Friday, December 16, 2016

SOSIALISASI DAN PEMBENTUKAN KEPRIBADIAN |pembelajaransosiologi

SOSIALISASI DAN PEMBENTUKAN KEPRIBADIAN
Pengetian sosialisasi dan kepribadian
Pengertia sosialisasi
Sosialisasi secaa umum adalah proses penanaman atau transfer kebiasaan atau nilai dan aturan dari satu generasi ke generasi lainnya dalam sebuah kelompok atau masyarakat. Sejumlah sosiolog menyebut sosialisasi sebagai teori mengenai peranan (role theory).
Pengertian Sosialisasi - Sosialisasi bisa diartikan sebagai proses belajar bertingkah laku berdasarkan patokan yang terdapat di masyarakat. Secara singkat, sosialisasi di artikan seperti itu.
Pengertian Sosialisasi, Tujuan, Media Sosialisasi, dan Contohnya – Apakah yang dimaksud dengan sosialisasi ? Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), sosialisasi adalah sebuah usaha yang dilakukan untuk mengubah suatu milik individu menjadi milik orang ramai (milik negara) atau bisa juga disebut sebagai proses belajar seseorang sebagai anggota masyarakat dalam mengenal dan menghayati kebudayaan di lingkungannya atau sebuah usaha untuk memasyarakatkan sesuatu sehingga menjadi dikenal, dipahami, dihayati oleh khalayak umum atau masyarakat luas.
Jadi, proses sosialisasi adalah sebuah proses sosial yang terjadi di dalam diri seseorang dalam mempelajari, menyesuaikan diri atau mematuhi norma – norma sosial, nilai, perilaku, dan adat istiadat yang berlaku di dalam masyarakat sehingga dapat berperan dan berfungsi secara aktif di dalam kelompok atau masyarakatnya.
 Pengertian Sosialisasi

Seperti yang disinggung di pendahuluan di atas, sosialisasi merupakan proses belajar mengajar mengenai pola-pola tindakan interaksi dalam masyarakat sesuai dengan peran dan status sosial yang dijalankan masing-masing. Dengan proses itu, individu akan mengetahui dan menjalankan hak dan kewajibannya berdasarkan peran status masing-masing dan kebudayaan suatu masyarakat.
Melalui proses belajar semacam ini, seseorang juga mempelajari kebiasaan-kebiasaan, norma-norma, perilaku, peran, dan semua aturan yang berlaku di masyarakat. Proses mempelajari unsur-unsur budaya suatu masyarakat inilah yang disebut dengan sosialisasi.

Soejono Dirdjosisworo
Menurut pendapat Soejono Dirdjosisworo (1985), sosialisasi mengandung tiga pengertian penting, yaitu:
        Proses sosialisasi adalah proses belajar, yaitu suatu proses akomodasi yang mana individu menahan, mengubah impulsimpuls dalam dirinya dan mengambil cara hidup atau kebudayaan masyarakatnya.
        Dalam proses sosialisasi itu individu mempelajari kebiasaan, sikap, ide-ide, pola-pola nilai dan tingkah laku, dan ukuran kepatuhan tingkah laku di dalam masyarakat di mana ia hidup.
        Semua sifat dan kecakapan yang dipelajari dalam proses sosialisasi itu disusun dan dikembangkan sebagai suatu kesatuan dalam diri pribadinya.

    Charlotte Buhler
    Sosialisasi adalah sebuah proses yang membantu individu-individu belajar dan menyesuaikan diri terhadap bagaimana cara hidup dan bagaimana cara berpikir kelompoknya, agar ia dapat berperan dan berfungsi dalam kelompoknya.

    Peter L. Berger
    Sosialisasi adalah suatu proses seorang anak belajar menjadi anggota yang berpartisipasi dalam masyarakat.

    Robert M.Z. Lawang
    Sosialisasi adalah proses mempelajari norma, nilai, peran, dan semua persyaratan lainnya yang diperlukan untuk memungkinkan berpartisipasi yang efektif dalam kehidupan sosial.

    Prof. Dr. Nasution, S.H.
    Sosialisasi adalah proses membimbing individu ke dalam dunia sosial.

    Sukandar Wiraatmaja, M.A.
    Sosialisasi adalah suatu proses yang dimulai sejak seseorang itu dilahirkan untuk dapat mengetahui dan memperoleh sikap, pengertian, gagasan, dan pola tingkah laku yang disetujui oleh masyarakat.

    Drs. Suprapto
    Sosialisasi adalah suatu proses belajar berinteraksi dalam masyarakat sesuai dengan peranan yang dijalankan.

