Friday, December 16, 2016

SOSIOLOGI DAN KEHIDUPAN BERMASYARAKAT |pembelajaransosiologi

SOSIOLOGI DAN KEHIDUPAN BERMASYARAKAT
A.      ILMU DALAM KEHIDUPAN BERMASYARAKAT     
Tujuan Ilmu Pengetahuan
       Didalam  ajaran islam diyakini bahwa tujuan ilmu pengetahuan adalah untuk mencapai kesejahteraan dunia dan akhirat. Nabi Muhammad SAW.Pernah berkata bahwa barang siapa menginginkan akhirat maka per mantap ilmunya, dan barang siapa mengharapkan kekayaan didunia perdalam ilmunya.
       Ilmu merupakan pengetahuan yang diperoleh melalui prosedur dan kaidah-kaidah ilmiah. Paling tidak ada lima kaidah utama yang harus diikuti, yaitu menjunjung tinggi objektivitas (universalisme); terbuka terhadap pendapat dan gagasan baru (skeptisisme terorganisasi); tanpa kepentingan pribadi (pasang jarak); membagi penemuan pada publik (komunalisme); dan menjunjung tinggi kejujuran/pantang tidak jujur (kejujuran) (newman, 2000)
            Pada masa lalu, keberadaan ilmu semata-mata dimaksudkan untuk makin mengembangkan ilmu. Jadi, ilmu untuk ilmu. Ilmu sama sekali tidak terkait dengan upaya memajukan masyarakat. Hal itu karena adanya pandangan bahwa taraf hidup masyarakat sudah ditentukan oleh alam kodrat. Manusia tak mungkin sanggup mengubah alam kodrat. Maka, ilmu hanya berupaya memahami manusia dan alam (Melsen, 1985).
           Tapi, kini pandangan terhadap ilmu telah mengalami perubahan sangat mendasar. Ilmu tidak hanya bertujuan untuk mengembangkan ilmu. Ilmu juga bertujuan untuk mengembangkan mutu kehidupan masyarakat dalam berbagai aspek.
           Maka, kini ilmu memiliki dua tujuan sekaligus, yaitu memajukan ilmu dan ilmiah. Selanjutnya, pemahaman ilmu tersebut dimanfaat untuk mengatasi berbagai masalah yang dihadapi oleh masyarakat.
           Pergeseran tujuan ilmu tersebut  menyebabkan tumbuhnya dua macam ilmu, yaitu ilmu teoritis dan ilmu praksis ( melsen, 1985 ). Ilmu toritis sering disebut pula ilmu dasar ( basic science ) atau ilmu murni  ( pure science ) dan berfokus pada upaya pengembangan teori. Sedangkan ilmu peraksis bisa disebut ilmu terapan ( applied science ) dan lebih berfokus pada upaya penggunaan teori untuk memecahkan masalah-masalah masyarakat.
           Hal seperti itu terjadi dalam berbagai cabang ilmu, tak terkecuali sosiologi. Kini, sosiologi bisa dibedakan menjadi dua macam. Yang pertama adalah sosiologi yang bertujuan mengembangkan teori-teori sosiologi ( sociological theory ), biasa disebut sosiologi dasar ( basic sociology )atau sosiologi (saja). Yang kedua adalah sosiologi yang bertujuan untuk memecahkan masalah-masalah kemasyarakatan. Sosiologi seperti ini biasa disebut sosiologi terapan ( applied sociology ) (Steele & Price, 2004).
           Secara sederhana, perbedaan antara sosiologi dasar dan sosiologi terapan terutamaterletak pada fokus, setatus teori sosiologi, dan metode kerja. Perbedaan tersebut bisa dilijat pada tabel berikut ini.
