Pengertian Perilaku Menyimpang
Perilaku menyimpang adalah setiap
perilaku yang tidak sesuai dengan norma-norma dalam masyarakat. Sedangkan
pelaku yang melakukan penyimpangan itu disebut devian (deviant). Adapun
perilaku yang sesuai dengan norma dan nilai yang berlaku dalam masyarakat disebut
konformitas.
Ada beberapa definisi perilaku
menyimpang menurut sosiologi, antara lain sebagai berikut:
1. James Vender Zender
Perilaku menyimpang adalah
perilaku yang dianggap sebagai hal tercela dan di luar batas-batas toleransi
oleh sejumlah besar orang.
2. Bruce J Cohen
Perilaku menyimpang adalah setiap
perilaku yang tidak berhasil menyesuaikan diri dengan kehendak-kehendak
masyarakat atau kelompok tertentu dalam masyarakat.
3. Robert M.Z. Lawang
Perilaku menyimpang adalah semua
tindakan yang menyimpang dari norma-norma yang berlaku dalam suatu sistem
sosial dan menimbulkan usaha dari mereka yang berwenang dalam sistem itu untuk
memperbaiki perilaku tersebut.
Mengidentifikasi Terjadinya Perilaku
Menyimpang
Menurut Wilnes dalam bukunya Punishment
and Reformation sebab-sebab penyimpangan/kejahatan dibagi menjadi dua, yaitu
sebagai berikut :
Faktor subjektif adalah faktor yang berasal
dari seseorang itu sendiri (sifat pembawaan yang dibawa sejak lahir).
Faktor objektif adalah faktor yang berasal
dari luar (lingkungan). Misalnya keadaan rumah tangga, seperti hubungan antara
orang tua dan anak yang tidak serasi.
Berdasarkan pernyataan di atas,
maka dapat dijelaskan secara lebih rinci sebab terjadinya perilaku menyimpang.
Berikut adalah sebab-sebab terjadinya perilaku menyimpang:
Perbedaan status (kesenjangan) sosial
antara si kaya dan si miskin yang sangat mencolok mengakibatkan timbulnya rasa
iri dan dengki sehingga terjadilah pencurian dan saling ejek.
Ketidaksanggupan menyerap norma-norma
kebudayaan. Karena ketidaksanggupan menyerap norma-norma kebudayaan kedalam
kepribadiannya maka seorang individu tidak mampu membedakan perilaku yang
pantas dan perilaku yang tidak pantas bagi masyarakat di sekitarnya.
Sikap mental yang tidak sehat membuat orang
tidak pernah merasa bersalah atau menyesali perilakunya yang dianggap
menyimpang.
Kriminolog Italia Cesare Lombroso
berpendapat bahwa orang jahat dicirikan dengan ukuran rahang dan tulang-tulang
pipi panjang, kelainan pada mata yang khas, tangan-tangan, jari-jari kaki serta
tangan relatif besar, dan susunan gigi yang abnormal.
Proses belajar yang menyimpang. Seseorang
yang melakukan tindakan menyimpang karena seringnya membaca atau melihat
tayangan tentang perilaku menyimpang. Hal itu dapat membuat seseorang ingin
meniru tokoh yang ada di tayangan tersebut walaupun itu adalah termasuk
perilaku menyimpang.
Penyimpangan karena hasil proses
sosialisasi subkebudayaan menyimpang. Subkebudayaan adalah suatu kebudayaan
khusus yang normanya bertentangan dengan norma-norma budaya yang dominan. Unsur
budaya menyimpang meliputi perilaku dan nilai-nilai yang dimiliki oleh
anggota-anggota kelompok yang bertentangan dengan tata tertib masyarakat.
Lingkungan pergaulan sangat mempengaruhi
perkembangan sikap dan perilaku seseorang. Biasanya orang akan mengikuti dan
beradaptasi dengan lingkungan pergaulannya walaupun itu sudah termasuk perilaku
menyimpang.
Ketegangan antara kebudayaan dan struktur
sosial. Terjadinya ketegangan antara kebudayaan dan struktur sosial dapat
mengakibatkan perilaku yang menyimpang. Hal itu terjadi jika dalam upaya
mencapai suatu tujuan seseorang tidak memperoleh peluang, sehingga ia
mengupayakan peluang itu sendiri, maka terjadilah perilaku menyimpang.
Banyaknya pemuda yang putus
sekolah menyebabkan hilangnya kesempatan untuk mencari kerja. Akibatnya mereka
harus menghalalkan segala cara untuk mendapatkan uang walaupun itu termasuk
perilaku menyimpang seperti mengemis atau mencuri.
Ikatan sosial yang berlainan. Setiap orang
biasanya berhubungan dengan beberapa kelompok yang berbeda. Hubungan dengan
kelompok-kelompok tersebut akan cenderung membuatnya mengidentifikasi diri
dengan kelompokyang paling dihargainya. Dalam hubungan ini individu akan memperoleh
pola-pola sikap dari perilaku kelopoknya. Jika perlaku kelompok tersebut
menyimpang maka kemungkinan besar ia juga akan menunjukkan pola-pola perilaku
menyimpang.
Ketidakharmonisan keluarga memicu stres
terutama pada anak remaja. Mereka menjadi semakin labil karena tidak mendapat
perhatian dari orangtuanya.
Mencari perhatian juga menjadi sebab
terjadinya perilaku menyimpang. Kemungkinan itu disebabkan oleh kurangnya
perhatian dari orangtua dan gurunya sehingga dia selalu berusaha untuk mendapatkan
perhatian dari orang lain walaupun itu menyimpang.
Dorongan ekonomi biasanya menjadi faktor
utama untuk melakukan suatu perilaku menyimpang. Contoh adalah seperti orang
yang mencuri karena terdesak dengan kebutuhan pokoknya yang tidak terpenuhi.
Kegagalan dalam proses sosialisasi.
Keluarga inti maupun keluarga luas bertanggung jawab terhadap penanaman nilai
dan norma pada anak. Kegagalan proses pendidikan dalam keluarga menyebabkan
terjadinya penyimpangan.
Labelling. Faktor pelabelan pertama kali di
ungkapkan oleh Edwin M. Lemert dalam teori pelabelan. Menurutnya seseorang
melakukan perilaku menyimpang diberi cap (label negatif) oleh masyarakat.