    Hasan Shadily
    Sosialisasi adalah proses di mana seseorang mulai menerima dan menyesuaikan diri terhadap adat istiadat suatu golongan. Di mana lambat laun ia akan merasa sebagian di golongan itu.

    Jack Levin dan James L. Spates

Sosialisasi adalah proses di mana kebudayaan diteruskan dan diinternalisasikan oleh kepribadian individu.
John C. Macionis
Sosialisasi adalah pengalaman sosial seumur hidup, di mana individu dapat mengembangkan potensinya dan mempelajari pola-pola kebudayaan mereka.

Edwar A. Ross
Sosialisasi adalah pertumbuhan perasaan ”kita”. Di mana perasaan ini akan menimbulkan tindakan segolongan.

Laurence
Sosialisasi adalah proses pendidikan atau latihan seseorang yang belum berpengalaman dalam suatu kebudayaan dan berusaha menguasai kebudayaan sebagai aspek berikutnya.

Bruce J. Cohen
Sosialisasi dipahami sebagai proses pembelajaran seorang individu terhadap nilai-nilai dan norma-norma yang ada dalam masyarakat sehingga seseorang menjadi bagian dari masyarakat.

Horton dan Hunt

Sosialisasi adalah suatu proses seseorang menghayati (Internalize) norma-norma kelompok tempat ia hidup sehingga timbullah diri yang unik
Macam-macam Sosialisasi
Proses sosialisasi berlangsung sepanjang hayat manusia. Secara garis besar sosialisasi dibedakan menjadi dua macam, yaitu sosialisasi primer dan sosialisasi skunder.

Sosialisasi Primer
    Sosialisasi primer merupakan proses sosialisasi yang pertama dan utama yang terjadi pada seseorang, yakni sejak dilahirkan, berkenalan dan sekaligus belajar bermasyarakat sehingga dapat menyesuaikan diri dalam kehidupan masyarakat tersebut. Proses sosialisasi ini dimulai dari sosialisasi di lingkungan keluarga.

Sosialisasi Skunder
    Setelah menjalani sosialisasi primer, individu dianggap cukup mempunyai bekal untuk bergaul di lingkungan yang lebih luas. Individu kemudian berinteraksi dengan orang-orang di luar lingkungan keluarganya. Individu tersebut bergaul dengan teman-teman sebaya atau orang-orang dewasa lain. Dari pergaulan tersebut individu menyerap hal-hal baru yang ada di masyarakat. Sosialisasi tahap lanjut yang memperkenalkan individu tersebut ke wilayah baru dari dunia masyarakat disebut sosialisasi sekunder.

Macam-Macam Media Sosialisasi

Sosialisasi – sosialisasi yang terjadi di dalam masyarakat terjadi melaluk media sosialisasi. Apakah yang dimaksud dengan media sosialisasi ? Media sosialisasi adalah pihak – pihak yang melakukan atau melaksanakan sosialisasi. Ada beberapa media sosialisasi dalam kehidupan sosial ini, di antaranya adalah:

1. Keluarga

Keluarga adalah media sosialisasi yang paling dasar atau awal. Menurut Getrudengane Jaeger keluarga adalah media sosial yang sangat penting terutama pada anak – anak pada tahap awal perkembangannya karena pada tahap inilah anak mulai bersosialisasi di lingkungan orang tuanya sendiri.

Media keluarga terbagi menjadi dua yaitu keluarga inti yang terdiri dari ayah, ibu, saudara kandung maupun angkat yang belum menikah, dan kelurga besar yang terdiri dari beberapa keluarga seperti kakek, nenek, paman, dan bibi.

2. Teman Pergaulan

Teman sepergaulan disebut juga dengan teman sepermainan. Teman didapat setelah seorang anak mampu bersosialisasi di luar lingkungan kelurga. Pada awalanya, lingkungan pergaulan hanya dianggap sebagai tempat yang bersifat rekreatif atau menghibur saja. Namun teman sepergaulan ternyata juga dapat memberikan dampak dalam sebuah proses sosialisasi setelah keluarga.


Puncak pengaruh teman sepergaulan terhadap seorang individu adalah ketika mereka dalam masa remaja, karena pada masa – masa inilah, individu mulai mencari jati dirinya sebelum beranjak dewasa. Teman sepergaulan memiliki peran yang sangat banyak dalam membentuk suatu kepribadian individu.

