SOSIOLOGI DAN KEHIDUPAN BERMASYARAKAT
A.
ILMU DALAM KEHIDUPAN BERMASYARAKAT
Tujuan Ilmu Pengetahuan
Didalam ajaran islam diyakini bahwa tujuan ilmu pengetahuan adalah
untuk mencapai kesejahteraan dunia dan akhirat. Nabi Muhammad SAW.Pernah
berkata bahwa barang siapa menginginkan akhirat maka per mantap
ilmunya, dan barang siapa mengharapkan kekayaan didunia perdalam
ilmunya.
Ilmu
merupakan pengetahuan yang diperoleh melalui prosedur dan kaidah-kaidah ilmiah.
Paling tidak ada lima kaidah utama yang harus diikuti, yaitu menjunjung tinggi
objektivitas (universalisme); terbuka terhadap pendapat dan gagasan baru
(skeptisisme terorganisasi); tanpa kepentingan pribadi (pasang jarak); membagi
penemuan pada publik (komunalisme); dan menjunjung tinggi kejujuran/pantang
tidak jujur (kejujuran) (newman, 2000)
Pada masa lalu, keberadaan ilmu semata-mata dimaksudkan untuk makin
mengembangkan ilmu. Jadi, ilmu untuk ilmu. Ilmu sama sekali tidak terkait
dengan upaya memajukan masyarakat. Hal itu karena adanya pandangan bahwa taraf
hidup masyarakat sudah ditentukan oleh alam kodrat. Manusia tak mungkin sanggup
mengubah alam kodrat. Maka, ilmu hanya berupaya memahami manusia dan alam
(Melsen, 1985).
Tapi, kini pandangan terhadap ilmu telah mengalami perubahan sangat mendasar.
Ilmu tidak hanya bertujuan untuk mengembangkan ilmu. Ilmu juga bertujuan untuk
mengembangkan mutu kehidupan masyarakat dalam berbagai aspek.
Maka, kini ilmu memiliki dua tujuan sekaligus, yaitu memajukan ilmu dan ilmiah.
Selanjutnya, pemahaman ilmu tersebut dimanfaat untuk mengatasi berbagai masalah
yang dihadapi oleh masyarakat.
Pergeseran tujuan ilmu tersebut menyebabkan tumbuhnya dua macam ilmu,
yaitu ilmu teoritis dan ilmu praksis ( melsen, 1985 ). Ilmu toritis sering
disebut pula ilmu dasar ( basic science ) atau ilmu murni ( pure
science ) dan berfokus pada upaya pengembangan teori. Sedangkan ilmu
peraksis bisa disebut ilmu terapan ( applied science ) dan lebih
berfokus pada upaya penggunaan teori untuk memecahkan masalah-masalah
masyarakat.
Hal seperti itu terjadi dalam berbagai cabang ilmu, tak terkecuali sosiologi.
Kini, sosiologi bisa dibedakan menjadi dua macam. Yang pertama adalah sosiologi
yang bertujuan mengembangkan teori-teori sosiologi ( sociological theory ),
biasa disebut sosiologi dasar ( basic sociology )atau sosiologi (saja).
Yang kedua adalah sosiologi yang bertujuan untuk memecahkan masalah-masalah
kemasyarakatan. Sosiologi seperti ini biasa disebut sosiologi terapan (
applied sociology ) (Steele & Price, 2004).
Secara sederhana, perbedaan antara sosiologi dasar dan sosiologi terapan
terutamaterletak pada fokus, setatus teori sosiologi, dan metode kerja.
Perbedaan tersebut bisa dilijat pada tabel berikut ini.
Perbedaan sosiologi dasar dan sosiologi terapan
Aspek Pembeda
|
Sosiologi Dasar
|
Sosiologi Terapan
|
Fokus
|
Secara
langsung berupaya menguji atau mengembangkan teori
|
Memanfaatkan
teori sebagai alat untuk mengatasi masalah sosial
|
Status teori sosiologi
|
Merupakan
tujuan yang hendak dicapai
|
Merupakan
alat untuk mencapai tujuan
|
Metode kerja
|
Bertolak
dari teori untuk mengkritisi teori
|
Bertolak
dari masalah riil untuk mencari solusi
|
Dari tabel
di atas, tampak bahwa teori sosiologi memiliki posisi penting dalam sosiologi
dasar maupun sosiologi terapan. Bagi sosiologi dasar, teori sosiologi
diperlukan untuk mengembangkan lebih lanjut teori-teori sosiologi yang ada.
