Tuesday, November 15, 2016

Ragam Hias Kerajinan Tekstil Tradisional dan Modern Serta Kerajinan Tekstil Tradisional Indonesia

1. Ragam Hias Kerajinan Tekstil Tradisional dan Modern
    Pada kerajinan tekstil, estetika atau keindahannya dimunculkan oleh bentuk kerajinan, tekstur material, warna serta yang paling menonjol adalah ragam hiasnya. Ragam hias dan warna pada tekstil tradisional umumnya memiliki simbol dan makna tertentu, sedangkan pada tekstil modern ragam hias cenderung berfungsi sebagai nilai tambah estetika atau keindahan. Kerajinan
Tugas 2
Mengenali Makna Simbol Kain Tradisional Dikerjakan berkelompok, terdiri atas maksimal 5 orang.
1) Tiap kelompok mencari dan membawa minimal 3 contoh kain tradisional Contoh kain tradisional :
2) Tiap kelompok mempresentasikan makna simbolik, fungsi dan memperagakan cara mengenakan kain tradisional tersebut.
3) Bukalah kesempatan diskusi dengan teman sekelas sehingga dapat melihat kekayaan budaya Indonesia.
4) Catatlah komentar teman sekelas dan buatlah rangkuman dari hasil kegiatan presentasi tersebut pada buku tugas.
5) Lengkapi dengan dokumentasi kegiatan saat mengerjakan tugas ini. 12 Kelas X SMA/MA/SMK/MAK Semester 1
a. Ragam Hias Murni, ialah ragam hias yang hanya berfungsi untuk member nilai tambah estetika pada benda tersebut dan tidak berhubungan dengan nilai fungsi benda tersebut.
b. Ragam Hias Simbolis, ialah ragam hias yang selain berfungsi memperindah juga memiliki makna tertentu yang bersumber dari adat istiadat, agama maupun sistem sosial, yang harus ditaati norma-normanya untuk menghindari salah pengertian bagi pengguna ragam hias tersebut. Contoh ragam hias ini di antaranya kaligra_, ragam hias pohon hayat, ragam hias burung phoenix, ragam hias swastika, dan sebagainya.
Kerajinan

Secara garis besar, ragam hias pada masyarakat yang hidup di pesisir pantai banyak menggunakan bentuk-bentuk binatang laut, maupun bentuk alam seperti awan, bintang, bulan dan matahari. Masyarakat yang tinggal di tepi hutan dan pegunungan banyak menggunakan ragam hias dari bentuk tumbuh-tumbuhan, buah, burung, dan serangga yang sering mereka jumpai dilingkungannya. Namun, tidak tertutup kemungkinan sumber inspirasi ragam
hias bercampur di suatu wilayah.
Adapun bentuk-bentuk ragam hias yang dibuat dengan mengambil inspirasi dari lingkungan alam sekitar biasanya yang memberikan manfaat dan berguna bagi kehidupan suatu suku bangsa. Akibatnya, bentuk motif suatu daerah memiliki kandungan makna _loso_ kehidupan suku bangsa tersebut.
Kerajinan