Proses sosialisasi di lingkungan permainan lebih kompleks karena melibatkan hubungan atau status yang berbeda – beda antar individu yang terlibat. Hal ini berbeda dengan proses sosialisasi yang terjadi di dalam keluarga. Sosialisasi yang dilakukan di dalam lingkungan pergaulan dilakukan dengan cara mempelajari pola – pola interaksi dengan orang – orang di lingkungannya.

Oleh karena itu, dalam lingkungan pergaulan, seorang individu dapat mempelajari aturan – aturan atau pola – pola interaksi orang – orang yang kedudukannya sama. Selain itu, mereka juga dapat mempelajari nilai keadilan.

3. Lembaga Pendidikan Formal (Sekolah)

Lembaga pendidikan formal, seperti sekolah merupakan salah satu media sosialisasi yang ampuh. Di sana seseorang akan belajar berbagai hal, seperti membaca, menulis, dan berhitung. Selain itu, mereka juga akan mempelajari kemandirian (independence), prestasi (achievement) universalisme dan juga kekhasan (specicity).

Pada umumnya, seseoarang anak meminta bantuan dari orang tua atau kakak ketika menemui kesulitan, tetapi ketika berada di sekolah, mereka dituntut untuk menyelesaikan semua kesulitan sendiri dengan penuh tanggung jawab.

4. Media Massa

Media massa juga disebut sebagai media sosial. Media masa seperti media cetak, seperti koran, surat kabar, majalah, tabloid, dan juga media elektronik, seperti radio, televisi, film, hp, telephone, internet memiliki pengaruh yang besar terhadap perkembangan seorang individu.
 
Contoh – Contoh Sosialisasi

Ada banyak sekali contoh – contoh sosialisai yang terjadi di dalam kehidupan sosial, di antaranya adalah:

Di dalam Keluarga

Proses sosialisasi yang terjadi di dalam keluarga sangatlah banyak, di antaranya adalah bercengkrama sesama anggota keluarga, makan bersama, diskusi keluarga, dan lain – lain.

Di dalam Lingkungan Pergaulan

Proses sosialisasi di lingkungan pergaulan contohnya adalah diskusi, bermain bersama, dan lain – lain.

Di dalam Sekolah

Contoh proses sosialisasi yang terjadi di dalam sekolah adalah belajar bersama, berinteraksi dengan teman, guru, staff, dan berorganisasi.

Fungsi Sosialisasi
Supaya masyarakat dapat hidup tertib dan disiplin maka perlu adanya sosialisasi. Proses sosialisasi di lingkungan masyarakat memiliki dua fungsi utama yaitu sebagai berikut.

    Dilihat dari Kepentingan Individu

Sosialisasi bertujuan agar individu bisa mengenal, mengakui dan menyesuaikan diri dengan nilai-nilai, norma-norma, dan struktur sosial yang ada di dalam masyarakat sehingga dapat berperilaku tertib dan disiplin.

Dengan cara begitu, seseorang menjadi warga masyarakat yang baik. Pengertian warga masyarakat yang baik adalah warga yang memenuhi harapan umum warga masyarakat lainnya. Dengan kata lain, dia mampu memenuhi segala kewajiban dan menerima semua haknya sebagai warga masyarakat.

    Dilihat dari Kepentingan Masyarakat

Sosialisasi berfungsi sebagai sarana pelestarian, penyebarluasan, dan pewarisan nilai-nilai serta norma-norma sosial. Dengan demikian, nilai dan norma tetap terpelihara dari generasi ke generasi dalam masyarakat yang bersangkutan.
 
 Tujuan Sosialisasi
Tujuan sosialisasi sebagai berikut.

Dalam pelaksanaanya, sosialisasi memiliki beberapa tujuan yang ingin dicapai. Nah, Berdasarkan pengertian di atas, dapat kita simpulkan ada 4 tujuan yang ingin dicapai oleh individu – individu dalam melakukan sosialisasi. Adapun tujuan dari sosialisasi adalah sebagai berikut:

a. Sosialisasi dapat membantu individu dalam meraih identitas dirinya baik secara fisik maupun mental. Terutama
keterampilan dan pengetahuan kepada seseorang untuk dapat hidup bermasyarakat.
b. Sosialisasi membantu setiap individu atau kelompok dalam mengembangkan potensi humanistiknya, dan juga membantu individu atau kelompok untuk belajar bagaimana hidup dalam masyarakat sosial. Mengembangkan kemampuan seseorang untuk dapat berkomunikasi secara efektif dan efisien.
 c. Sosialisasi memenuhi kebutuhan dasar manusia untuk bertahan dalam kehidupan sosial. Membuat seseorang mampu mengembalikan fungsi-fungsi melalui latihan introspeksi yang tepat.
 d. Sosialisasi membantu individu atau kelompok dalam mengimitasi kebudayaan. Sekaligus menanamkan nilai-nilai dan kepercayaan kepada seseorang yang mempunyai tugas pokok dalam masyarakat.