Klasifikasi Jenis-jenis Perilaku
Menyimpang
a. Penyimpangan Primer dan Sekunder
Sebagai makhluk sosial, manusia
mempunyai pola-pola perilaku tertentu. Ada kalanya manusia berperilaku sesuai
dengan kehendak umum, tetapi di lain waktu bertindak menentang atau tidak
sesuai dengan kehendak umum. Oleh karena itu, dikenal dua jenis penyimpangan
sosial, yaitu penyimpangan sosial primer dan penyimpangan sosial sekunder.
1) Penyimpangan Sosial Primer
Penyimpangan sosial primer adalah
penyimpangan yang bersifat sementara (temporer). Orang yang melakukan
penyimpangan primer masih tetap dapat diterima oleh kelompok sosialnya karena
tidak secara terus-menerus melanggar norma-norma umum. Contoh: Pelanggaran
terhadap rambu-rambu lalu lintas.
2) Penyimpangan Sosial Sekunder
Penyimpangan sosial sekunder
adalah penyimpangan sosial yang dilakukan secara terus-menerus, meskipun sanksi
telah diberikan kepadanya sehingga para pelaku secara umum dikenal sebagai
orang yang berperilaku menyimpang. Contoh: Seseorang yang peminum dan pemabuk
minuman keras di mana pun ia berada akan dibenci orang.
b. Penyimpangan Individu dan Kelompok
Berdasarkan jumlah individu yang
terlibat dalam perilaku menyimpang maka penyimpangan sosial menurut Drs.
Kuswanto dibedakan menjadi dua jenis sebagai berikut.
1) Penyimpangan Individu
Penyimpangan dilakukan sendiri
tanpa ada campur tangan orang lain. Hanya satu individu yang melakukan sesuatu
yang bertentangan dengan norma-norma umum yang berlaku. Perilaku seperti ini
secara nyata menolak norma-norma yang telah diterima secara umum dan berlaku
dalam waktu yang relatif lama.
2) Penyimpangan Kelompok
Penyimpangan kelompok terjadi
apabila perilaku menyimpang dilakukan bersama-sama dalam kelompok tertentu.
Perilaku menyimpang kelompok ini agak rumit sebab kelompok-kelompok tersebut
mempunyai nilai-nilai, norma-norma, sikap, dan tradisi sendiri. Fanatisme
anggota terhadap kelompoknya dapat menyebabkan mereka merasa tidak melakukan
perilaku menyimpang. Penyimpangan kelompok lebih berbahaya bila dibandingkan
dengan penyimpangan individu. Contoh:
- Kelompok (geng) kejahatan terorganisir
yang melakukan penyelundupan dan perampokan.
- Kelompok pengacau keamanan dengan
tujuan-tujuan tertentu (teroris).
- Kelompok yang ingin memisahkan diri dari
suatu negara (separatis).
Sifat dan macam-macam Perilaku
Menyimpang
Secara umum, terdapat dua sifat
penyimpangan, yaitu:
1. Penyimpangan yang bersifat positif
Penyimpangan yang bersifat
positif adalah penyimpangan yang memiliki dampak positif terhadap sistem sosial
karena mengandung unsur inovatif, kreatif dan memperkaya alternatif. Umumnya,
penyimpang ini dapat diterima masyarakat karena sesuai dengan perubahan zaman.
Contoh, emansipasi wanita dalam kehidupan masyarakat yang memunculkan banyak
wanita karier
2. Penyimpangan yang bersifat negatif
Dalam penyimpangan yang bersifat
negatif, pelaku bertindak ke arah nilai-nilai sosial yang dipandang rendah dan
berakibat buruk serta mengganggu sistem sosial. Tindakan dan pelakunya akan
dicela dan tidak diterima masyarakat. Bobot penyimpangan dapat diukur menurut
kaidah sosial yang dilanggar. Contoh, seorang koruptor selain harus
mengembalikan kekayaan yang dimilikinya kepada negara, juga tetap dikenakan
hukuman penjara.
Macam-Macam Perilaku Menyimpang
Perilaku menyimpang dapat
digolongkan atas empat, yaitu:
1. Tindakan kriminal atau kejahatan
Tindakan kriminal umumnya dilihat
bertentangan dengan norma hukum, norma sosial dan norma agama yang berlaku di
masyarakat. Contoh, pencurian, penganiayaan, pembunuhan, penipuan, pemerkosaan,
perampokan dan lain-lain. Tindaakn kejahatan ini menyebabkan pihak lain
kehilangan harta benda, cacat tubuh, bahkan kehilangan nyawa. Tindak kejahatan
juga mencakup semua kegiatan yang dapat mengganggu keamanan dan kestabilan
negara, seperti korupsi, makar, subversi dan terorisme.
Emile Durkheim menyebut
penyimpangan sebagai kejahatan. Kejahatan yang sering kita bicarakan adalah
jenis kejahatan yang tercantum dalm Kitab Undsan-undang Hukum Pidana (KUHP),
seperti pembunuhan, perampokan, penganiayaan, pemerkosaan, pencurian dengan kekerasan,
penipuan, atau berbagai jenis kejahatan yang disebut sebagai violent offenses
(kejahatan yang disertai kekerasan terhadap orang lain) property offenses
(kejahatan yang menyangkut hak milik orang lain).
Menurut Light, Keller dan
Calhoun, tipe kejahatan ada empat, yaitu:
a. Kejahatan tanpa korban (crime without
victim)
Kejahatan ini tidak mengakibatkan
penderitaan pada korban akibat tindak pidana orang lain. Contoh, perjudian,
penyalahgunaan obat bius, mabuk-mabukan, hubungan seks yang tidak sah yang
dilakukan secara sukarela oleh orang dewasa. Kejahatan jenis ini dapat
mengorbankan orang lain apabila menyebabkan tindakan negatif lebih lanjut
misalnya, perilaku seksual yang menimbulkan HIV/AIDS dan menularkannya kepada
orang lain.
b. Kejahatan terorganisasi (organized crime)
Pelaku kejahatan ini merupakan
komplotan yang secara berkesinambungan melakukan berbagai cara untuk
mendapatkan uang atau kekuasaan dengan jalan menghindari hukum. Misalnya,
komplotan korupsi, penyedia jasa pelacur, perjudian gelap, penadah barang
curian dan peminjaman uang dengan bunga tinggi (rentenir). Kejahatan
terorganisasi yang melibatkan hubungan antarnegara disebut kejahatan
terorganisasi transnasional. Contoh, penjualan bayi ke luar negeri, penjualan
bayi ke Jepang atau Thailand (women’s trafficking) dan jaringan narkoba
internasional.
c. Kejahatan kerah putih (white collar crime)
Tipe kejahatan ini mengacu pada
kejahatan yang dilakukan oleh orang terpandang atau orang yang berstatus tinggi
dalam rangka pekerjaannya. Contoh, penghindaran pajak, penggelapan uang
perusahaan oleh pemilik perusahaan dan korupsi di kalangan pejabat negara.
d. Kejahatan korporat (corporate crime)
Jenis kejahatan ini dilakukan
atas nama organisasi dengan tujuan menaikkan keuntungan atau menekan kerugian.