Ragam hias di Indonesia, berdasarkan pada pola dan bentuk visualnya, dibagi dalam klasi_kasi sebagai berikut.
a. Ragam Hias Geometris adalah ragam hias yang mengulang suatu bentuk baku tertentu dengan ukuran tertentu dalam komposisi yang seimbang pada seluruh sisinya.
Kerajinan
Sumber: Kemendikbud 2013
Gambar 1.16 Ragam Hias Geometris
Gambar 1.14 Kain Iban pua-kumbu, Kalimantan, teknik tenun-ikat, benang katun, sebagai kain kesuburan
Gambar 1.15 Kain Seko Mandi, teknik tenun-ikat, benang katun, sebagai kain penutup jasad (kematian)
Prakarya dan Kewirausahaan 15
b. Ragam Hias Tumbuh-tumbuhan adalah ragam hias yang mengambil inspirasi dari tumbuh-tumbuhan pada wilayah tertentu untuk dimodi_kasi menjadi ragam hias yang mencerminkan ciri khas wilayah tersebut.
c. Ragam Hias Mahluk Hidup adalah ragam hias yang mengambil inspirasi dari mahluk hidup di darat, laut, dan udara pada wilayah tertentu dan dimodi _kasi menjadi ragam hias khas wilayah tersebut. Ragam hias ini biasanya dimasukkan dalam kelompok ragam hias untuk menggambarkan dunia tengah.
Kerajinan
Sumber: Kemendikbud 2013
Gambar 1.17 Ragam Hias Inspirasi Tumbuhan
Sumber: http://id.wikipedia.org
Gambar 1.19 Motif Batik Semen Romo, terdiri dari Elemen Dunia Bawah, Tengah, dan Atas.
Sumber: Dokumentasi Kemdikbud
Gambar 1.20 Batik dengan ragam hias dunia atas, tengah dan bawah di Kasepuhan Cirebon
16 Kelas X SMA/MA/SMK/MAK Semester 1
e. Ragam Hias Dekoratif adalah ragam hias yang bersifat arti_sial dan biasanya merupakan penggabungan dari beberapa inspirasi ragam hias pada kelompok yang ada sebelumnya yang dimodi_kasi sehingga menjadi sebuah bentuk ragam hias yang baru dan memiliki nilai estetika tersendiri.
Pola Ragam Hias :
Desain ragam hias yang terdapat di wilayah Indonesia ini beberapa di antaranya sudah merupakan pola baku ragam hias wilayah tertentu. Desain ragam hias dapat dikelompokkan dalam jenis pola sebagai berikut.
a. Jenis pola tunggal (pattern), yaitu bentuk pola yang disusun dengan ukuran yang berdiri sendiri tanpa diberi bentuk yang lain.
b. Jenis pola ulang himpunan (assemblage), yaitu bentuk pola yang tiap bagian merupakan suatu kelompok dan kumpulan dari beberapa bentuk
atau unsur yang masih bersifat satu kesatuan.
c. Jenis pola ulang menyeluruh, yaitu ragam hias dengan kombinasi-kombinasi ulangan disertai dengan membubuhkan bentuk lain yang tidak tercakup dalam kelompok tanpa merusak bentuk pokok dari ragam hias tersebut. Pola pada ragam hias biasanya terdiri atas ragam hias pokok, ragam hias pendukung, dan ragam hias isian atau pelengkap.
          Proses penataan ragam hias secara garis besar dapat dikelompokkan dalam proses sebagai berikut.
a. Proses pengulangan sejajar, baik secara vertikal maupun horizontal, disusun dalam posisi yang sama, jarak dan ukuran yang sama. Proses tersebut sangat mudah dijumpai dalam ragam hias geometris sebagai desain tepi maupun dalam susunan diagonal dan sudut.
Kerajinan
Sumber: Dokumen Kemdikbud
Gambar 1.21 Ragam Hias Dekoratif
Prakarya dan Kewirausahaan 17
B. Proses pengulangan berpotongan, yaitu pada proses pembuatan motif saling bertumpangan dan berpotongan terhadap bidang gambar.
          Ragam hias pada tekstil tradisional pada umumnya menggunakan proses pengulangan yang disusun simetris. Pada tekstil modern, proses pengulangan ragam hias, baik yang sejajar maupun yang berpotongan, selain disusun secara simetris sering pula digunakan secara asimetris, bahkan bersifat acak.
Kerajinan Gambar 1.22 Pola Proses Pengulangan Sejajar
Gambar1.23 Pola Proses Pengulangan Berpotongan
Tugas 3
Mengenali Jenis dan Pola Ragam Hias Tekstil Tradisional Indonesia
Dikerjakan berkelompok, terdiri atas maksimal 5 orang.
1) Pada Tugas 2 setiap kelompok sudah memiliki minimal 3 buah kain
tradisional.
2) Salinlah sebagian motif kain-kain tradisional tersebut ke dalam selembar
kertas.
3) Diskusikan jenis pola dari dari kain tradisional tersebut, apakah termasuk
jenis pola tunggal, pola ulang himpunan, atau pola ulang menyeluruh.
4) Diskusikan pula proses pembuatan motif, apakah menggunakan proses
pengulangan sejajar, berpotongan, atau campuran keduanya.
18 Kelas X SMA/MA/SMK/MAK Semester 1