Apabila fungsi sosialisasi dapat berjalan dengan baik, maka diharapkan dapat memenuhi tujuan sosialisasi yaitu:

    Agar setiap orang dapat hidup dengan baik di tengah-tengah masyarakat.
    Agar setiap orang dapat menyesuaikan tingkah lakunya dengan harapan masyarakat.
    Agar setiap orang dapat menyadari keberadaannya dalam masyarakat.
    Agar setiap orang mampu menjadi anggota masyarakat yang baik.
    Agar masyarakat tetap utuh. Keutuhan masyarakat dapat terjadi bila di antara warganya saling berinteraksi dengan baik.
    Memberikan keterampilan dan pengetahuan yang dibutuhkan seseorang untuk melangsungkan kehidupan di tengah-tengah masyarakat.
    Mengembangkan kemampuan seseorang untuk berkomunikasi secara efektif dan mengembangkan kemampuan untuk membaca, menulis, dan bercerita.
    Membantu seseorang mengendalikan fungsi-fungsi organik melalui latihan-latihan mawas diri yang tepat. Jadi secara umum, sosialisasi sebagai suatu proses sosial yang bertujuan untuk membentuk kepribadian
Faktor-Faktor yang Memengaruhi Sosialisasi 
Pada intinya, setiap manusia melakukan proses sosialisasi tanpa terkecuali. Terlebih kita sebagai makhluk sosial yang selalu berhubungan dengan orang lain, menuntut kita untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitar melalui sosialisasi. Secara tidak langsung, proses sosialisasi mampu membentuk kepribadian individu agar bersikap santun, bertanggung jawab dan menghormati orang lain terdapat lima faktor yang memengaruhi perkembangan kepribadian manusia sebagai hasil sosialisasi. Faktor-faktor tersebut antara lain:
    Sifat dasar,
    Lingkungan prental,
    Perbedaan perorangan,
    Lingkungan, dan
    Motivasi.
Jadi perkembangan kepribadian kita dipengaruhi oleh beberapa faktor yang iktu membentuknya.

Tahapan, Jenis, dan Media Sosialisasi
1. Tahapan Sosialisasi
Supaya anak dapat hidup tertib dan disiplin maka sejak kecil harus diperkenalkan pada beberapa tahapan sosialisasi. Berikut ini adalah tahapan dalam proses sosialisasi, yaitu:

    Tahapan Pertama (Preparatory Stage)

Tahap pertama ini merupakan tahapan persiapan untuk pertama kali mengenali lingkungan sosial, yaitu dimulai dengan orang-orang yang terdekat dengan dirinya seperti ibu, ayah dan keluarga. Tahap ini juga merupakan persiapan untuk pemahaman tentang diri.

    Tahap Kedua (Play Stage)

Tahap ini merupakan langkah kedua dari tahap pertama yaitu pada tahap ini anak mulai dari meniru dengan lebih baik lagi atau sempurna. Selain itu pada tahap ini anak sudah dapat memahami peranan dirinya serta apa yang diharapkan dari dirinya dan peranan yang dimiliki orang lain. Sebagai contoh, anak laki-laki sering meniru pola tingkah laku ayahnya seperti mencangkul, pertukangan dan perbengkelan. Ketika anak mulai bergaul dengan anak lainya maka ia berperan sebagai teman sebayanya. Pada tahapan ini anak sudah dapat membedakan individu berdasarkan statusnya, seperti paman, bibi, kakek, nenek, tetangga dan guru.

    Tahap Siap Bertindak (Game Stage)

Pada tahapan ini, anak mulai bersikap mandiri dan memiliki ego berdasarkan kesadaran diri. Tingkat interaksi pada tahap siap bertindak ini meningkat sehingga anak mampu mengambil peranan dalam masyarakat yang lebih luas. Kemampuan untuk menyesuaikan dan menempatkan dirinya semakin jelas, serta kemampuan untuk menerima atau menyesuaikan dengan nilai dan norma yang berbeda di luar keluarganya pun dapat dijalaninya dengan kesadaran sebagai bagian aktif dari masyarakat.

    Tahap Penerimaan Norma Kolektif

Pada tahap ini seseorang telah dianggap dewasa. Dia sudah dapat menempatkan dirinya pada posisi masyarakat secara luas. Dengan kata lain, ia dapat bertenggang rasa tidak hanya dengan orang-orang yang berinteraksi dengannya, tetapi juga dengan masyarakat secara luas.

