Thursday, June 9, 2016

Mengenang Peristiwa Lapangan Ikada Sept 1945 | ilmusaudarana

Peristiwa rapat raksasa dilapanan IKADA adalah suatu peristiwa yang melambangkan bahwa rakyat Indonesia betul-betul cinta kepada kemerdekaan yang sudah diproklamirkan oleh proklamatornya pada tanggal 17 agustus 1945. Selain suatu pertanda bahwa mereka taat dan patuh pada pemimpin besar revolusi Presiden Republik Indonesia yang gagah berani untuk menghadiri rapat raksasa ditengah kerumunan tentara jepang yang lengkap dengan bayonetnya. Dengan semangat nasionalisme, patriotisme, heroisme, pantang menyerah, kebersamaan, tanpa pamrih dan percaya diri tanpa berpikir panjang Presiden Soekarno menyatakan siap untuk hadir pada acara tersebut. Sekalipun Presiden Soekarno pada saat itu dicegah kehadirannya oleh meliter jepang.
Satu bulan setelah Republik Indonesia memproklamasikan kemerdekaan, tepatnya pada 19 September 1945, Presiden Pertama Indonesia Ir. Soekarno memberikan pidato singkat di hadapan ribuan rakyat di Lapangan IKADA (Ikatan Atlet Djakarta), Jakarta. Acara ini sekaligus sebagai peringatan 1 bulan Proklamasi Kemerdekaan.. Rapat ini kemudian dikenal dengan sebutan Rapat Raksasa IKADA karena banyaknya massa yang hadir. Berlangsungnya peristiwa besar ini tak lepas dari peran para pemuda.

Sebagian sumber menyatakan massa yang hadir pada hari itu mencapai lebih dari 300.000 orang. Jumlah sebanyak ini sempat dikhawatirkan oleh Jepang. Namun kenyataannya massa dapat terkendali secara baik dan tertib pulang ke tempatnya masing-masing setelah diperintahkan oleh Bung Karno. Tak banyak yang diucapkan Bung Karno pada pidatonya di rapat raksasa itu. Namun, apa yang tersirat dalam pidato singkat tersebut dianggap sebagai momen penting dalam sejarah Republik Indonesia.
Dalam rangka memperingati 1 bulan terjadinya proklamasi kemerdekaan Indonesia, maka pada tanggal 19 September 1945, presiden Soekarno memberikan pidato singkatnya di hadapan ribuan rakyat di Lapangan Ikada, Jakarta. Sementara itu, masyarakat dengan dipelopori para pemuda yang tergabung dalam ‘Komite Van Aksi’ menyelenggarakan rapat dan demonstrasi untuk membulatkan tekad dalam rangka 1 bulan merdekanya Indonesia.
Pelaksanaan rapat raksasa di lapangan Ikada itu sekaligus menjadi bukti bahwa kemerdekaan Indonesia merupakan cita-cita seluruh rakyat Indonesia. Walaupun harus berhadapan dengan tentara Jepang yang telah berjaga-jaga dengan senjata lengkap, rakyat tetap berkumpul di lapangan Ikada guna mendengarkan pidato presiden Soekarno.

Latar Belakang Penyelenggaraan

Indonesia baru berumur satu bulan sejak diproklamasikan. Sejumlah kalangan menilai gaung proklamasi kemerdekaan belum terdengar merata ke seluruh pelosok tanah air. Pemerintah masih dianggap terlalu lemah sehingga ada keraguan masyarakat atas kedaulatan Republik Indonesia. Hal tersebut bukan tanpa sebab. Meski telah memproklamasikan kemerdekaan, rakyat masih kerap melihat balatentara Jepang dan pasukan sekutu di Indonesia. Sementara itu Pemerintah RI dianggap tidak bisa berbuat banyak

Sekelompok pemuda dan mahasiswa yang menamakan dirinya sebagai "Komite Aksi" menginsiasi rapat raksasa sebagai bentuk unjuk kekuatan republik yang baru merdeka. Pada 19 September 1945, kemudian dipilih sebagai hari penyelenggaraan rapat tersebut. Namun ide pemuda dan mahasiswa ini tak sepenuhnya diterima oleh Pemerintah Indonesia saat itu.

Pada 17-19 September 1945, Pemerintah menggelar Rapat Kabinet dan KNIP. Namun rapat ini tak menghasilkan keputusan apakah setuju atau tidak dengan penyelenggaraan Rapat IKADA. Namun, pada pukul 16.00, tanggal 19 September 1945. Dengan semangat patriotisme yang menggelora Presiden Soekarno mengatakan kepada peserta Rapat Kabinet bahwa ia akan menghadiri Rapat IKADA. Soekarno menyatakan, "Saudara-saudara menteri dengarkan keputusan saya. Saya akan pergi ke Lapangan IKADA untuk menentramkan rakyat yang sudah berjam-jam menunggu. Saya tidak akan memaksa saudara-saudara untuk ikut saya. Siapa yang mau tinggal di rumah boleh, terserah kepada saudara masing-masing."

