Pada kerajinan tekstil, estetika atau keindahannya dimunculkan
oleh bentuk kerajinan, tekstur material, warna serta yang paling menonjol
adalah ragam hiasnya. Ragam hias dan warna pada tekstil tradisional umumnya
memiliki simbol dan makna tertentu, sedangkan pada tekstil modern ragam hias cenderung
berfungsi sebagai nilai tambah estetika atau keindahan. Kerajinan
Tugas 2
Mengenali Makna Simbol Kain Tradisional Dikerjakan berkelompok,
terdiri atas maksimal 5 orang.
1) Tiap kelompok mencari dan membawa minimal 3 contoh kain
tradisional Contoh kain tradisional :
2) Tiap kelompok mempresentasikan makna simbolik, fungsi dan
memperagakan cara mengenakan kain tradisional tersebut.
3) Bukalah kesempatan diskusi dengan teman sekelas sehingga
dapat melihat kekayaan budaya Indonesia.
4) Catatlah komentar teman sekelas dan buatlah rangkuman dari
hasil kegiatan presentasi tersebut pada buku tugas.
5) Lengkapi dengan dokumentasi kegiatan saat mengerjakan tugas
ini. 12 Kelas X SMA/MA/SMK/MAK
Semester 1
a. Ragam Hias Murni, ialah ragam hias yang
hanya berfungsi untuk member nilai tambah estetika pada benda tersebut dan
tidak berhubungan dengan nilai fungsi benda tersebut.
b. Ragam Hias Simbolis, ialah ragam hias yang
selain berfungsi memperindah juga memiliki makna tertentu yang bersumber dari
adat istiadat, agama maupun sistem sosial, yang harus ditaati norma-normanya
untuk menghindari salah pengertian bagi pengguna ragam hias tersebut. Contoh
ragam hias ini di antaranya kaligra_, ragam hias pohon hayat, ragam hias burung
phoenix, ragam hias swastika, dan sebagainya.
Kerajinan
Secara garis besar, ragam hias pada masyarakat yang hidup di
pesisir pantai banyak menggunakan bentuk-bentuk binatang laut, maupun bentuk
alam seperti awan, bintang, bulan dan matahari. Masyarakat yang tinggal di tepi
hutan dan pegunungan banyak menggunakan ragam hias dari bentuk tumbuh-tumbuhan,
buah, burung, dan serangga yang sering mereka jumpai dilingkungannya. Namun,
tidak tertutup kemungkinan sumber inspirasi ragam
hias bercampur di suatu wilayah.
Adapun bentuk-bentuk ragam hias yang dibuat dengan mengambil
inspirasi dari lingkungan alam sekitar biasanya yang memberikan manfaat dan
berguna bagi kehidupan suatu suku bangsa. Akibatnya, bentuk motif suatu daerah memiliki
kandungan makna _loso_ kehidupan suku bangsa tersebut.
Kerajinan
Ragam hias di Indonesia, berdasarkan pada pola dan bentuk
visualnya, dibagi dalam klasi_kasi sebagai berikut.
a. Ragam Hias Geometris adalah ragam hias yang mengulang suatu bentuk baku tertentu
dengan ukuran tertentu dalam komposisi yang seimbang pada seluruh sisinya.
Kerajinan
Sumber: Kemendikbud 2013
Gambar 1.16 Ragam Hias Geometris
Gambar 1.14 Kain Iban pua-kumbu, Kalimantan, teknik tenun-ikat, benang
katun, sebagai kain kesuburan
Gambar 1.15 Kain Seko Mandi, teknik tenun-ikat, benang katun, sebagai kain
penutup jasad (kematian)
Prakarya dan Kewirausahaan 15
b. Ragam Hias Tumbuh-tumbuhan adalah ragam hias yang mengambil inspirasi dari tumbuh-tumbuhan
pada wilayah tertentu untuk dimodi_kasi menjadi ragam hias yang mencerminkan
ciri khas wilayah tersebut.
c. Ragam Hias Mahluk Hidup adalah ragam hias yang mengambil inspirasi dari mahluk hidup di
darat, laut, dan udara pada wilayah tertentu dan dimodi _kasi menjadi ragam
hias khas wilayah tersebut. Ragam hias ini biasanya dimasukkan dalam kelompok
ragam hias untuk menggambarkan dunia tengah.