Dengan demikian seseorang tidak mungkin dapat dipisahkan dengan lingkungan masyarakat. Pada keduanya terjalin hubungan timbal balik yang saling menguntungkan. Lingkungan masyarakat berperan terhadap seseorang dalam proses mengenal, meniru, dan menyesuaikan diri dengan sistem nilai dan sistem norma yang berlaku di tengah-tengah masyarakat. Sebaliknya, sistem nilai dan sistem norma yang ada dalam kehidupan masyarakat tersebut akan lestari jika proses sosialisasi pada seseorang berlangsung dengan baik.
PEMBENTUKAN KEPRIBADIAN
 Pengertian, Faktor Pembentuk, dan Tahap-Tahap Pembentukan Kepribadian
1. Pengertian Kepribadian
Pada dasarnya, kepribadian diartikan sebagai suatu kebiasaan dan sikap yang bersifat tetap serta menjadi karakteristik dalam diri seseorang misalnya jujur, rajin dan tekun. Kepribadian menentukan bagaimana seseorang berpikir, merasa, dan bertindak dalam kehidupan sehari-harinya.

Berikut ini adalah konsep dan pengertian tentang kepribadian yang telah diberikan oleh beberapa ahli.

    Menurut Koentjaraningrat

Kepribadian adalah beberapa ciri watak yang diperlihatkan seseorang secara lahir, konsisten, dan konsekuen. Setiap manusia melakukan proses sosialisasi. Proses sosialisasi berlangsung selama manusia masih hidup di dunia ini. Melalui proses sosialisasi, kepribadian seseorang individu dapat terbentuk dalam bertingkah laku, sehingga individu memiliki identitas khusus yang berbeda dengan orang lain. Adanya kepribadian dalam diri seseorang tidaklah semata-mata diperoleh sejak lahir, namun lingkungan sosial ikut berperan dalam pembentukannya. Dalam hal ini, kepribadian seseorang diperoleh karena adanya proses sosialisasi di mana individu belajar dari lingkungan sosial sedikit demi sedikit, bagaimana bertingkah laku dan mengenal kebudayaan masyarakat. Misalnya, anak belajar bergaul, menghormati orang tuanya, menghormati hak milik orang lain, berlaku jujur, rajin beribadah, dan lain-lain.

    Menurut George Herbert Mead

Kepribadian manusia terjadi melalui perkembangan diri. Perkembangan kepribadian dalam diri seseorang berlangsung seumur hidup. Menurutnya, manusia yang baru lahir belum mempunyai diri. Diri manusia akan berkembang secara bertahap melalui interaksi dengan anggota masyarakat.

    Menurut Theodore R. Newcombe

Kepribadian adalah organisasi sikap-sikap yang dimiliki seseorang sebagai latar belakang terhadap perilaku.

    Menurut Roucek dan Warren

Kepribadian adalah organisasi faktor-faktor biologis, psikologis, dan sosiologis yang mendasari perilaku individu.

    Menurut Yinger

Kepribadian adalah keseluruhan perilaku dari seorang individu dengan sistem kecenderungan tertentu yang berinteraksi dengan serangkaian situasi.

    Menurut Robert Sutherland

Kepribadian merupakan abstraksi individu dan kelakuannya sebagaimana halnya dengan masyarakat dan kebudayaan. Dengan demikian kepribadian digambarkan sebagai hubungan saling memengaruhi antara tiga aspek tersebut.

Kesimpulan dari berbagai definisi tersebut dapat dikatakan bahwa kepribadian sesungguhnya merupakan integrasi dari kecenderungan seseorang untuk berperasaan, bersikap, bertindak, dan berperilaku sosial tertentu.

Dengan demikian, kepribadian memberi watak yang khas bagi individu dalam kehidupan sehari-hari. Kepribadian bukanlah perilaku, namun kepribadianlah yang membentuk perilaku manusia, sehingga dapat dilihat dari cara berpikir, berbicara, atau berperilaku. Kepribadian lebih berada dalam alam psikis (jiwa) seseorang yang diperlihatkan melalui perilaku.

2. Faktor-Faktor Pembentuk Kepribadian
Adanya perbedaan kepribadian setiap individu misalnya jujur, bertanggung jawab dan disiplin sangatlah bergantung pada faktor-faktor yang memengaruhinya. Kepribadian terbentuk, berkembang, dan berubah seiring dengan proses sosialisasi yang dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut.