Ada 3 hal penting yang disampaikan dalam pidato Presiden Soekarno di lapangan Ikada pada saat itu, yaitu :
    Meminta dukungan dan kepercayaan rakyat terhadap pemerintah Republik Indonesia.
    Menuntut rakyat untuk mematuhi kebijakan-kebijakan pemerintah dengan disiplin.
    Memerintahkan rakyat untuk bubar meninggalkan lapangan dengan tenang.
Seputar tentang Pelaksanaan Rapat Raksasa di Lapangan Ikada
Pada tanggal 19 September 1945 mulai pukul 10.00 pagi bertempat di gedung KNIP Lapangan Banteng, Jakarta diadakan Rapat Kabinet yang langsung dipimpin oleh Presiden Soekarno. Cukup banyak yang dibicarakan dalam rapat tersebut termasuk rencana pembentukan Bank Negara Indonesia (BNI) oleh ayah dari Prof. DR Soemitro Djojohadikusumo yaitu Margono. Tetapi ada agenda cukup penting yang rupanya dibicarakan secara khusus, yaitu berlangsungnya “Rapat Raksasa Ikada”.
Rencana Rapat Akbar yang sejak awal tempatnya sudah ditetapkan yaitu Lapangan Ikada, pada mulanya dimaksudkan untuk memperingati 1 bulan Proklamasi 17 Agustus 1945. Jadi rencananya dilaksanakan pada tanggal 17 September 1945. Tapi rupanya rencana ini ditanggapi pihak Pemerintah Republik Indonesia secara maju mundur. Ada kesan Pemerintah sangat berhati-hati atau nyaris takut kepada kekuasaan Militer Jepang yang baru saja kalah perang.
Kurang disetujuinya rencana rapat tersebut oleh Pemerintah, antara lain atas pertimbangan rakyat yang berkumpul cukup banyak , yang akan memancing kemarahan militer Jepang dan mungkin mengakibatkan bentrokan fisik dimana dikhawatirkan akan jatuhnya banyak korban sia-sia. Memang pihak militer Jepang jauh hari telah mengeluarkan larangan berkumpulnya massa lebih dari 5 orang.
Pihak panitia penyelenggara yang terdiri dari banyak Pemuda dan Mahasiswa yang menggunakan nama panitia “Komite aksi”, menganggap Pemerintah harus didesak dan dimotivasi terus agar sadar bahwa Rapat Raksasa ini penting untuk diselenggarakan guna menunjukkan bahwa rakyat Indonesia mendukung Kemerdekaan Republik Indonesia yang diproklamirkan pada tanggal 17 Agustus 1945. Inilah perwujudan nyata dari proses demokrasi dan harus dikampanyekan kepada dunia. Apalagi secara de facto, Indonesia sudah memiliki rakyat, wilayah dan pemerintah.
Akhirnya rapat raksasa di lapangan Ikada pada 19 September 1945 diselenggarakan meski mendapat pengawasan dari pihak Jepang. Namun presiden Soekarno berhasil meyakinkan pihak Jepang hingga beliau dapat menyelesaikan pidatonya dengan baik, dan ini diluar dugaan pihak Jepang. Kumpulan massa yang dianggap pihak Jepang akan sukar dikendalikan, ternyata mau menurut Presidennya dan pulang kerumah masing-masing dengan teratur.
Jadi, apakah arti dari peristiwa Rapat Raksasa Ikada ini? Bahwa rakyat Indonesia pada dasarnya mudah disatukan dalam langkah dan geraknya oleh kekuatan dari sebuah figur kharismatik serta diarahkan dan dikendalikan untuk tujuan yang positif dengan syarat jangan mengecewakan mereka. Soekarno sebagai Presiden pertama memiliki itu semua dimana beliau adalah pemimpin yang tegas dan lugas, dan selalu merasa sebagai salah satu bagian dari rakyat.
Rapat raksasa di lapangan Ikada menjadi sebuah peristiwa sejarah lokal yang menyangkut masalah demokrasi, yang terjadi sebulan setelah Proklamasi 17 Agustus 1945.  Penyelenggaraannya benar-benar murni untuk kepentingan seluruh rakyat Indonesia, untuk kepentingan perjuangan nasional dibawah Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan selanjutnya rakyat akan menyadari bahwa hal itu amat penting sekali terutama dalam mewujudkan utuhnya Kepemimpinan Nasional. Meskipun usaha ini dilakukan di Jakarta secara lokal, tapi maksud utamanya adalah untuk kepentingan nasional, yaitu untuk melegitimasi Pemerintahan Republik Indonesia yang sah, baik yang menyangkut lembaga eksekutif, legislatif maupun yudikatif.
Jadi, makna penting diselenggarakannya rapat raksasa di lapangan Ikada, Jakarta, antara lain :
Rapat tersebut berhasil mempertemukan pemerintah Republik Indonesia dengan rakyatnya.
Rapat tersebut merupakan perwujudan kewibawaan pemerintah Republik Indonesia terhadap rakyat.
Menanamkan kepercayaan diri bahwa rakyat Indonesia mampu mengubah nasib dengan kekuatan sendiri.
Rakyat mendukung pemerintah yang baru terbentuk. Buktinya, setiap instruksi pimpinan mereka laksanakan.
Setelah Soekarno menyatakan hal tersebut, Rapat Kabinet berakhir. Hampir semua menteri yang ikut Rapat Kabinet tersebut kemudian bersama Soekarno menghadiri Rapat Raksasa IKADA. Presiden Soekarno sendiri dijemput oleh pemuda-mahasiswa dari Komite Aksi.
Pidato Soekarno
Presiden Soekarno saat memberikan pidato di Rapat Raksasa IKADA. Foto diakses dari indonesiaindonesia.com, November 2014.
Presiden Soekarno sebenarnya sempat dicegah kehadirannya oleh militer Jepang yang meminta Rapat Raksasa IKADA untuk dibubarkan. Namun Presiden Soekarno bersikeras mengatakan akan menghadiri acara tersebut demi menghindari hal-hal yang tak diinginkan.