Kerajinan
Sumber: Kemendikbud 2013
Gambar 1.17 Ragam Hias Inspirasi Tumbuhan
Sumber: http://id.wikipedia.org
Gambar 1.19 Motif Batik Semen Romo, terdiri dari Elemen Dunia Bawah, Tengah,
dan Atas.
Sumber: Dokumentasi Kemdikbud
Gambar 1.20 Batik dengan ragam hias dunia atas, tengah dan bawah di
Kasepuhan Cirebon
16 Kelas X SMA/MA/SMK/MAK Semester 1
e. Ragam Hias Dekoratif adalah ragam hias yang bersifat arti_sial dan biasanya merupakan
penggabungan dari beberapa inspirasi ragam hias pada kelompok yang ada
sebelumnya yang dimodi_kasi sehingga menjadi sebuah bentuk ragam hias yang baru
dan memiliki nilai estetika tersendiri.
Pola Ragam Hias :
Desain ragam hias yang terdapat di wilayah Indonesia ini
beberapa di antaranya sudah merupakan pola baku ragam hias wilayah tertentu.
Desain ragam hias dapat dikelompokkan dalam jenis pola sebagai berikut.
a. Jenis pola tunggal (pattern), yaitu bentuk pola yang
disusun dengan ukuran yang berdiri sendiri tanpa diberi bentuk yang lain.
b. Jenis pola ulang himpunan (assemblage), yaitu bentuk pola yang tiap bagian merupakan suatu kelompok
dan kumpulan dari beberapa bentuk
atau unsur yang masih bersifat satu kesatuan.
c. Jenis pola ulang menyeluruh, yaitu ragam hias dengan kombinasi-kombinasi ulangan disertai
dengan membubuhkan bentuk lain yang tidak tercakup dalam kelompok tanpa merusak
bentuk pokok dari ragam hias tersebut. Pola pada ragam hias biasanya terdiri
atas ragam hias pokok, ragam hias pendukung, dan ragam hias isian atau
pelengkap.
Proses penataan ragam hias secara garis besar
dapat dikelompokkan dalam proses sebagai berikut.
a. Proses pengulangan sejajar, baik secara vertikal maupun horizontal, disusun dalam posisi
yang sama, jarak dan ukuran yang sama. Proses tersebut sangat mudah dijumpai
dalam ragam hias geometris sebagai desain tepi maupun dalam susunan diagonal
dan sudut.
Kerajinan
Sumber: Dokumen Kemdikbud
Gambar 1.21 Ragam Hias Dekoratif
Prakarya dan Kewirausahaan 17
B. Proses pengulangan berpotongan, yaitu pada proses pembuatan motif saling bertumpangan dan
berpotongan terhadap bidang gambar.
Ragam hias pada
tekstil tradisional pada umumnya menggunakan proses pengulangan yang disusun
simetris. Pada tekstil modern, proses pengulangan ragam hias, baik yang sejajar
maupun yang berpotongan, selain disusun secara simetris sering pula digunakan
secara asimetris, bahkan bersifat acak.
Kerajinan Gambar 1.22 Pola Proses Pengulangan Sejajar
Gambar1.23 Pola Proses Pengulangan Berpotongan
Tugas 3
Mengenali Jenis dan Pola Ragam Hias Tekstil Tradisional
Indonesia
Dikerjakan berkelompok, terdiri atas maksimal 5 orang.
1) Pada Tugas 2 setiap kelompok sudah memiliki minimal 3 buah
kain
tradisional.
2) Salinlah sebagian motif kain-kain tradisional tersebut ke
dalam selembar
kertas.
3) Diskusikan jenis pola dari dari kain tradisional tersebut,
apakah termasuk
jenis pola tunggal, pola ulang himpunan, atau pola ulang
menyeluruh.