    Faktor Biologis

Beberapa pendapat menyatakan bahwa bawaan biologis berpengaruh terhadap pembentukan kepribadian. Semua manusia yang normal dan sehat memiliki persamaan biologis tertentu, seperti memiliki dua tangan, panca indra, dan sebagainya. Persamaan biologis ini membantu menjelaskan beberapa persamaan dalam kepribadian dan perilaku semua orang. Namun setiap warisan biologis seseorang bersifat unik. Artinya, tidak seorang pun yang mempunyai karakteristik fisik yang sama, seperti ukuran tubuh, kekuatan fisik, atau kecantikan. Bahkan, anak kembar sekalipun pasti ada perbedaan itu.

Perhatikan teman di sekeliling kalian, adakah di antara mereka yang memiliki kesamaan karakteristik fisik? Faktor biologis  yang paling berpengaruh dalam pembentukan kepribadian adalah jika terdapat karakteristik fisik unik yang dimiliki oleh seseorang. Setiap warisan biologis seseorang bersifat unik, hal ini berarti bahwa tidak seorang pun yang mempunyai karakteristik fisik yang sama. Sebagian masyarakat menilai bahwa kepribadian seseorang tidak lebih dari penampilan warisan biologisnya. Karakteristik kepribadian seperti ketekunan, ambisi, kejujuran, dan kriminalitas dianggap timbul dari kecenderungan-kecenderungan turunan. Perlu dipahami bahwa faktor biologis yang dimaksudkan dapat membentuk kepribadian seseorang adalah faktor fisiknya dan bukan warisan genetik. Kepribadian seseorang anak bisa saja berbeda dengan orang tua kandungnya bergantung pada pengalaman sosialisasinya. Jadi dapat disimpulkan bahwa kepribadian tidak diturunkan secara genetik, tetapi melalui proses sosialisasi yang panjang.

    Faktor Geografis

Faktor lingkungan menjadi sangat dominan dalah memengaruhi kepribadian seseorang. Faktor geograifs yang dimaksud adalah keadaan lingkungan fisik (iklim, topograif, sumber daya alam) dan lingkungan sosialnya. Keadaan lingkungan fisik atau lingkungan sosial tertentu memengaruhi kepribadian individu atau kelompok karena manusia harus menyesuaikan diri dengan lingkungannya.

Perbedaan iklim, topografi, dan sumber daya alam menyebabkan manusia harus menyesuaikan diri terhadap alam. Melalui penyesuaian diri itu, dengan sendirinya pola perilaku masyarakat dan kebudayaannya pun dipengaruhi oleh alam. Misalnya orang yang hidup di pinggir pantai dengan mata pencaharian sebagai nelayan mempunyai kepribadian yang berbeda dengan orang yang tinggal di daerah pertanian. Mereka memiliki nada bicara yang lebih keras daripada orang-orang yang tinggal di daerah pertanian, karena harus menyamai dengan debur suara ombak. Hal itu terbawa dalam kehidupan sehari-hari dan telah menjadi kepribadiannya. Dari uraian tersebut jelaslah bahwa faktor geografis sangat memengaruhi perkembangan kepribadian seseorang.

    Faktor Kebudayaan

Kebudayaan mempunyai pengaruh besar terhadap perilaku dan kepribadian seseorang, terutama unsur-unsur kebudayaan secara langsung memengaruhi individu. Kebudayaan dapat menjadi pedoman hidup manusia dan alat untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhannya. Oleh karena itu, unsur-unsur kebudayaan yang berkembang di masyarakat dipelajari oleh individu agar menjadi bagian dari dirinya dan ia dapat bertahan hidup. Proses mempelajari unsur-unsur kebudayaan sudah dimulai sejak kecil sehingga terbentuklah kepribadian-kepribadian yang berbeda antarindividu ataupun antarkelompok kebudayaan satu dengan lainnya.

Kita tahu bahwa antara manusia, alam, dan kebudayaan mempunyai hubungan yang sangat erat dan saling memengaruhi. Manusia berusaha untuk mengubah alam agar sesuai dengan kebudayaannya guna memenuhi kebutuhan hidup. Misalnya manusia membuka hutan untuk dijadikan lahan pertanian. Sementara itu kebudayaan memberikan andil yang besar dalam memberikan warna kepribadian anggota masyarakatnya.

Di samping keadaan alam memengaruhi kebudayaan, maka kebudayaan pun bisa memengaruhi alam. Perbedaan kebudayaan dalam setiap masyarakat dapat memengaruhi kepribadian seseorang. Misalnya kebudayaan petani, kebudayaan kota, dan kebudayaan industri tertentu memperlihatkan corak kepribadian yang berbeda-beda.