Misalnya, suatu perusahaan membuang limbah beracun ke sungai yang mengakibatkan
penduduk sekitar mengalami berbagai jenis penyakit.
2. Penyimpangan seksual
Penyimpangan seksual adalah
perilaku seksual yang tidak lazim dilakukan. Contoh:
a. Perzinahan ialah hubungan seksual di luar
nikah.
b. Lesbianisme ialah hubungan seksual yang
dilakukan oleh sesama wanita.
c. Homoseksual ialah hubungan seksual yang
dilakukan oleh sesama lelaki.
d. Kumpul kebo ialah hidup seperti suami istri
tanpa nikah.
e. Sodomi ialah hubungan seks melalui anus.
f. Transvestitisme ialah memuaskan keinginan
seks dengan mengenakan pakaian lawan jenis.
g. Sadisme ialah pemuasan seks dengan
menyakiti orang lain.
h. Pedophilia ialah memuaskan keinginan seks
dengan mengadakan kontak seksual dengan anak-anak.
3. Pemakaian dan pengedaran obat terlarang
Pemakaian dan pengedaran obat
terlarang merupakan bentuk penyimpang dari nilai dan norma sosial maupun agama.
Akibat negatifnya bukan hanya pada kesehatan fisik dan mental seseorang, tetapi
lebih jauh pada eksistensi sebuah negara. Sebuah negara yang terdiri dari
manusia-manusia yang memiliki kesehatan mental dan fisik yang rendah tidak akan
mampu berkompetensi dengan negara-negara lain yang memiliki kualitas sumber
daya manusia yang tinggi. Contoh obat terlarang adalah narkotika (ganja, candu,
putaw), psikotropika (ecstasy, amphetamine, magadon) dan alkohol.
Penyalahgunaan obat-obat
terlarang memang lebih banyak terjadi pada kaum remaja karena perkembangan
emosi mereka yang belum stabil, cenderung ingin mencoba, kepribadian yang
cenderung asosial (tidak mempertimbangkan orang lain, kondisi kecemasan atau
depresi, situasi keluarga yang tidak harmonis, salah memilih teman, obat-obatan
yang mudah diperoleh dan sebagainya).
Menurut Dr. Graham Baliane, kaum
remaja lebih mudah terjerumus pada penggunaan narkotik karena faktor-faktor
berikut:
a. Ingin membuktikan keberanian dalam
melakukan tindakan berbahaya.
b. Ingin menunjukkan tindakan menentang orang
tua yang otoriter atau siapa saja yang dianggap tidak sepaham dengan dirinya.
c. Ingin melepaskan diri dari kesepian dan
memperoleh memperoleh pengalaman emosional.
d. Ingin mencari dan menemukan arti hidup
(yang semu).
e. Ingin mengisi kekosongan dn kebosanan
(tidak memiliki banyak aktivitas di luar sekolah).
f. Ingin menghilangkan kegelisahan.
g. Solidaritas di antara kawan.
h. Ingin tahu dan iseng.
4. Penyimpangan dalam bentuk gaya hidup
Penyimpangan dalam bentuk gaya
hidup yang lain dari biasanya antara lain sikap arogansi dan eksentrik. Sikap
arogansi antara lain kesombongan terhadap sesuatu yang dimilikinya seperti
kekayaan, kekuasaan dan kepandaian. Sikap arogan bisa saja dilakukan seseorang
yang ingin menutupi kekurangan yang dimilikinya. Sikap eksentrik ialah
perbuatan yang menyimpang dari biasanya sehingga dianggap aneh, seperti anak-anak
memakai anting-anting atau benda lainnya yang biasa dikenakan wanita dan
seniman atau pemuda yang berambut panjang.
Anthony Giddens menambahkan satu
jenis kejahatan, yaitu kejahatan pemerintahan (governmental crime). Contoh,
pemerintahan Polpot yang membantai jutaan penduduk Vietnam. Selain itu, dengna
berkembangnya teknologi informasi, muncul jenis kejahatan baru yang dinamakan
kejahatan dunia maya (cyber crime). Contoh, peryebaran virus komputer,
pornografi, pencurian kartu kredit, atau merusak sistem sebuah organisasi.
Tindakan yang menyimpang tidak
akan terjadi apabila orang-orang memiliki memiliki kecenderungan untuk lebih
mementingkan kaidah-kaidah yang dominan dan disertai kesadaran untuk
melaksanakannya. Pudarnya kesadaran dan kepercayaan masyarakat terhadap suatu
norma akan menyebabkan masyarakat tersebut hidup dalam ketidakteraturan
(anomie) dan dihadapkan pada berbagai masalah sosial.
Opini tentang Perilaku menyimpang
di Masyarakat
Keluarga merupakan institusi
pertama tempat seorang individu memperoleh nilai-nilai pendidikan dan juga
bersosialisai. Oleh sebab itu keluarga merupakan gerbang utama yang dapat
menciptakan baik atau buruknya individu manusia. Jika dikatakan secara ekstrem,
keluarga yang baik akan menciptakan individu yang baik. Begitu pula sebaliknya.
Tak bisa dipungkiri maraknya
remaja yang terjerumus dalam perilaku menyimpang adalah dikarenakan melemahnya
fungsi keluarga. Diantara banyaknya fungsi keluarga yang diharapkan adalah
fungsi pendidikan. Artinya dalam masyarakat dimanapun, keluarga harus mampu
untuk memberikan nilai-nilai edukasi bagi anggota keluarganya. Keluarga harus
mampu menjadi agent dalam mensosialisasikan setiap nila-nilai yang ada dan
berkembang pada lingkungan masyarakat setempang.