4) Diskusikan pula proses pembuatan motif, apakah menggunakan
proses
pengulangan sejajar, berpotongan, atau campuran keduanya.
18 Kelas X SMA/MA/SMK/MAK Semester 1
2.Kerajinan Tekstil Tradisional Indonesia
Karya kerajinan tekstil tradisional Indonesia, secara fungsi dapat dibagi sebagai berikut.
- Sebagai pemenuhan kebutuhan sandang yang melindungi tubuh, seperti kain panjang, sarung dan baju daerah
- Sebagain alat bantu atau alat rumah tangga, seperti kain gendongan bayi dan untuk membawa barang
- Sebagai alat ritual (busana khusus ritual tradisi tertentu), contohnya,
- Kain tenun Ulos
- Kain pembungkus kafan batik motif doa
- Kain ikat celup Indonesia Timur (penutup jenazah)
- Kain Tapis untuk pernikahan masyarakat daerah Lampung
- Kain Cepuk untuk ritual adat di Pulau Nusa Penida
- Kain Songket untuk pernikahan dan khitanan
- Kain Poleng dari Bali untuk acara ruwatan (penyucian)
Tekstil tradisional Indonesia berkembang dengan kreativitas setempat
baik pengaruh dari suku maupun bangsa lain. Secara geogra¬s, posisi
Indonesia terletak pada persimpangan kebudayaan besar, antara dua benua
Asia dan Australia, serta dua samudra, yaitu Samudra Hindia dan Samudra
Pasi¬k. Gelombang kontak perdagangan yang melewati wilayah negara
kepulauan Indonesia memberikan pengaruh dan mengakibatkan akulturasi
(percampuran) budaya yang tampak pada pengembangan karya kerajinan
tekstil di Indonesia.
Kain-kain tradisional di wilayah kepulauan Indonesia ini pada awalnya
merupakan alat tukar/ barter yang dibawa oleh pedagang pendatang dengan
penduduk asli saat membeli hasil bumi dan rempah-rempah di Indonesia.
Sekitar abad ke-15 Masehi, pedagang muslim Arab dan India melakukan
kontak dagang dengan mendatangi pulau Jawa dan Sumatra. Pengaruh Islam
secara langsung dapat dilihat pada tekstil Indonesia. Beberapa batik
yang dibuat di Jambi dan Palembang di Sumatra, serta di Utara Jawa,
dibuat dengan menggunakan ayat-ayat yang berasal dari bahasa Arab Al
Qur’an.
Di Indonesia juga terdapat kain sarung kotak-kotak dan polos yang banyak
digunakan di Semenanjung Arab, Timur Laut Afrika, Asia Selatan, Asia
Tenggara, dan Kepulauan Pasi¬k. Pada abad ke-13 pedagang Gujarat
memperkenalkan Patola, yaitu kain dengan teknik tenun ikat ganda dari
benang sutra yang merupakan busana Gujarat, Barat Laut India. Proses
pembuatan kain Patola sangat rumit sehingga di India kain ini digunakan
dalam berbagai upacara yang berhubungan dengan kehidupan manusia,
seperti kelahiran, perkawinan dan kematian juga sebagai penolak bala.
Melalui perdagangan dengan bangsa Gujarat, keberadaan kain Patola
tersebar luas di kepulauan Nusantara. Kain Patola umumnya hanya dimiliki
oleh kalangan terbatas. Penduduk setempat yang telah memiliki
keterampilan menenun pun mencoba mereproduksi kain yang sangat berharga
tersebut dengan tenun ikat pakan. Di Maluku, kain ini sangat dihargai
dan dikenakan dengan cara dililitkan di pinggang atau leher. Para
penenun di Nusa Tenggara Timur mengembangkan corak kain tenun yang
dipengaruhi oleh corak yang terdapat pada kain Patola, dengan corak yang
berbeda untuk raja, pejabat, dan kepala adat dalam jumlah yang sangat
terbatas dan hanya dikenakan pada upacara–upacara adat. Kain Patola dari
Lio NTT ini ada yang dibuat sepanjang 4 meter yang disebut katipa
berfungsi sebagai penutup jenazah.