Sedangkan bagi sosiologi terapan, eori sosiologi diperlukan sebagai alat
untuk mencari solusi terhadap masalah-masalah sosial yang hendak dipecahkan.
Hal itu
menunjukkan bahwa antara sosiologi dasar dan sosiologi terapan saling erat.
Teori yang dihasilkan oleh sosiologi dasar menjadi sarana penting bagi
sosiologi terapan untuk memahami dan memecahkan masalah sosial. Sebaliknya,
hasil-hasil yang dicapaioleh sosiologi terapan menjadi bahan masukan penting
bagi sosiologi dasar untuk menguji atau mengembangkan lebih lanjut teori
sosiologi yang ada.
Sosiologi
terapan merupakan upaya menerapkan pengetahuan sosiologi ( sosiologi dasar /
sosiologi teoritis) dalam kehidupan bermasyarakat.
- 2. Mengenal Sosiologi Terapan
Istilah
“sosiologi terapan” meruoakan terjemahan dari beberapa istilah yang
berbeda-beda dalam bahasa inggris. Setidaknya ada tiga istilah yang biasa
digunakan untuk menunjuk pada sosiolgi terapan. Ketiga istilah itu meliputi sociological
practice, clinical sociology,dan applied sociology. Penggunaan keiga
istilah itu mengindikasikan bahwa sosiologi terapan merupakan cabang ilmu yang
relatif masih baru. Karena itu, belum ada kesepakatan mengenai isilah mana yang
tepat untuk digunakan. Penggunaan istilah applied sociology umumnya
lebih disarankan. Alasannya sederhana, karena sosiologi terapanada dasarnya
merupakan upaya penerapan ( aplying) sosiologi ( stele & price, dari
2004 ).
Apa
sosiologi terapan? Ada banyak definisi mengenai hal itu. Beberapa diantaranya
adalah sebagai berikut.
- Sosiologi terapan adalah pemanfaatan ilmu sosiologi dengan tujuan khusus pada penerapannya secara peraktis terhadap perilaku manusia dan organisasi. (Palmer & Lamm,1998 )
- Sosiologi terapan adalah setiap pemanfaatan perspektif sosiologis dan / atau alat dari padanya guna memahami, melakukan interfeksi atau meningkatkan kehidupan sosial manusia. ( Steele & Lutcofich, 1997 )
Sosiologi
terapan merupakan upaya pemanfaatan ilmu sosiologi untuk mencari dan solusi
atas masalah nyata masyarakat. Hal itu dilakukan dengan tiga tujuan sekaligus,
yaitu memahami kenyataan sosial, mencari solusi terhadap masalah sosial (
interfensi ), meningkatkan kehidupan sosial ( Steele & Price, 2004 ).
yaitu
teori fungsional – struktural, teori konflik sosial, dan teori interaksi –
simbolik. Ketiga teori tersebut bisa dimanfaatkan sendiri – sendiri maupun
bersama-bersama untuk
Ada kalanya
pandangan ketiga teori itu dianggap kurang mencukupi atau kurang sesuai untuk
memahami masalahd mencari solusinya.Jika terjadi demikian, maka perlu menyusu
teori sendiri. Yang dimaksud dengan menyusun teori disini sesungguhnya lebih
merupakan upaya mencari penjelasan rasional mengenai masalah konkret yang
sedang dihadapi ( Steele & Price, 2004 ) upaya tersebut dilakukan melalui
penelitian terapan. Sedikitnya ada tiga macam penilitian terapan yang biasa
digunakan, meliputi penelitian tindakan ( Action research),penelitian
dampak sosial ( Social impactassessment),dan penelitian evaluasi (
Evaluation research ) ( Newman, 2000 ).
Penelitian
tindakan adalah
penelitian terapan yang memperlakukan pengetahuan sebagai bentuk kekuasaan dan
mengaitkan antara penelitian dan tindakan sosial. Misalnya, penelitian yang
menfokuskan pada upaya pemberdayaan masyarakat. Penelitian dampak sosial
adalah penelitian terapan yang dilakukan untuk menilai sebuah rencana dan
membuat rencana atau kebijakan alternatif. Contoh, penelitian mengenai
perubahan pola pemukiman bila dibangun jalan tol. Sedangkan penelitian
evaluasi adalah penelitian terapan yang berusaha menjawab pertanyaan, “
apakah sebuah program berjalan sebagaimana diharapkan ? ” Contoh :penelitian
mengenai dampak peningkatan gaji terhadap produktifitas karyawan.