Saya sangat setuju dengan
pendapat seorang Teungku penceramah digampong, namun saya sudah lupa namanya,
dimana dalam ceramahnya dia mengatakan bahwa, mengapa banyak terjadi perilaku
menyimpang pada remaja sekarang, seperti freesex, pesta minuman kreas, narkoba,
dan lain sebagainya? Dalam ceramahnya dia mengatakan, itu semua karena orang
tuanya yang menyimpang. Dengan istilah lain dia mengatakan, “perilaku
menyimpang remaja yang kita lihat sekarang ini adalah karena orang tua (ayah
dan ibu) mereka yang dulunya menyimpang”.
Perilaku menyimpang orang tua
dalam keluarga salah satunya dapat terlihat dari tidak mensosialisasikan
nilai-nilai pendidikan agama bagi anaknya. Ironisnya lagi, banyak para orang
tua sekarang seperti sudah menyepelekan pendidikan agama bagi anaknya. Hal ini
terlihat dari banyaknya lembaga-lembaga pendidikan agama di gampong yang sudah
sepi dan anak-anak tidak ada lagi yang belajar pada lembaga pendidikan agama.
Padahal pendidikan agama sangat mempengaruhi moral seseorang.
Pendidikan agama merupakan sumber
nilai moral yang bisa menjadi faktor pengendali terhadap perilaku seorang
individu. Tentunya kita tidak bisa menyalahkan kalau remaja berprilaku
menyimpang karena dirinya atau faktor intern dalam dirinya. Kita juga tidak
bisa langsung membuat pembenaran bahwa munculnya perilaku menyimpang para
remaja karena faktor globalisasi atau teknologi imformasi canggih yang dominan
dalam menawarkan hal negative. Tetapi kita harus melihat bahwa kenyataan ini
ada kaitannya dengan melemahnya fungsi institusi keluarga. Oleh sebab itu lah,
untuk mengentaskan perilaku menyimpang ini, para orang tua dalam institusi
keluarga harus mampu memaksimalkan fungsi dan peranannya dalam
mensosialisasikan atau menciptakan individu manusia yang sesuai dengan yang
diharapkan oleh masyarakat.
SIKAP ANTI SOSIAL
Pengertian Sikap Antisosial
adalah sikap dan perilaku yang tidak mempertimbangkan penilaian dan keberadaan
orang lain ataupun masyarakat secara umum di sekitarnya. Seseorang yang
antisosial menunjukkan sikap tidak bertanggung jawab serta kurangnya penyesalan
mengenai kesalahan-kesalahan yang mereka lakukan. Orang yang kepribadian
antisosial secara persisten melakukan pelanggaran-pelanggaran terhadap hak-hak
orang lain dan sering melanggar norma.
Mereka mengabaikan norma dan
konvensi sosial, impulsif, serta gagal dalam membina hubungan interpersonal dan
pekerjaan. Suatu tindakan antisosial termasuk dalam tindakan sosial
berorientasi di keberadaan orang lain atau mempunyai makna subjektif bagi
orang-orang yang melakukannya. Tindakan-tindakan antisosial biasanya
mendantangkan kerugian bagi masyarakat luas sebab pada dasarnya si pelaku tidak
menyukai keteraturan sosial (social order) yang diinginkan oleh sebagian besarr
anggota masyarakat lainnya.
Ciri-Ciri Sikap Antisosial
Sikap antisosial dapat dengan
mudah diketahui dengan melihat ciri-ciri tanda dari sikap anti sosial antara
lain sebagai berikut...
Terdapat ketidaksesuaian antara
sikap seseorang dengan norma yang terdapat dalam masyarakat Adanya seseorang atau sekelompok orang yang
beruasah dalam melakukan perlawan terhadap orang yang berlaku di masyarakat.
Keadaan psikologi seseorang yang
berlawanan dengan apa yang terjadi Ketidakmampuan seseorang dalam menjalankan
norma yang di masyarakat.
Bentuk-Bentuk Sikap Antisosial
Sikap antisosial dikelompokkan
dalam beberapa macam antara lain sebagai berikut...
1. Bentuk-Bentuk Sikap Antisosial
Berdasarkan Penyebabnya
a. Sikap antisosial yang muncul
karena penyimpangan (devisiasi) individual
Penyimpangan individul bersumber
dari faktor-faktor yang terdapat diri seseorang, seperti pembawaan, penyakit,
kecelakaan yang dialami seseorang, atau karena terdapat pengaruh sosial budaya
yang sifatnya unik terhadap individu. Adapun bentuk-bentuk sikap antisosial
antara lain sebagia berikut...
Pembandel, yaitu orang yang tidak
mau tunduk pada peringatan orang-orang yang memiliki kewenangan di lingkungan
tersebut.
Pelanggar, ialah orang-orang yang
melanggar norma-norma umum atau masyarakat yang berlaku Pembangkang, adalah orang yang tidak tunduk
pada nasihat-nasihat orang yang terdapat dilingkungan tersebut.
Penjahat, adalah orang-orang yang
mengabaikan norma-norma umum atau masyarakat yang berbuat sekehendak hati yang
mengakibatkan kerugian-kerugian harta atau jiwa yang terdapat dilingkungannya
ataupun yang berada di luar lingkungannya sehingga para anggota masyarakat
meningkatkan kewaspadaan dan selalu bersiap-siap untuk menghadapinya.
b. Sikap antisosial yang muncul
karena penyimpangan situasional
Penyimpanan situasional adalah
fungsi pengaruh kekuatan-kekuatan situasi yang berada di luar individu atau
dalam situasi ketika individu merupakan bagian yang tidak terpisahkan di
dalamnya. Situasi sosial adalah keadaan yang berhubungan dengan tingkah laku
seseorang dimana tekanan, pembatasan, dan rangsangan yang datang dari orang
atau kelompok di luar diri orang itu relatif lebih dinamis daripada
faktor-faktor internal yang dapat menimbulkan respons mengenai hal-hal
tersebut. Penyimpangan situasional dapat selalu kembali jika situasinya berulang.
Mengenai kejadian tersebut, menjadi penyimpangan kumulatif. Macam-macam bentuk
sikap antisosial adalah sebagai berikut...
Degradasi moral atau demoralisasi
karena kata-kata keras dan radikal yang kelaur di mulut para pekerja yang di
PHK secara sepihak oleh perusahaan tempat mereka bekerja.