Motif Patola juga dikembangkan menjadi kain Cinde di daerah Jawa Tengah.
Kain Cinde tidak dibuat dengan teknik tenun ikat ganda, tetapi dibuat
dengan teknik direct print, cap atau sablon. Kain ini digunakan sebagai
celana dan kain panjang untuk upacara adat, ikat pinggang untuk
pernikahan, serta kemben dan selendang untuk menari. Kain serupa
terdapat pula di Palembang, disebut kain Sembagi. Sembagi yang berwarna
terang digunakan pada upacara mandi pengantin dan hiasan dinding pada
upacara adat. Kain Sembagi yang berwarna gelap digunakan untuk penutup
jenazah. Motif Patola memengaruhi motif batik Jlamprang yang berwarna
cerah yang berkembang di Pekalongan, dan motif Nitik yang berkembang di
Yogyakarta dan Surakarta yang berwarna sogan (kecokelatan), indigo
(biru), kuning dan putih. Corak Patola juga berkembang di Pontianak,
Gorontalo, dan kain tenun Bentenan di Menado.
Kain dengan teknik tenun ikat ganda dibuat di Desa Tenganan
Pegeringsingan di Bali. Kain sakral tersebut dikenal dengan nama kain
Gringsing yang artinya bersinar. Teknik tenun ikat ganda hanya dibuat di
tiga daerah di dunia, yaitu di Desa Tenganan Bali, Indonesia (kain
Gringsing), di Kepulauan Okinawa, Jepang (tate-yoko gasuri) dan Gujarat
India (kain Patola). Teknik tenun ikat ganda adalah tenun yang kedua
arah benangnya, baik benang pada lungsin maupun pakan diwarnai dengan
teknik rintang warna untuk membentuk motif tertentu.
Kreativitas bangsa Indonesia mampu mengembangkan satu jenis kain tenun
Patola Gujarat menjadi beragam tekstil yang sangat indah di seluruh
daerah di Indonesia. Contoh perkembangan kain Patola ini hanya salah
satu dari bukti kreativitas tinggi yang dimiliki oleh bangsa kita.
Pada tekstil tradisional, selain untuk memenuhi kebutuhan sandang, juga
memiliki makna simbolis di balik fungsi utamanya. Beberapa kain
tradisional Indonesia dibuat untuk memenuhi keinginan penggunanya untuk
menunjukkan status sosial maupun kedudukannya dalam masyarakat melalui
simbolsimbol bentuk ragam hias dan pemilihan warna. Selain itu ada pula
kain tradisional Indonesia yang dikerjakan dengan melantunkan doa dan
menghiasinya dengan penggalan kata maupun kalimat doa sebagai ragam
hiasnya. Tujuannya, agar yang mengenakan kain tersebut diberi kesehatan,
keselamatan, dan dilindungi dari marabahaya.
Kain tradisional Indonesia dibuat dengan ketekunan, kecermatan yang
teliti dalam menyusun ragam hias, corak warna maupun maknanya.
Akibatnya, kain Indonesia yang dihasilkan mengundang kekaguman dunia
internasional karena kandungan nilai estetikanya yang tinggi.
Tugas 2
Mengenali Makna Simbol Kain Tradisional
Dikerjakan berkelompok, terdiri atas maksimal 5 orang.
- Tiap kelompok mencari dan membawa minimal 3 contoh kain tradisional. Contoh kain tradisional :
- Tiap kelompok mempresentasikan makna simbolik, fungsi dan memperagakan cara mengenakan kain tradisional tersebut.
- Bukalah kesempatan diskusi dengan teman sekelas sehingga dapat
melihat kekayaan budaya Indonesia. - Catatlah komentar teman sekelas dan buatlah rangkuman dari hasil kegiatan presentasi tersebut pada buku tugas.
- Lengkapi dengan dokumentasi kegiatan saat mengerjakan tugas ini.
No comments:
Post a Comment