Penelitian
terapan mempunyai ciri-ciri antara lain, umumnya dilaksanakan atas permintaan
pihak tertentu; masalah penelitian cenderung “ sangat dibatasi ” oleh
permintaan pihak pemesan; batasan dan setandar mutunya ditentukan oleh
kemanfaatan hasil penelitian tersebut; perhatian utama lebih pada upaya untuk
mengatasi masalah; penelitian dianggap berhasil bila hasil penelitian bisa
mengatasi masalah.
Perkembangan
dalam sosiologi terapan kini telah menimbulkan spesialisasi sosiologi, seperti
misalnya sosiologi kesehatan dan sosiologi lingkungan. Sosiologi kesehatan
misalnya mempelajari dampak AIDS terhadap keluarga, teman, dan masyarakat.
Sedangkan sosiologi lingkungan misalnyan mempelajari mengenai masalah
lingkungan dalam masyaraka miskin ( schefer & Lamm,1998 ).
Bagi warga
masyarakat non-sosiolog, permanfaatan sosiologi/perspektif sosiologis dalam
kehidupan sehari-hari terutama bermanfaat untuk meningkatkan pemahaman mengenai
berbagai masalah dan kebijakan sosial. Sebagaimana kita ketahui, ada begitu
banyak masalah sosial dalam kehidupan kita. Demikian pula ada begitu banyak
kebijakan yang dibuat pemerintah untuk mengatasi berbagai masalah dalam
masyarakat Di sinilah sosiologi / prespektif sosiologis bisa menbantu kita
untuk memproleh pemahaman mengenai cara menangani masalah sosial tersebut.
Demikian pula, sosiologi / prespektif sosiologis memampukan untuk menilai
kebijakan pemerintah tersebut.
Dengan kata
lain, sosiologi/ perspektif sosiologis akan memungkinkan seseorang menjadi
warga masyarakat yang lebih mampu bersikap proaktif. Sebab, ia mampu memahami
secara rasional masalah-masalah sosial yang ada disekitarnya. Demikian pula, ia
mampu menyikapi secara kritis-rasional berbagai kebijakan pemerintah.
- 1. Masalah-masalah sosial
Apakah yang
dimaksud dengan masalah sosial ? masalah sosial (social problems )
adalah ketidaksesuaian antara unsur-unsur dalam kebudayaan atau masyarakat yang
membahayakan kehidupan kelompok sosial atau menghambat terpenuhinya
kebutuhan-kebutuhan pokok dari warga kelompok sosial tersebut, sehingga
menyebabkan rusaknya ikatan sosial ( Gillin & Gillin, dalam soekanto, 2002
).
Dalam sosiologi,
umumnya dikenal berbagai kriteria / ukuran sehingga sebuah keadaan bisa disebut
sebagai masalah sosial. Namun demikian, kriteria utama sebuah fenomena sosial
disebut sebagai masalah sosial adalah ketidaksesuaian antara ukuran nilai
sosial dengan tindakan-tindakan sosial. Artinya, ada kesenjangan antara apa
yang seharusnya terjadi ( Harapan ) dengan apa yang senyatanya terjadi (
kenyataan )( Merton & Nesbet, dalam Soekanto, 2002 ). Selain kriteria
tersebut, sebuah fenomena sosial disebut sebagai masalah sosial karena hal-hal
berikut.
- Masyarakat menganggap bahwa suatu gejala sosial merupakan masalah sosial.
- Banyak warga masyarakat yang menaruh perhatian terhadap fenomena sosial tersebut.
Meskipun
demikian, kedua kriteria tersebut sebenarnya bersifat relatif, sebab ada gejala
sosial yang menurut masyarakat bukan merupakan masalah sosial. Namun, burung
mengingat akibatnya, gejala tersebut sesungguhnya merupakan masalah sosial.
Contoh, sampai saat ini banyak warga masyarakat yang memahami bahwa penyakit
flu burung merupakan masalah sosial. Padahal, senyatanya penyakit tersebut
sangat membahayakan masyarakat, sehingga memerlukan kewaspadaan masyarakat.
Demikian pula, ada gejala sosial yang tidak mendapat perhatian warga
masyarakat, namun sesungguhnya meruoakan masalah sosial. misalnya, tingginyan
angka kematian penduduk akibat kecelakaan lalu lintas.