Tingkah laku kasar pada golongan
remaja
Tekanan batin yang dialami oleh
perempuan-perempuan yang mengalami monopause
Penyimpangan seksual yang terjadi
karena seseorang menunda-nunda perkawinan
Homoseksual yang terjadi untuk
narapidana di lembaga permasyarakatan.
c. Sikap antisosial yang muncul
karena penyimpangan biologis
Penyimpangan biologi adalah
faktor pembatas yang tidak memungkinkan terjadinya dalam memberikan persepsi
atau menimbulkan respons-respons tertentu. Gangguan terjadi jika individu tidak
melakukan suatu peranan sosial tertentu yang sangat perlu. Pembatasan terhadap
gangguan-gangguan ini sifatnya transbudaya (menyeluruh di seluruh dunia).
Terdapat macam-macam bentuk diferensiasi yang dapat menghasilkan penyimpangan
biologis adalah sebagai berikut...
Ciri-ciri ras, misalnya tinggi
badan, roman muka, dan bentuk badan
Ciri-ciri karena gangguan fisik,
misalnya kehilangan anggota tubuh dan gangguan sensorik
Ciri-ciri biologis yang aneh,
cacat karena luka dan cacat yang terjadi karena bawaan lahir.
Tidak berfungsinya tubuh secara
baik dan tidak bisa dikendalikan lagi, misalnya epilepsi dan tremor.
d. Sikap antisosial yang bersifat
sosiokultural
Beberapa bentuk sikap dari
antisosial dengan sifat sosiokultural adalah sebagai berikut...
Primordialisme, adalah suatu
sikap atau pandangan yang menunjukkan sikap yang berpegang teguh kepada hal-hal
yang sejak semula melekat pada diri individu, misalnya suku bangsa, agama, ras,
ataupun asal usul kedaerahan oleh seseorang dalam kelompoknya, kemudian meluar
dan berkembang. Primordialisme muncul karena adanya sesuatu yang dianggap
istimewa oleh individu dalam suatu kelompok dan keinginan untuk mempertahankan
keutuhan suatu kelompok. Selain dari itu, primordialisme berkaitan disebabkan
dengan nilai-nilai mengenai keyakinan, misalnya keagamaan dan pandangan
hidup.
Etnosentrims atau fanatisme suku bangsa,
ialah suatu sikap yang menilai kebudayaan masyarkat lain dengan menggunakan
ukuran-ukuran yang berlaku di masyarakatnya sendiri.
Sekularisme, yaitu sikap yang lebih
mengedepankan hal-hal yang sifatnya nonagamawi, misalnya teknologi dan ilmu
pengetahuan. Orang yang seperti ini cenderung mengedepankan kebenaran duniawi.
Hedonisme, adalah suatu sikap manusia yang
didasarkan pada diri mengenai pola kehidupan yang serbamewah, glamor, dan
menemparkan kesenangan materiil di atas segalanya. Tindakan yang baik menurut
hedonisme adalah tindakan yang menghasilkan kenikmatan. Orang yang mempunyai
sifat seperti ini biasanya kurang peduli mengenai keadaan di sekitarnya karena
yang diburu adalah kesenangan pribadi.
Fanatisme, ialah suatu sikap yang mencintai
atau menyukai mengenai suatu hal secara berlebihan. Mereka tidak memedulikan
apapun yang dipandang lebih baik daripada hal yang disenangi tersebut.
Fanatisme yang berlebihan sangat berbahaya karena dapat berujung pada
perpecahan atau konflik. Seperti fanatisme terhadap suatu ideologi atau arti
idola.
Diskriminasi, adalah sikap yang
membeda-bedakan secara sengaja golongan-golongan yang berkaitan mengenai
kepentingan-kepentingan tertentu. Dalam diskriminasi, golongan tertentu
diperlakukan secara berbeda dengan golongan-golongan lain. Pembedaan itu dapat
didasarkan pada suku bangsa, agama, mayoritas, atau bahkan minoritas dalam
masyarakat. Seperti, diskriminasi ras yang sebelumnya pernah terdapat di Afrika
Selatan dimana seluruh warga ras kulit putih menduduki lapisan lebih tinggi
dibandingkan ras kulit hitam.
2. Bentuk-Bentuk Sikap Antisosial
Berdasarkan Sifatnya
a. Tindakan antisosial yang
dilakukan secara sengaja
Tindakan antisosial yang
dilakukan secara sengaja adalah tindakan yang dilakukan secara sadar oleh
pelaku, akan tetapi tidak mempertimbangkan penilaian orang lain terhadap
tindakannya tersebut. Seperti vandalisme atau aksi corat-coret tembok rumah
orang lain.
b. Tindakan antisosial karena
tidak peduli
Tindakan antisosial karena tidak
peduli adalah tindakan karena ketidakpedulian si pelaku mengenai keberadaan
masyarakat disekitarnya. Seperti membuang sampah di sebmarang tempat atau
mengebut ketika berkendara di jalan raya.
Faktor-Faktor Yang Memengaruhi
Sikap Antisosial/Sebab Terjadinya Sikap Antisosial
Terdapat norma dan nilai sosial yang tidak
sesuai atau sejalan mengenai keinginan masyarakat sehingga dapat terjadi
kesenjangan budaya, baik pola pikir masyarakat.
Adanya ideologi yang dipaksakan untuk masuk
ke dalam lingkungan masyarakat. Hal tersebut dapat menimbulkan guncangan budaya
bagi masyarakat yang belum siap untuk menerima ideologi baru tersebut.
Masyarakat kurang siap untuk menerima
perubahan dalam tatanan masyarkat. Hal tersebut dapat terjadi karena terdapat
perubahan sosial yang menuntuk seluruh komponen agar berubah mengikuti tatanan
yang baru. Dalam perubahan, terdapat komponen yang siap, namun ada juga yang
sebaliknya yang justru bersikap antisosial karena sepakat dengan perubahan yang
terjadi. Seperti perusakan fasilitas umum.
Ketidakmampuan seseorang untuk memahami
atau menerima mengenai bentuk-bentuk perbedaan sosial dalam masyarakat sehingga
akan mengakibatkan kecemburuan sosial. Perbedaan-perbedaan dimaknai sebagai
suatu permasalahan yang dapat mengancam stabiltas masyarakat yang sudah
tertata.
Pemimpin yang kurang sigap dan tanggal
mengenai fenomena sosial dalam masyarakat serta tidak mampu mengartikan
keinginan masyarakat secara keseluruhan.
5 Teori Para Ahli Tentang Penyimpangan Sosial
Penyimpangan sosial adalah semua
tindakan yang menyimpang dari norma-norma yang berlaku dalam masyarakat dan
menimbulkan usaha dari yang berwenang dalam sistem itu untuk memperbaiki
perilaku menyimpang tersebut.
