu ditanda tangani oleh 21 penguasa orang kaya, patih, raja dari Saparua dan Nusa Laut. Beberapa pemimpin lain dalam perlawanan itu ialah Anthony Rhebok, Philip Latumahina, dan raja dari Siri Sori Sayat.
2. Perlawanan ini dipimpin oleh Thomas Matualessi yang kemudian termasyhur dengan sebutan Pattimura. Saat itu benteng Durstede di pulau Saparua berhasil dihancurkan oleh pasukan Maluku. Residen Belanda yang bernama van den Berg, terbunuh dalam peristiwa itu. Pasukan Belanda tambahan kemudian didatangkan dari Ambon tetapi berhasil dikalahkan.Perlawanan rakyat Saparua menjalar ke Ambon, Seram, danpulau-pulau lainnya. Untuk memadamkan perlawanan rakyat Maluku ini, Belanda mendatangkan pasukan dari Jawa. Maluku diblokade oleh Belanda. Rakyat akhirnya menyerah karena kekurangan makanan. Untuk menyelamatkan rakyat dari kelaparan, maka Pattimura menyerahkan diri dan dihukum mati di tiang gantungan. Gugur sebagai pahlawan yang tertindas oleh penjajah. Pemimpin perlawanan rakyat Maluku digantikan oleh Khristina Martha Tiahahu, seorang pejuang wanita. Namun akhirnya ia ditangkap pula. Sewaktu akan diasingkan ke Pulau Jawa, ia meninggal diperjalanan. Akibat perlawanan rakyat Maluku ini, pemerintah Hindia Belanda menerapkan kebijakan ketat. Rakyat Maluku, terutama rakyat Saparua dihukum berat. Monopoli rempah-rempah diberlakukan kembali oleh pemerintah Belanda.
Kesimpulan : perlawanan Rakyat Saparua melawan penjajah
Belanda dapat dengan mudah dipatahkan oleh Belanda pada saat Pattimura dan Khristina Martha Tiahahu sudah tiada. Akibatnya pemerintah Hindia Belanda
menerapkan kebijakan ketat. Rakyat Maluku, terutama rakyat Saparua
dihukum berat. Monopoli rempah-rempah diberlakukan kembali oleh
pemerintah Belanda.
Sumber
Drs. A. K. Wiharyanto, M. M.,
adalah dosen tetap pada Program Studi PendidikanSejarah, FKIP - Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
No comments:
Post a Comment