Itulah
sebabnyan dalam sosiologi dikenal istilah “ masalah sosial manifest
(Manifest social problems )dan “masalah sosial laten” (Latent
social problems).masalah sosial manifes adalah masalah sosial yang
nyata-nyata diakui oleh masyarakat sebagai masalah sosial. Sedangkan masalah
sosial laten adalah masalah sosial yang tidak diakui sebagai masalah sosial
oleh masyarakat.
C. FUNGSI
SOSIOLOGI DALAM PEMECAHAN MASALAH SOSIAL
Masalah
merupakan keadaan yang dianggap sebagai suatu kesulitan yang perlu
diselesaikan. Masalah muncul karena ada kesenjangan antara harapan dan
kenyataan. Masalah sosial yang ada di masyarakat berkaitan dengan
nilai-nilai dan lembaga kemasyarakatan. Disebut masalah sosial karena
dapat mengganggu keharmonisan di
masyarakat. Oleh karena itu masalah sosial harus ada pemecahan- nya agar
tercipta kestabilan dan keharmonisan di masyarakat.
Metode
pemecahan masalah sosial ada 3 (tiga):
1.Metode
antisipatif: tindakan yang sifatnya mencegah, serta mempersiapkan untuk sesuatu
yang mungkin terjadi.
2.Metode
Represif: tindakan agar membuat jera pelaku pelanggaran.
3.Metode
Restitusif: tindakan yang berupa pemberian penghargaan/reward kepada
seseorang yang menaati hukum.
Beberapa
gejala sosial yang dianggap sebagai masalah sosial:
1.Kemiskinan
2.Kesenjangan
sosial
3.Masalah
kependudukan
4.Disorganisasi
keluarga
5.Kenakalan
remaja
6.Masalah
lingkungan sekitar
- 2. Memanfaatkan sosiologi
Di atas
sudah dinyatakan bahwa sosiologi / perspektif sosiologis bermanfaat untuk
memahami dan mencari solusi atas masalah sosial. Untuk itu, dalam bagian ini
akan ditunjukkan bagaimana memanfaatkan sosiologi / perspektif sosiologis untuk
memahami masalah sosial. Di sini akan dipilih masalah kemiskinan. Alasannya,
karena kemiskinan merupakan masalah sosial yang saat ini paling menonjol di
indonesia.
Mengapa
terjadi masalah kemiskinan ? menurut perspektif sosiologis, hal itu bisa
dipahami berdasarkan teori. Menurut teori fungsional-struktural,setidaknya
ada dua sebab terjadinya kemiskinan. Pertama, seseorang menjadi miskin karena
ia gagal menyesuaikan diri dengan struktur sosial yang ada. Ia dipandang tidak
menjalankan fungsinya secara baik, yaitu tidak bekerja secara optimal. Dengan
kata lain, seseorang miskin karena ia malas bekerja. Kedua, seseorang miskin
karena nilai-nilai kehidupan yang dianutnya tidak mendukungnya untuk menjadi
pekerja keras. Dengan demikian, menurut teori fungsional-struktural, seseorang
menjadi iskin karena kesalahan orang itu sendiri.
Sementara
itu, menurut teori konflik sosial, seseorag itu miskin bukan karena ia
tidak menyesuaokan diri dengan struktur sosial yang ada. Juga bukan karena ia
tidak memiliki nilai-nilai yang mendukungnya seoarang pekerja keras. Melainkan,
seseoarang menjadi miskin karena struktur sosial yang ada tidak adil. Jadi,
seseorang miskin karena struktur sosial mengondisikan demikian.
Manakah yang
benar diantara kedua perspektif tersebut? Kedua-duanya benar. Sebab, tidak ada
gejala sosial yang disebabkan oleh faktor tunggal. Berdasarkan kedua perspektif
sosiologis itu orang bisa melakukan analisis lebih lanjut untuk menemukan
faktor-faktor yang lebih konkret yang memungkinkan terjadinya kemiskinan. Dalam
hal ini, orang perlu mengidentifikasi lebih lanjut faktor-faktor dalam diri
seseorang yang bisa menyebabkan terjadinya kemiskinan.
D. Fungsi Sosiologi Dalam Hidup
Bermasyarakat
Menurut
Aristoteles, manusia pada kodratnya adalah makhluk sosial. Dia
tidak akan memperoleh keutamaan dan menjadi baik jika dia tidak mempunyai teman
dan terasing dari masyarakatnya. Menurutnya, manusia harus hidup dalam
masyarakat.