Di masyarakat kadang-kadang terdapat karakteristik kepribadian umum, namun tidak berarti semua anggota masuk di dalamnya. Kepribadian umum merupakan serangkaian ciri kepribadian yang dimiliki oleh sebagian besar anggota kelompok sosial yang bersangkutan.

    Pengalaman Kelompok

Sepanjang hidup seseorang bergabung dalam kelompok-kelompok tertentu yang dijadikannya sebagai model untuk gagasan atau norma-norma dan perilaku seseorang. Mula-mula kelompok keluarga adalah kelompok yang penting, karena kelompok keluarga adalah kelompok yang akan dimiliki sepanjang hayat oleh seorang individu. Ciri-ciri kepribadian dasar dari individu dibentuk dalam lingkungan keluarga. Kelompok yang kedua yaitu kelompok sebaya/persamaan (Peer Group) yakni kelompok lain yang sama usia dan statusnya, menjadi penting sebagai kelompok referense.

Kegagalan seorang anak untuk mendapatkan pengakuan sosial seperti ini sering diikuti oleh pola penolakan sosial dan kegagalan sosial seumur hidup.

    Pengalaman Unik (Unique Experience)

Setiap orang mempunyai kepribadian yang berbeda dengan orang lain, walaupun orang itu berasal dari keluarga yang sama, dibesarkan dalam kebudayaan yang sama, serta mempunyai lingkungan fisik yang sama pula. Mengapa demikian? Walaupun mereka pernah mendapatkan pengalaman yang serupa dalam beberapa hal, namun berbeda dalam beberapa hal lainnya. Pengalaman setiap orang adalah unik dan tidak ada pengalaman siapa pun yang secara sempurna menyamainya. Menurut Paul B. Horton, pengalaman tidaklah sekedar bertambah, akan tetapi menyatu. Pengalaman yang telah dilewati memberikan warna tersendiri dalam kepribadian dan menyatu dalam kepribadian itu, setelah itu baru hadir pengalaman berikutnya.

Setiap kepribadian berbeda dari setiap masyarakat. Setiap masyarakat mengembangkan satu atau lebih jenis kepribadian dasar yang cocok dengan kebudayaannya. Setiap kebudayaan membentuk kepribadian yang cocok dengan kepribadiannya. Sejak saat kelahiran, seorang anak diperlakukan dalam cara-cara yang membentuk kepribadian. Setiap kebudayaan menyediakan seperangkat pengaruh umum, yang sangat berbeda dari masyarakat ke masyarakat. Pengaruh kebudayaan yang lebih langsung pada individu yang sedang berkembang, kita memiliki sederetan variasi yang tidak terbatas dalam tingkatan di mana ia dididik secara sadar, diberi atau tidak diberi kesiapan tanggung jawab yang dibebankan terhadapnya secara sadar.

Setiap masyarakat memiliki kebudayaan yang berbeda yang akan berpengaruh terhadap perkembangan kepribadian masyarakatnya. Setiap kebudayaan menekankan serangkaian pengetahuan umum terhadap individu yang tumbuh di bawah kebudayaan itu. Pengaruh-pengaruh ini berbeda dari satu kebudayaan ke kebudayaan lainnya tetapi semuanya merupakan denominator pengalaman bagi setiap orang yang termasuk ke dalam masyarakat tertentu.

3. Tahap-Tahap Pembentuk Kepribadian
Seseorang dapat memiliki kepribadian yang santun, jujur dan ramah, jika dia telah melewati tahap-tahap dalam pembentukan kepribadiannya. Seseorang belajar menjadi anggota keluarga atau masyarakat melalui proses sosialisasi. Dalam sosialisasi orang menerima dan menyesuaikan diri dengan unsur-unsur dari faktor lingkungan sosial. Sosialisasi bermula dari lingkungan keluarga, kemudian meluas, lambat laun membuat seseorang merasa menjadi bagian masyarakat. Perasaan 'menjadi bagian' terjadi setelah dia berhasil menerima dan menyesuaikan diri dengan nilai-nilai dan unsur-unsur kebudayaan di sekitarnya.

Apabila masyarakat berubah, dia pun akan menyerap dan menyesuaikan diri dengan nilai-nilai baru yang muncul bersama perubahan itu. Sosialisasi berlangsung seumur hidup manusia, secara bertahap, bukan seketika. Sedikit demi sedikit pengalaman seseorang bertambah, nilai-nilai dan norma-norma sosial mengalami proses internalisasi.