2.Kerajinan Tekstil Tradisional Indonesia

Karya kerajinan tekstil tradisional Indonesia, secara fungsi dapat dibagi sebagai berikut.
  1. Sebagai pemenuhan kebutuhan sandang yang melindungi tubuh, seperti kain panjang, sarung dan baju daerah
  2. Sebagain alat bantu atau alat rumah tangga, seperti kain gendongan bayi dan untuk membawa barang
  3. Sebagai alat ritual (busana khusus ritual tradisi tertentu), contohnya,
  • Kain tenun Ulos
  • Kain pembungkus kafan batik motif doa
  • Kain ikat celup Indonesia Timur (penutup jenazah)
  • Kain Tapis untuk pernikahan masyarakat daerah Lampung
  • Kain Cepuk untuk ritual adat di Pulau Nusa Penida
  • Kain Songket untuk pernikahan dan khitanan
  • Kain Poleng dari Bali untuk acara ruwatan (penyucian)

Tekstil tradisional Indonesia berkembang dengan kreativitas setempat baik pengaruh dari suku maupun bangsa lain. Secara geogra¬s, posisi Indonesia terletak pada persimpangan kebudayaan besar, antara dua benua Asia dan Australia, serta dua samudra, yaitu Samudra Hindia dan Samudra Pasi¬k. Gelombang kontak perdagangan yang melewati wilayah negara kepulauan Indonesia memberikan pengaruh dan mengakibatkan akulturasi (percampuran) budaya yang tampak pada pengembangan karya kerajinan tekstil di Indonesia.
Kain-kain tradisional di wilayah kepulauan Indonesia ini pada awalnya merupakan alat tukar/ barter yang dibawa oleh pedagang pendatang dengan penduduk asli saat membeli hasil bumi dan rempah-rempah di Indonesia. Sekitar abad ke-15 Masehi, pedagang muslim Arab dan India melakukan kontak dagang dengan mendatangi pulau Jawa dan Sumatra. Pengaruh Islam secara langsung dapat dilihat pada tekstil Indonesia. Beberapa batik yang dibuat di Jambi dan Palembang di Sumatra, serta di Utara Jawa, dibuat dengan menggunakan ayat-ayat yang berasal dari bahasa Arab Al Qur’an. 

Di Indonesia juga terdapat kain sarung kotak-kotak dan polos yang banyak digunakan di Semenanjung Arab, Timur Laut Afrika, Asia Selatan, Asia Tenggara, dan Kepulauan Pasi¬k. Pada abad ke-13 pedagang Gujarat memperkenalkan Patola, yaitu kain dengan teknik tenun ikat ganda dari benang sutra yang merupakan busana Gujarat, Barat Laut India. Proses pembuatan kain Patola sangat rumit sehingga di India kain ini digunakan dalam berbagai upacara yang berhubungan dengan kehidupan manusia, seperti kelahiran, perkawinan dan kematian juga sebagai penolak bala. 

Melalui perdagangan dengan bangsa Gujarat, keberadaan kain Patola tersebar luas di kepulauan Nusantara. Kain Patola umumnya hanya dimiliki oleh kalangan terbatas. Penduduk setempat yang telah memiliki keterampilan menenun pun mencoba mereproduksi kain yang sangat berharga tersebut dengan tenun ikat pakan. Di Maluku, kain ini sangat dihargai dan dikenakan dengan cara dililitkan di pinggang atau leher. Para penenun di Nusa Tenggara Timur mengembangkan corak kain tenun yang dipengaruhi oleh corak yang terdapat pada kain Patola, dengan corak yang berbeda untuk raja, pejabat, dan kepala adat dalam jumlah yang sangat terbatas dan hanya dikenakan pada upacara–upacara adat. Kain Patola dari Lio NTT ini ada yang dibuat sepanjang 4 meter yang disebut katipa berfungsi sebagai penutup jenazah. 