Istilah ‘sosiologi’
pertama kali digunakan oleh Auguste Comte (1798-1857). Comte
menyatakan bahwa sosiologi adalah ilmu tentang gejala sosial yang tunduk pada
hukum alam dan tidak berubah-ubah.
Pitirim A.
Sorokin menyatakan
bahwa sosiologi mempelajari hubungan dan pengaruh timbal balik antara aneka
macam gejala-gejala sosial. Misalnya, antara gejala ekonomi dan agama,
keluarga dan moral, hukum dan ekonomi, serta masyara- kat dan politik.
žAuguste
Comte, filsuf Prancis, melihat perubahan-perubahan dalam masyarakat
tidak hanya positif, tetapi juga negatif, misalnya konflik dalam
masyarakat
E. ASAL USUL
ISTILAH SOSIOLOGI
Istilah
sosiologi berasal dari bahasa Latin dan Yunani.
Asal katanya
adalah socius dan logos.
Socius (bahasa Latin) berarti kawan tetapi
dalam arti luas masyarakat.
Logos (bahasa Yunani) berarti kata atau
berbicara
Dengan
demikian, ilmu sosiologi berarti ilmu yang mempelajari tentang
masyarakat.
OBYEK
SOSIOLOGI : MASYARAKAT
Dalam
mempelajari masyarakat sebagai objek kajian, sosiologi memfokuskan studinya
pada hal-hal berikut.
- hubungan timbal balik antara manusia satu dan manusia lainnya;
- hubungan antara individu dan kelompok;
- hubungan antara kelompok yang satu dan kelompok lainnya; dan
- proses yang timbul dari hubungan-hubungan tersebut dalam masyarakat.
Ciri-ciri
sosiologi sebagai ilmu pengetahuan
- Sosiologi bersifat empiris. Sosiologi tidak spekulatif dan hanya menggunakan akal sehat.
- Sosiologi bersifat teoretis. Sosiologi berusaha menyusun abstraksi dari hasil-hasil observasi.
- Sosiologi bersifat kumulatif. Teori-teori sosiologi dibentuk berdasarkan teori-teori yang telah ada sebelumnya dalam arti memperbaiki, memperluas, dan memperhalus teori-teori lama.
- Sosiologi bersifat nonetis. Sosiologi tidak mencari baik buruk suatu fakta, tetapi menjelaskan fakta-fakta tersebut secara analitis. Itulah sebabnya para sosiolog tidak bertugas untuk mengomentari dan menilai baik buruknya tingkah laku sosial suatu masyarakat.
F. FUNGSI SOSIOLOGI DALAM PERENCANAAN SOSIAL
Perencanaan
sosial merupakan kegiatan untuk mempersiapkan masa depan individu di masyarakat
Tujuan:
mengatasi kemungkinan munculnya masalah-masalah saat terjadinya perubahan
Perencanaan
sosial bersifat antisipatif, maksudnya: bersifat mencegah, mempersiapkan untuk
sesuatu yang mungkin terjadi.
Syarat
Perencanaan sosial yang efektif:
1.Adanya
unsur modern dalam masyarakat yang mencakup suatu sistem ekonomi
2.Adanya
sistem pengumpulan keterangan dan analisis yang baik
3.Adanya
sikap baik terhadap usaha-usaha perencana-an sosial
4.Adanya
pimpinan ekonomis dan politik yang progresif
(Ogburn dan
Nimkoff)
Fungsi
Sosiologi dalam Perencanaan Sosial:
1.Perencanaan
sosial merupakan alat untuk mengetahui perubahan yang terjadi di masyarakat
2.Perencanaan
disusun atas dasar kenyataan yang faktual
3.Perencanaan
sosial digunakan untuk mengantisipasi berbagai masalah yang timbul di masyarakat
4.Perencanaan
sosial sebagai alat untuk mengetahui perkembangan
masyarakat, sehingga dapat meng- himpun kekuatan sosial di
masyarakat
5.Sosiologi
memahami perkembangan masyarakat , baik desa maupun kota, sehingga proses
penyusunan perencanaan sosial dapat dilakukan.
G. FUNGSI
SOSIOLOGI DALAM PENELITIAN
Penelitian:
suatu usaha untuk meningkatkan ilmu
Dalam
sosiologi, penelitian berguna untuk memberikan gambaran mengenai kehidupan
masyarakat.
Kegiatan
penelitian dalam sosiologi, biasanya mengkaji berbagai gejala yang ada di
masyarakat.
Dengan
penelitian, akan diperoleh suatu rencana penyelesaian masalah sosial yang baik.