George Herbert Mead menyatakan bahwa kepribadian manusia terjadi melalui perkembangan diri. Perkembangan kepribadian dalam diri seseorang berlangsung seumur hidup. Menurutnya, manusia yang baru lahir belum mempunyai diri. Diri manusia akan berkembang secara bertahap melalui interaksi dengan anggota masyarakat. Mead mengemukakan pengembangan diri atau kepribadian seseorang berlangsung melalui beberapa tahap.

    Tahap Peniruan (Imitation Stage)

Tahap ini merupakan tahap permulaan di mana seorang bayi menanggapi orang lain hanya sebagai bentuk imitasi atau peniruan. Mereka mengikuti perilaku-perilaku tertentu tanpa mengetahui maksud perilaku tersebut. Mereka belum mampu menggunakan simbol-simbol sehingga Mead menyimpulkan bahwa pada tahap ini seorang bayi belum memiliki diri.

    Tahap Bermain (Play Stage)

Pada tahap ini, seorang anak kecil mulai belajar mengambil peran orang yang berbeda di sekitarnya. Misalnya, menirukan peran yang dijalankan orang tuanya atau orang dewasa lain yang sering berinteraksi dengannya, seperti kakak, nenek, polisi, dokter, sopir, dan lain-lain.

Dalam permainan yang dilakukan, kesadaran diri anak mulai terbentuk. Mereka memahami siapa dirinya, siapa orang tuanya, dan siapa saja saudara-saudaranya. Dia mulai menyadari, bahwa dirinya mungkin anak kedua dalam keluarganya. Sebagai anak kedua, dia menyadari bagaimana seharusnya bersikap kepada kakak atau adiknya. Sebagai anak, dia mengharapkan kasih sayang dari kedua orang tuanya. Dia pun menyadari sikap-sikap yang seharusnya ditunjukkan kepada kedua orang tuanya. Pada tahap ini anak mampu menempatkan diri sebagaimana seharusnya dan mampu menempatkan diri pada posisi orang lain.

    Tahap Bermain Peran (Game Stage)

Memasuki tahap ini, seorang anak mulai mengurangi proses peniruan. Mereka secara langsung mulai berani memainkan peranan dirinya dengan penuh kesadaran. Kemampuannya dalam menempatkan diri pada posisi orang lain pun meningkat. Peningkatan itu ditunjukkan dengan adanya kemampuan untuk bermain dalam kelompok atau tim. Permainan yang menunjukkan kerja sama dalam tim antara lain permainan sepak bola, bola voli, dan lain-lain. Keterlibatan seseorang berperan dalam tim meningkatkan kemampuan bekerja sama dan tumbuh rasa kebersamaan dalam kelompok. Rasa kebersamaan akan tumbuh menjadi semangat membela keutuhan keluarga atau kelompoknya.

Dalam hidup berkelompok, seorang memiliki banyak pasangan interaksi. Semakin banyak teman berinteraksi, hubungan dengan orang lain semakin kompleks. Pada tahap ini, seseorang mengalami kemantapan diri melebihi dua tahap sebelumnya. Norma-norma di luar keluarga atau kelompoknya secara bertahap dapat dipahami. Misalnya, timbulnya kesadaran bahwa di rumah orang lain terdapat tata krama yang harus dihormati. Dengan adanya kesadaran seperti itu, anak telah siap berpartisipasi aktif dalam hidup bermasyarakat.

    Tahap Penerimaan Norma Kolektif (Generalized Other)

Pada tahap ini anak telah memasuki jenjang orang dewasa dan telah mampu mengambil peranan yang ada di dalam masyarakat. Ia mampu berinteraksi dengan orang lain karena telah memahami peranannya sendiri serta peran orang lain yang menjadi mitra interaksinya. Selain dapat menempatkan diri sebagai orang lain, juga harus dapat menempatkan diri sebagai anggota masyarakat luas. Untuk ini diperlukan sikap tenggang rasa dengan sesama warga masyarakat. Di samping itu, tumbuh sikap saling menghargai, kesediaan bekerja sama, dan menyadari sebagai bagian diri warga masyarakat. Seseorang mulai memerhatikan akhlak orang lain atas dirinya, di samping hak-haknya sendiri yang dia harapkan dipenuhi oleh lain. Untuk itu diperlukan kesadaran akan adanya berbagai norma untuk menjamin pergaulan hidup bersama secara harmonis di masyarakat. Pada tahap ini pula seorang manusia telah menjadi warga masyarakat
secara penuh.

No comments:

Post a Comment