Motif Patola juga dikembangkan menjadi kain Cinde di daerah Jawa Tengah. Kain Cinde tidak dibuat dengan teknik tenun ikat ganda, tetapi dibuat dengan teknik direct print, cap atau sablon. Kain ini digunakan sebagai celana dan kain panjang untuk upacara adat, ikat pinggang untuk pernikahan, serta kemben dan selendang untuk menari. Kain serupa terdapat pula di Palembang, disebut kain Sembagi. Sembagi yang berwarna terang digunakan pada upacara mandi pengantin dan hiasan dinding pada upacara adat. Kain Sembagi yang berwarna gelap digunakan untuk penutup jenazah. Motif Patola memengaruhi motif batik Jlamprang yang berwarna cerah yang berkembang di Pekalongan, dan motif Nitik yang berkembang di Yogyakarta dan Surakarta yang berwarna sogan (kecokelatan), indigo (biru), kuning dan putih. Corak Patola juga berkembang di Pontianak, Gorontalo, dan kain tenun Bentenan di Menado.

Kain dengan teknik tenun ikat ganda dibuat di Desa Tenganan Pegeringsingan di Bali. Kain sakral tersebut dikenal dengan nama kain Gringsing yang artinya bersinar. Teknik tenun ikat ganda hanya dibuat di tiga daerah di dunia, yaitu di Desa Tenganan Bali, Indonesia (kain Gringsing), di Kepulauan Okinawa, Jepang (tate-yoko gasuri) dan Gujarat India (kain Patola). Teknik tenun ikat ganda adalah tenun yang kedua arah benangnya, baik benang pada lungsin maupun pakan diwarnai dengan teknik rintang warna untuk membentuk motif tertentu.

Kreativitas bangsa Indonesia mampu mengembangkan satu jenis kain tenun Patola Gujarat menjadi beragam tekstil yang sangat indah di seluruh daerah di Indonesia. Contoh perkembangan kain Patola ini hanya salah satu dari bukti kreativitas tinggi yang dimiliki oleh bangsa kita.

Pada tekstil tradisional, selain untuk memenuhi kebutuhan sandang, juga memiliki makna simbolis di balik fungsi utamanya. Beberapa kain tradisional Indonesia dibuat untuk memenuhi keinginan penggunanya untuk menunjukkan status sosial maupun kedudukannya dalam masyarakat melalui simbolsimbol bentuk ragam hias dan pemilihan warna. Selain itu ada pula kain tradisional Indonesia yang dikerjakan dengan melantunkan doa dan menghiasinya dengan penggalan kata maupun kalimat doa sebagai ragam hiasnya. Tujuannya, agar yang mengenakan kain tersebut diberi kesehatan, keselamatan, dan dilindungi dari marabahaya. 

Kain tradisional Indonesia dibuat dengan ketekunan, kecermatan yang teliti dalam menyusun ragam hias, corak warna maupun maknanya. Akibatnya, kain Indonesia yang dihasilkan mengundang kekaguman dunia internasional karena kandungan nilai estetikanya yang tinggi.

Tugas 2
Mengenali Makna Simbol Kain Tradisional
Dikerjakan berkelompok, terdiri atas maksimal 5 orang.
  • Tiap kelompok mencari dan membawa minimal 3 contoh kain tradisional. Contoh kain tradisional : 


  • Tiap kelompok mempresentasikan makna simbolik, fungsi dan memperagakan cara mengenakan kain tradisional tersebut.
  • Bukalah kesempatan diskusi dengan teman sekelas sehingga dapat
    melihat kekayaan budaya Indonesia.
  • Catatlah komentar teman sekelas dan buatlah rangkuman dari hasil kegiatan presentasi tersebut pada buku tugas.
  • Lengkapi dengan dokumentasi kegiatan saat mengerjakan tugas ini.

No comments:

Post a Comment