Di hadapan rakyat pada saat itu, Presiden Soekarno berpidato selama lima menit.

"Kita sudah memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Proklamasi ini tetap kami pertahankan, sepatah pun tidak kami cabut. Tetapi dalam pada itu, kami sudah menyusun suatu rancangan. Tentang, tenteram, tetapi tetap siap sedia menerima perintah yang kami berikan. Kalau saudara-saudara percaya kepada Pemerintah Republik Indonesia yang akan mempertahankan proklamasi kemerdekaan itu, walaupun dada kami akan robek karenanya, maka berikanlah kepercayaan kepada kami dengan tunduk kepada perintah-perintah kami dengan disiplin. Sanggupkah saudara-saudara? (Dijawab serentak oleh rakyat, sanggup!). Perintah kami hari ini, marilah sekarang pulang semua dengan tenang dan tenteram, ikutilah perintah Presidenmu sendiri tetapi tetap sedia sewaktu-waktu. Saya tutup dengan salam nasional... Merdeka!"

Setelah pidato tersebut, rakyat kembali ke tempatnya masing-masing.
Monumen IKADA

Untuk mengenang peristiwa Rapat Raksasa IKADA, di lapangan tersebut (kini lapangan Monumen Nasional, Jakarta Pusat) berdiri Monumen IKADA. Monumen ini menggambarkan sosok lima pemuda, jumlah minimal yang dapat menggambarkan himpunan massa dengan sikap tekad, berani, optimistis, dengan memancangkan bendera Merah Putih.
Sejarah Monumen IKADA

Gagasan pendirian monumen ini berasal dari Dewan Harian Daerah Angkatan 45. R. Suprapto, Gubernur DKI Jakarta kala itu menyambut gagasan tersebut. Segera Soeprapto mengeluarkan SK Gubernur No. 2261 tahun 1986 tentang Pembentukan Panitia Pelaksana Pendirian Monumen. Tepat pada 19 September 1987, 42 tahun setelah peristiwa Rapat Raksasa IKADA berlangsung, dilakukan peletakan batu pertama. Monumen ini selesai dibuat pada 1 Februari 1988 dan diresmikan pada 20 Mei 1988 oleh Gubernur DKI Jakarta setelah R. Suprapto, Wiyogo Atmodarminto.

Arsitektural

Monumen IKADA dirancang oleh Sunaryo, seorang dosen ITB dan pematung terkenal. Patung tersebut dibuat dengan gaya modern. Bagian pertama monumen adalah plaza dengan ukuran 19X19 m yang melambangkan tanggal 19, kemudian landasan dengan tinggi 4 m, serta patung manusia setinggi 5 m, mengandung arti 4+5=9, angka 9 berati bulan September atau 4 dan 5 analog dengan tahun 45 atau 1945. Landasan ini dibagi menjadi 7 segmen yang melambangkan Sapta Patria Seni Nilai Perjuangan, yang terdiri dari nasionalisme, patriotisme, heroisme, pantang menyerah, kebersamaan, tanpa pamrih dan percaya diri. Bahan untuk membuat patung adalah tembaga ketok dengan ketebalan 2-3 mm dengan lama pembuatan 5 bulan.



Referensi

http://id.wikipedia.org/
http://herri-solo.blogspot.com/
http://herri-solo.blogspot.com/
http://politik.kompasiana.com/
http://hurahura.wordpress.com/
http://www.jakarta.go.id/

No comments:

Post a Comment