Penyimpangan sosial tentunya
tidak terjedi serta merta tanpa adanya faktor-faktor yang mendorong seorang
individu untuk bertindak menyimpang dari norma-norma yang ada dan berlaku dalam
masyarakat.
Pada kesempatan kali ini kami
akan memabahas Teori yang ada pada penyimpangan Sosial, selamat membaca.
Teori-teori yang menjelaskan
tentang perilaku menyimpang, antara lain sebagai berikut:
A. Teori fungsi oleh Durkheim
Menurut teori fungsi, bahwa
keseragaman dalam kesadaran moral semua warga masyarakat tidak mungkin ada,
karena setiap individu berbeda dengan yang lain. Oleh karena itu, orang yang
berwatak jahat akan selalu ada di lapisan masyarakat manapun. Bahkan menurut
Durkheim kejahatan perlu bagi masyarakat, sebab dengan adanya kejahatan maka
moralitas dan hukum akan berkembang secara normal. Dengan demikian perilaku
menyimpang memiliki fungsi yang positif.
B. Teori merton oleh K. Merton
Menurut teori merton, bahwa
struktur sosial bukan hanya menghasilkan perilaku yang konformis (sesuai dengan
norma) melainkan juga menghasilkan perilaku yang menyimpang. Struktur sosial
dapat menghasilkan pelanggaran terhadap aturan sosial dan juga menghasilkan
anomie yaitu pudarnya kaidah.
C. Teori labelling oleh Edwin M.
Lement
Menurut teori labelling, bahwa
seseorang menjadi menyimpang karena proses labelling yang diberikan masyarakat
kepada dirinya. Labelling adalah pemberian nama atau konotasi buruk, misalnya
si pemabuk, si pembolos, si perokok, sehingga meskipun ia tidak lagi melakukan
penyimpangan tetap diberi gelar sebutan pelaku menyimpang. Dari hal tersebut ia
akan tetap melakukan penyimpangan karena terlanjur dicap oleh masyarakat.
D. Teori konflik oleh Karl Marx
Menurut teori konflik, bahwa
kejahatan terkait erat dengan perkembangan kapitalisme. Perilaku menyimpang
diciptakan oleh kelompok-kelompok berkuasa dalam masyarakat untuk melindungi
kepentingan sendiri. Hukum merupakan cerminan kepentingan kelas yang berkuasa
dan sistem peradilan pidana mencerminkan kepentingan mereka. Orang miskin yang
melakukan pelanggaran dihukum sedangkan pengusaha besar yang melakukan
pelanggaran tidak dibawa ke pengadilan. Demikian menurut pendapat Karl Marx.
E. Teori pergaulan berbeda oleh
Edwin H. Sutherland.
Menurut teori pergaulan berbeda,
bahwa penyimpangan bersumber dari pergaulan dengan kelompok yang telah
menyimpang. Penyimpangan diperoleh melalui proses alih budaya (cultural
transmission). Melalui proses tersebut seseorang mempelajari penyimpangan, maka
lamakelamaan ia pun akan tertarik dan mengikuti pola perilaku yang menyimpang
tersebut.
ERDASARKAN PERSPEKTIF SOSIOLOGIS
Teori Labeling
Teori ini dikemukakan oleh Edwin
M.Lemert, menurutnya seseorang berperilaku menyimpang karena proses labeling
yang diberikan masyarakat
kepadanya.
Labeling adalah pemberian
julukan, cap, etiket, ataupun kepada seseorang. Pada awalnya seseorang
melakukan “penyimpangan primer” karena itu sang pelaku penyimpangan mendapatkan
cap (labeling) dari masyarakat. Karena adanya label tersebut, maka sang pelaku
mengidentifikasikan dirinya sebagai penyimpang dan mengulangi lagi penyimpangan
itupun menjadi suatu kebiasaan atau gaya hidup bagi pelakunya.
Teori Sosialisasi
Teori Sosialisasi menyatakan
bahwa seseorang biasanya menghayati nilai-nilai dan norma-norma dari bebrapa
orang yang dekat dan cocok dengan dirinya. Jadi, bagaimanakah seseorang
menghayati nilai-nilai dan norma-norma sosial sehingga dirinya dapat melahirkan
perilaku menyimpang. Ada dua penjelasan yang dapat di kemukakan. Pertama,
Kebudayaan khusus yang menyimpang, yaitu apabila sebagian besar teman seseorang
melakukan perilaku menyimpang maka orang itu mungkin akan berperilaku
menyimpang juga. Sebagai contoh, beberapa study di Amerika, menunjukkan bahwa
di kampung-kampung yang berantakan dan tidak terorganisir secara baik, perilaku
jahat merupakan pola perilaku yang normal (wajar).
Teori Pergaulan Berbeda (
Differential Association )
Teori ini diciptakan oleh Edwin
H. Sutherland dan menurut teori ini penyimpangan bersumber dari pergaulan
dengan sekelompok orang yang telah menyimpang. Penyimpangan didapatkan dari
proses alih budaya (cultural transmission) dan dari proses tersebut seseorang
mempelajari subkebudayaan penyimpangan (deviant subculture). Contoh teori pergaulan
berbeda : perilaku tunasusila, peran sebagai tunasusila dipelajari oleh
seseorang dengan belajar yaitu melakukan pergaulan yang intim dengan para
penyimpang (tunasusila senior) dan kemudian ia melakukan percobaan dengan
melakukan peran menyimpang tersebut.
Teori Anomie
Konsep anomie di kembangkangkan
oleh seorang sosiolog dari Perancis, Emile Durkheim. Istilah Anomie dapat
diartikan sebagai ketiadaan norma. Konsep tersebut dipakai untuk menggambarkan
suatu masyarakat yang memiliki banyak norma dan nilai yang satu sama lain
saling bertentangan. Suatu mayarakat yang anomis (tanpa norma) tidak mempunyai
pedoman mantap yang dapat dipelajari dan di pegang oleh para anggota
masyarakatnya. Selain Emile Durkheim ada tokoh lain yang mengemukakan tentang
teori anomie yaitu Robert K. Merton, ia mengemukakan bahwa penyimpangan terjadi
melalui struktur sosial. Menurut Merton struktur sosial dapat menghasilkan
perilaku yang konformis (sesuai dengan norma) dan sekaligus perilaku yang dapat
menyebabkan terjadinya penyimpangan. Merton berpendapat bahwa struktur sosial
mengahasilkan tekanan kearah anomie dan perilaku menyimpang karena adanya
ketidakharmonisan antara tujuan budaya dengan cara-cara yang dipakai untuk
mencapai tujuan tersebut.