            Perbedaan sosiologi dasar dan sosiologi terapan 
Aspek Pembeda
Sosiologi Dasar
Sosiologi Terapan
Fokus
Secara langsung berupaya menguji atau mengembangkan teori
Memanfaatkan teori sebagai alat untuk mengatasi masalah sosial
Status teori sosiologi
Merupakan tujuan yang hendak dicapai
Merupakan alat untuk mencapai tujuan
Metode kerja
Bertolak dari teori untuk mengkritisi teori
Bertolak dari masalah riil untuk mencari solusi
Dari tabel di atas, tampak bahwa teori sosiologi memiliki posisi penting dalam sosiologi dasar maupun sosiologi terapan. Bagi sosiologi dasar, teori sosiologi diperlukan untuk mengembangkan lebih lanjut teori-teori sosiologi yang ada. Sedangkan bagi sosiologi terapan, eori sosiologi diperlukan  sebagai alat untuk mencari solusi terhadap masalah-masalah sosial yang hendak dipecahkan.
Hal itu menunjukkan bahwa antara sosiologi dasar dan sosiologi terapan saling erat. Teori yang dihasilkan oleh sosiologi dasar menjadi sarana penting bagi sosiologi terapan untuk memahami dan memecahkan masalah sosial. Sebaliknya, hasil-hasil yang dicapaioleh sosiologi terapan menjadi bahan masukan penting bagi sosiologi dasar untuk menguji atau mengembangkan lebih lanjut teori sosiologi yang ada.
Sosiologi terapan merupakan upaya menerapkan pengetahuan sosiologi ( sosiologi dasar / sosiologi teoritis) dalam kehidupan bermasyarakat.
  1. 2.      Mengenal Sosiologi Terapan
Istilah “sosiologi terapan” meruoakan terjemahan dari beberapa istilah yang berbeda-beda dalam bahasa inggris. Setidaknya ada tiga istilah yang biasa digunakan untuk menunjuk pada sosiolgi terapan. Ketiga istilah itu meliputi sociological practice, clinical sociology,dan applied sociology. Penggunaan keiga istilah itu mengindikasikan bahwa sosiologi terapan merupakan cabang ilmu yang relatif masih baru. Karena itu, belum ada kesepakatan mengenai isilah mana yang tepat untuk digunakan. Penggunaan istilah applied sociology  umumnya lebih disarankan. Alasannya sederhana, karena sosiologi terapanada dasarnya merupakan upaya penerapan ( aplying) sosiologi ( stele & price, dari 2004 ). 
Apa sosiologi terapan? Ada banyak definisi mengenai hal itu. Beberapa diantaranya adalah sebagai berikut.
  •  Sosiologi terapan adalah pemanfaatan ilmu sosiologi dengan tujuan khusus pada penerapannya secara peraktis terhadap perilaku manusia dan organisasi. (Palmer & Lamm,1998 )
  • Sosiologi terapan adalah setiap pemanfaatan perspektif sosiologis dan / atau alat dari padanya guna memahami, melakukan interfeksi atau meningkatkan kehidupan sosial manusia. ( Steele & Lutcofich, 1997 )
Sosiologi terapan merupakan upaya pemanfaatan ilmu sosiologi untuk mencari dan solusi atas masalah nyata masyarakat. Hal itu dilakukan dengan tiga tujuan sekaligus, yaitu memahami kenyataan sosial, mencari solusi terhadap masalah sosial ( interfensi ),  meningkatkan kehidupan sosial ( Steele & Price, 2004 ).
 yaitu teori fungsional – struktural, teori konflik sosial, dan teori interaksi – simbolik. Ketiga teori tersebut bisa dimanfaatkan sendiri – sendiri maupun bersama-bersama untuk
Ada kalanya pandangan ketiga teori itu dianggap kurang mencukupi atau kurang sesuai untuk memahami masalahd mencari solusinya.Jika terjadi demikian, maka perlu menyusu teori sendiri. Yang dimaksud dengan menyusun teori disini sesungguhnya lebih merupakan upaya mencari penjelasan rasional mengenai masalah konkret yang sedang dihadapi ( Steele & Price, 2004 ) upaya tersebut dilakukan melalui penelitian terapan. Sedikitnya ada tiga macam penilitian terapan yang biasa digunakan, meliputi penelitian tindakan ( Action research),penelitian dampak sosial ( Social impactassessment),dan penelitian evaluasi ( Evaluation research ) ( Newman, 2000 ).