Dari data
yang dihasilkan dari penelitian sosiologis, pengambil keputusan dapat menyusun
rencana penyelesaian suatu masalah sosial, seperti cara untuk
mencegah kenakalan remaja dan mengatasi masalah pengangguran, maupun
meningkatkan rasa solidaritas antarwarga yang semakin memudar.
Fungsi
Sosiologi dalam penelitian sosial:
1.Untuk
mempertimbangkan berbagai gejala sosial yang timbul dalam kehidupan masyarakat
2.Untuk
memahami pola tingkah laku manusia di masyarakat
3.Untuk
bersikap hati-hati dan selalu berpikir rasional
4.Untuk
dapat melihat perubahan tingkah laku anggota masyarakat
5.Untuk
dapat memahami simbol, kode, dan berbagai istilah yang menjadi obyek
penelitian.
Jenis-jenis
penelitian dalam sosiologi
1.Penelitian
Murni
Memiliki
tujuan untuk mengembangkan ilmu pengetahuan secara teoritis
Kelebihan:
dapat dijadikan sebagai dasar kebijakan dalam memecahkan masalah
Kelemahan:
penelitian ini membutuhkan waktu yang trelatif lama dan biaya yang banyak
2.
Penelitian yang Terpusat Pada Masalah
Sosiologi
sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari fenomena sosial, perlu
melakukan penelitian untuk memahami fenomena tersebut.
Penelitian sosial
yang dilakukan dapat memberi solusi untuk memecahkan masalah yang ada di
masyarakat.
Penelitian
ini bertujuan untuk memecahkan masalah yang timbul dalam
perkembangan teori.
3.
Penelitian Terapan
Penelitian
ini bertujuan untuk memecahkan masalah yang dihadapi masyarakat
Penelitian
ini membutuhkan waktu lama, bersifat praktis, dan dapat digunakan dalam jangka
waktu pendek.
H. FUNGSI
SOSIOLOGI DALAM PEMBANGUNAN
Pembangunan
adalah perubahan yang dilakukan dengan terencana dan terarah.
Proses
pembangunan bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat, baik
secara spiritual maupun material.
Dalam
pembangunan, Sosiologi berfungsi untuk memberikan data sosial yang diperlukan
pada tahap perencanaan, pelaksanaan, maupun penilaian pembangunan.
Tahap-tahap
dalam Pembangunan:
1.Tahap
Perencanaan
Untuk
mengidentifikasi kebutuhan masyarakat, sehingga memerlukan data-data yang
relatif lengkap, yang meliputi:
a. Pola
interaksi sosial
Interaksi
sosial: hubungan timbal balik antara individu dengan individu lain, antara
individu dengan kelompok, dan antara kelompok dengan kelompok lain.
b. Kelompok
sosial
Kelompok
sosial: merupakan kesatuan orang-orang yang saling berinteraksi dan memiliki
kesadaran dalam satu ikatan.
c. Lembaga
sosial
Lembaga
sosial: sekumpulan norma yang berfungsi untuk melaksanakan aktivitas
masyarakat, dalam rangka memenuhi kebutuhan yang bersifat khusus. Ada 5
lembaga sosial utama dalam masyarakat:
- Lembaga keluarga
- Lembaga pendidikan
- Lembaga ekonomi
- Lembaga politik
- Lembaga agama
Fungsi
lembaga sosial adalah :
- Menjaga keutuhan masyarakat
- Menjadi pedoman sistem pengendalian sosial
- Menjadi pedoman dalam bertingkah laku untuk menghadapi masalah sosial
d. Stratifikasi
sosial
Stratifikasi
sosial adalah pembagian kelompok sosial dalam susunan yang bertingkat-tingkat.
2.Tahap
Pelaksanaan
Pada tahap
pelaksanaan perlu diadakan pengawasan terhadap kekuatan sosial dan perubahan
sosial di masyarakat. Caranya adalah dengan mengadakan penelitian terhadap pola
kekuasaan dan wewenang yang ada di masyarakat dan melakukan pengamatan
terhadap perubahan yang terjadi.
3.Tahap
Evaluasi
Dalam tahap
ini, dilakukan analisis dampak sosial pembangunan. Keberhasilan
pembangunan hanya dapat dinilai melalui evaluasi. Dalam tahap ini juga
dapat diidentifikasikan terjadinya kekurangan dan kemunduran. Melalui
evaluasi dapat dilakukan perbaikan, penambahan, dan peningkatan ke arah yang
lebih baik.
No comments:
Post a Comment