Menurut Merton ada lima tipe cara
adaptasi individu untuk mencapai tujuan budaya dari yang wajar sampai
menyimpang, yaitu sebagai berikut :
Konformitas (Conformity)
Konformitas merupakan sikap menerima tujuan budaya dengan cara mengikuti tujuan
dan cara yang ditentukan oleh masyarakat.
Contoh : seseorang yang ingin
menjadi orang kaya berusaha untuk mewujudkannya dengan menempuh pendidikan
tinggi dan bekerja keras.
Inovasi (Innovation) Inovasi
merupakan sikap menerima secara kritis cara-cara pencapaian tujuan yang sesuai
dengan nilai budaya sambil menempuh cara-cara batu yang belum biasa atau tidak
umum dilakukan.
Contoh : seseorang yang ingin
menjadi orang kaya, tetpai kedudukannya di tempat tidak memungkinkan memperoleh
gaji besar, sehingga ia melakukan jalan pintas memperoleh rasa aman saja.
Ritualisme (Ritualism) Ritualisme
merupakan sikap menerima cara-cara yang diperkenalkan secara cultural, namun
menolak tujuan-tujuan kebudayaan, sehingga perbuatan ritualisme berpegang teguh
pada kaida-kaidah yang berlaku namun mengorbankan nilai sosial budaya yang ada.
Contoh : seorang karyawan bekerja
tidak untuk memperoleh kekayaan, tetapi hanya sekedar memperoleh rasa aman
saja.
Pengasingan Diri (Retreatism)
Pengasingan diri merupakan sikap menolak tujuan-tujuan ataupun cara-cara untuk
mencapai tujuan yang telah menjadi bagian kehidupan masyarakat ataupun
lingkungan sosialnya.
Contoh : para pemabuk dan pemakai
narkoba yang seakan-akan berusaha melarikan diri dari masyarakat dan
lingkungan.
Pemberontakan (Rebeliion)
Pemberontakan merupakan sikap menolak sarana dan tujuan-tujuan yang disahkan
oleh budaya masyarakat dan menggantikan dengan cara yang baru.
Contoh : kaum pemberontak yang
memperjuangkan ideologinya melalui perlawanan bersenjata. Dari kelima tipe
diatas, tipe cara adaptasi konformitaslah yang merupakan bentuk perilaku yang
tidak menyimpang, sedangkan ke-empat tipe adaptasi lainnya termasuk dalam
bentuk perilaku yang menyimpang.
Untuk memperjelas pemahaman anda
mengenai tipe cara adaptasi individu menurut Merton, perhatikan table di bawah
ini :
Tipe Cara Adaptasi Tujuan Budaya
Cara-Cara yang Melembaga Konformitas Inovasi Ritualisme Pengasingan diri
Pembenrontakan (+ + - - ± + - + - ±)
Keterangan : (+) : sikap menerima
(-) : penolakan (±) : penolakan terhadap nilai-nilai yang berlaku dan upaya
menggantinya dengan nilai-nilai baru.
BERDASARKAN PERSPEKTIF PSIKOLOGIS
Sedangkan berdasarkan Sudut
Pandang Psikologi Seorang tokoh psikolog asal Australia yang terkenal dengan
teori psikoanalisasinya bernama Sigmund Freud (1856-1939) menyatakan bahwa
dalam diri manusia terdapat tiga bagian penting, yaitu berupa hal-hal sebagai
berikut:
Id, adalah bagian dari yang
bersifat tidak sadar, nalurilah, dan mudah terpengaruh oleh gerak hati.
Ego, adalah bagian diri yang
bersifat sadar dan rasional yang berfungsi menjaga pintu kepribadian.
Super ego, adalah bagian dari
diri yang telah mengabsorbsi (menyerap) nilai-nilai cultural yang berfungsi sebagai
suara hati. Menurut Fried perilaku menyimpang dapat terjadi pada diri seseorang
apabila id terlalu berlebihan sehingga tidak terkontrol dan muncul bersamaan
dengan superegoyang tidak aktif, sementara dalam waktu yang bersamaan ego tidak
berhasil memberikan perimbangan.
BERDASARKAN PERSPEKTIF BIOLOGIS
Berdasarkan Sudut Pandang Biologi
Sheldon mengidentifikasikan tipe tubuh menjadi tiga tipe dasar,yaitu sebagai
berikut :
Endomorph (bundar, halus, dan
gemuk)
Mesomorph (berotot dan atletis)
Ectomorph (tipis dan kurus) Stiap
tipe tubuh mempunyai kecenderungan sifat-sifat kepribadian.
Contohnya, penjahat pada umumnya
bertipe mesomorph. Sedangkan Cesare Lombroso, seorang kriminologi dari Italia
berpendapat bahwa orang jahat memiliki ciri-ciri ukuran rahang dan tulang pipi
panjang, memiliki kelainan pada mata yang khas, tangan dan jari-jari relative
besar, dan susunan gigi abnormal. Adapun tipe pelaku kriminal menurut Casare
Lomboso adal sebagai berikut : “ Teori biologis mendapat banyak kritikan dan
diragukam kebenarannya, sehingga para ilmuwan sosial beranggapan bahwa factor
biologis merupakan factor yang secara relative tidak penting pengaruhnya
terhadap penyimpangan perilaku”.
BERDASARKAN PERSPEKTIF
KRIMINOLOGIS
Teori Konflik Berdasarkan teori
ini terdapat dua macam konflik, yaitu sebagai berikut :
Konflik Budaya Dalam suatu
masyarakat dapat terjadi konflik budaya etika dalam masyarakat tersebut
terdapat sejumlah kebudayaan khusus dimana setiap kebudayaan khusus tersebut
cenderung tertutup sehingga mengurangi kemungkinan adanya kesepakatan nilai.
Sejumlah norma yang bersumber dari kebudayaan khusus yang berbeda saling
bertentangan antara satu dengan yang lainnya dan dapat menimbulkan kondisi
anomie.