Penelitian tindakan adalah penelitian terapan yang memperlakukan pengetahuan sebagai bentuk kekuasaan dan mengaitkan antara penelitian dan tindakan sosial. Misalnya, penelitian yang menfokuskan pada upaya pemberdayaan masyarakat. Penelitian dampak sosial adalah penelitian terapan yang dilakukan untuk menilai sebuah rencana dan membuat rencana atau kebijakan alternatif. Contoh, penelitian mengenai perubahan pola pemukiman  bila dibangun jalan tol. Sedangkan penelitian evaluasi adalah penelitian terapan yang berusaha menjawab pertanyaan, “ apakah sebuah program berjalan sebagaimana diharapkan ? ” Contoh :penelitian mengenai dampak peningkatan gaji terhadap produktifitas karyawan.
Penelitian terapan mempunyai ciri-ciri antara lain, umumnya dilaksanakan atas permintaan pihak tertentu; masalah penelitian cenderung “ sangat dibatasi ” oleh permintaan pihak pemesan; batasan dan setandar mutunya ditentukan oleh kemanfaatan hasil penelitian tersebut; perhatian utama lebih pada upaya untuk mengatasi masalah; penelitian dianggap berhasil bila hasil penelitian bisa mengatasi masalah.
Perkembangan dalam sosiologi terapan kini telah menimbulkan spesialisasi sosiologi, seperti misalnya sosiologi kesehatan dan sosiologi lingkungan. Sosiologi kesehatan misalnya mempelajari dampak AIDS terhadap keluarga, teman, dan masyarakat. Sedangkan sosiologi lingkungan misalnyan mempelajari mengenai masalah lingkungan dalam masyaraka miskin ( schefer & Lamm,1998 ).
Bagi warga masyarakat non-sosiolog, permanfaatan sosiologi/perspektif sosiologis dalam kehidupan sehari-hari terutama bermanfaat untuk meningkatkan pemahaman mengenai berbagai masalah dan kebijakan sosial. Sebagaimana kita ketahui, ada begitu banyak masalah sosial dalam kehidupan kita. Demikian pula ada begitu banyak kebijakan yang dibuat pemerintah untuk mengatasi berbagai masalah dalam masyarakat Di sinilah sosiologi / prespektif sosiologis bisa menbantu kita untuk memproleh pemahaman mengenai cara menangani masalah sosial tersebut. Demikian pula, sosiologi / prespektif sosiologis memampukan untuk menilai kebijakan pemerintah tersebut.
Dengan kata lain, sosiologi/ perspektif sosiologis akan memungkinkan seseorang menjadi warga masyarakat yang lebih mampu bersikap proaktif. Sebab, ia mampu memahami secara rasional masalah-masalah sosial yang ada disekitarnya. Demikian pula, ia mampu menyikapi secara kritis-rasional berbagai kebijakan pemerintah.
B.       SOSIOLOGI DAN MASALAH-MASALAH SOSIAL
    1. 1.      Masalah-masalah sosial
Apakah yang dimaksud dengan masalah sosial ? masalah sosial (social problems ) adalah ketidaksesuaian antara unsur-unsur dalam kebudayaan atau masyarakat yang membahayakan kehidupan kelompok sosial atau menghambat terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan pokok dari warga kelompok sosial tersebut, sehingga menyebabkan rusaknya ikatan sosial ( Gillin & Gillin, dalam soekanto, 2002 ).
Dalam sosiologi, umumnya dikenal berbagai kriteria / ukuran sehingga sebuah keadaan bisa disebut sebagai masalah sosial. Namun demikian, kriteria utama sebuah fenomena sosial disebut sebagai masalah sosial adalah ketidaksesuaian antara ukuran nilai sosial dengan tindakan-tindakan sosial. Artinya, ada kesenjangan antara apa yang seharusnya terjadi ( Harapan ) dengan apa yang senyatanya terjadi ( kenyataan )( Merton & Nesbet, dalam Soekanto, 2002 ). Selain kriteria tersebut, sebuah fenomena sosial disebut sebagai masalah sosial karena hal-hal berikut.