Konflik Kelas Sosial Konflik
kelas sosial dapat terjadi di masyarakat ketika suatu kelompok membuat
peraturan sendiri untuk melindungi kepentingan, sehingga terjadilah eksploitasi
kelas atas terhadap kelas bawah. Orang-orang yang menentang hak-hak istimewa
kelas atas dianggap berperilaku menyimpang dan di cap sebagai penjahat.
Teori Pengendalian Teori
pengendalian beranggapan bahwa masyarakat sebenarnya mmiliki kesepakatan
tentang nilai-nilai tertentu yang menjadi dasar suatu perilaku dapat dikatakan
menyimpang atau tidak. Pengendalian itu mencangkup dua bentuk, yaitu
pengendalian dari dalam dan pengendalian dari luar.
Pengendalian dari dalam berupa
norma yang dihayati dan nilai yang dipelajari oleh seseorang melalui proses
sosialisasi.
Contohnya, nilai-nilai dan norma
sosial yang diperoleh dari lembaga keluarga, lembaga sekolah dan masyarakat
yang mengharuskannya untuk menghormati sesame manusia. Pengendalian dari luar
adalah imbalan sosial terhadap kepatuhan dan sanksi yang diberikan kepada
setiap tindak penyimpangan atau pelanggaran nilai dan norma dominan. Misalnya,
jika seseorang melanggar norma pergaulan sosial maka ia akan dijatuhi sanksi
oleh masyarakatnya.
FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB PERILAKU
MENYIMPANG
Perilaku menyimpang yang dilakukan
oleh seseorang tidak terjadi begitu saja tanpa ada sebab-sebab yang
menyertainya, karena perilaku menyimpang berkembang melalui suatu periode
waktu-waktu tertentu sebagai hasil dari serangkaian tahapan interaksisosial dan
adanya kesempatan untuk berperilaku menyimpang.
Adapun sebab atau faktor-faktor
terjadinya perilaku menyimpang antara lain yaitu :
Hasil Sosialisasi yang Tidak
Sempurna ( Ketidaksanggupan Menyerap Norma-Norma Kebudayaan) Apabila proses
sosialisasi tidak sempurna, maka dapat melahirkan suatu perilaku menyimpang.
Proses sosialisasi tidak sempurna terjadi karena nilai-nilai atau norma-norma
yang dipelajari kurang dapat dipahami dalam proses sosialisasi yang dijalankan,
sehingga seseorang tidak memprhitungkan resiko yang terjadi apabila ia
melakukan perbuatan yang tidak sesuai dengan nilai dan norma sosial yang
berlaku.
Contoh perilaku menyimpang akibat
ketidaksempurnaan proses sosialisasi dalam keluarga, bahwa anak-anak yang
melakukan kejahatan cenderung berasal dari keluarga yang retak/rusak, artinya
ia mengalami ketiksempurnaan dalam proses sosialisasi dalm keluarganya.
Proses Belajar yang Menyimpang
Proses belajar ini terjadi karena melalui interaksi sosial dengan orang lain
terutama dengan orang-orang yang memiliki perilaku menyimpang dan sudah
berpengalaman dalam hal menyimpang.
Ketegangan antara Kebudayaan dan
Struktur Sosial Apabila peluang untuk mencari cara-cara dalam memenuhi
kebutuhan hidupnya tidak diberikan, maka muncul kemungkinan akan terjadinya
perilaku menyimpang.
Contoh pada masyarakat feodal
tuan tanah memiliki kekuasaan istimewa atas warga yang berstatus buruh tani
atau penyewa sehingga tuan tanah dapat melakukan tindakan sewenang-wenang pada
para buruh atau penyewa tanah yaitu dengan menurunkan upah ataupun kenaikan harga
sewa. Apabila kesewenang-wenangan itu terjadi secara terus-menerus, maka dapat
memicu terjadinya perilaku menyimpang yang dilakukan oleh buruh dan penyewa
tanah yaitu dengan melakukan kekerasan, perlawanan, penipuan, atau bahkan
pembunuhan.
Ikatan Sosial yang Berlainan
Hasil Sosialisasi dari Nilai-Nilai
Subkebudayaan yang Menyimpang
AKIBAT PERILAKU MENYIMPANG
Seorang perilaku penyimpangan
senantiasa berusaha mencari kawan yang sama untuk bergaul bersama, dengan
tujuan supaya mendapatkan “teman”. Lama-kelamaan berkumpullah berbagai individu
pelaku penyimpangan menjadi penyimpangan kelompok, akhirnya bermuara pada
penentangan terhadap norma masyarakat. Dampak yang ditimbulkan selain terhadap
individu juga terhadap kelompok atau masyarakat. Dampak apa saja yang
ditimbulkan adanya tindak penyimpangan terhadap kelompok masyaraka. Antara lain
yaitu:
Kriminalitas tindak kejahatan
Tindak kekerasan seorang kadangkala hasil penularan seorang individu lain,
sehingga tindak kejahatan akan muncul berkelompok dalam masyarakat.
Contoh : seorang residivis dalam
penjara akan mendapatkan kawan sesama penjahat, sehingga sekeluarnya dari
penjara akan membentuk “kelompok penjahat” , sehingga dalam masyarakat
muncullah kriminalitas-kriminalitas baru.
b. Terganggunya keseimbangan sosial Robert K.
Merton mengemukakan teori yang menjelaskan bahwa perilaku menyimpang itu
merupakan penyimpangan melaliu struktur sosial. Karena masyarakat merupakan
struktur sosial, maka tindak penyimpangan pasti akan berdampak terhadap
masyarakat yang akan mengganggu keseimbangan sosialnya.
Contoh : pemberontakan, pecandu
obat bius, gelandangan, pemabuk, dsb.
Pudarnya nilai dan norma Karena
pelaku penyimpangan tidak mendapatkan sanksi yang tegas dan jelas, maka
muncullah sikap apatis pada pelaksanaan nilai-nilai dan norma masyarakat.
Sehingga nilai dan norma menjadi pudar kewibawaannya untuk mengatur tata tertib
dalam masyarakat. Juga karena pengaruh globalisasi di bidang informasi dan
hiburan memudahkan masuknya pengaruh asing yang tidak sesuai dengan budaya
Indonesia mampu memudarkan nilai dan norma, karena tindak penyimpangan sebagai
eksesnya.
Contoh : karena pengaruh
film-film luar yang mempertontonkan tindak penyimpangan yang dianggap hal-hal
yang wajar disana, akan mampu menimbulkan orang yang tidak percaya lagi pada
nilai dan norma di Indonesia.
No comments:
Post a Comment