  1. Masyarakat menganggap bahwa suatu gejala sosial merupakan masalah sosial.
  2. Banyak warga masyarakat yang menaruh perhatian terhadap fenomena sosial tersebut.  
Meskipun demikian, kedua kriteria tersebut sebenarnya bersifat relatif, sebab ada gejala sosial yang menurut masyarakat bukan merupakan masalah sosial. Namun, burung mengingat akibatnya, gejala tersebut sesungguhnya merupakan masalah sosial. Contoh, sampai saat ini banyak warga masyarakat yang memahami bahwa penyakit flu burung merupakan masalah sosial. Padahal, senyatanya penyakit tersebut sangat membahayakan masyarakat, sehingga memerlukan kewaspadaan masyarakat. Demikian pula, ada gejala sosial yang tidak mendapat perhatian warga masyarakat, namun sesungguhnya meruoakan masalah sosial. misalnya, tingginyan angka kematian penduduk akibat kecelakaan lalu lintas.
Itulah sebabnyan dalam sosiologi dikenal istilah “ masalah sosial manifest (Manifest social problems )dan “masalah sosial laten” (Latent social problems).masalah sosial manifes adalah masalah sosial yang nyata-nyata diakui oleh masyarakat sebagai masalah sosial. Sedangkan masalah sosial laten adalah masalah sosial yang tidak diakui sebagai masalah sosial oleh masyarakat.
C. FUNGSI SOSIOLOGI DALAM PEMECAHAN MASALAH SOSIAL
Masalah merupakan keadaan yang dianggap sebagai  suatu kesulitan yang perlu diselesaikan. Masalah muncul karena ada kesenjangan antara harapan dan kenyataan. Masalah sosial yang ada di masyarakat berkaitan dengan nilai-nilai dan lembaga kemasyarakatan. Disebut masalah sosial karena dapat mengganggu       keharmonisan di masyarakat. Oleh karena itu masalah sosial harus ada pemecahan- nya agar tercipta kestabilan dan keharmonisan di masyarakat.
Metode pemecahan masalah sosial ada 3 (tiga):
1.Metode antisipatif: tindakan yang sifatnya mencegah, serta mempersiapkan untuk sesuatu yang mungkin terjadi.
2.Metode Represif: tindakan agar membuat jera pelaku pelanggaran.
3.Metode Restitusif: tindakan yang berupa pemberian   penghargaan/reward kepada seseorang yang menaati hukum.
Beberapa gejala sosial yang dianggap sebagai masalah sosial:
1.Kemiskinan
2.Kesenjangan sosial
3.Masalah kependudukan
4.Disorganisasi keluarga
5.Kenakalan remaja
6.Masalah lingkungan sekitar
  1. 2.      Memanfaatkan sosiologi
Di atas sudah dinyatakan bahwa sosiologi / perspektif sosiologis bermanfaat untuk memahami dan mencari solusi atas masalah sosial. Untuk itu, dalam bagian ini akan ditunjukkan bagaimana memanfaatkan sosiologi / perspektif sosiologis untuk memahami masalah sosial. Di sini akan dipilih masalah kemiskinan. Alasannya, karena kemiskinan merupakan masalah sosial yang saat ini paling menonjol di indonesia.
Mengapa terjadi masalah kemiskinan ? menurut perspektif sosiologis, hal itu bisa dipahami berdasarkan teori. Menurut teori fungsional-struktural,setidaknya ada dua sebab terjadinya kemiskinan. Pertama, seseorang menjadi miskin karena ia gagal menyesuaikan diri dengan struktur sosial yang ada. Ia dipandang tidak menjalankan fungsinya secara baik, yaitu tidak bekerja secara optimal. Dengan kata lain, seseorang miskin karena ia malas bekerja. Kedua, seseorang miskin karena nilai-nilai kehidupan yang dianutnya tidak mendukungnya untuk menjadi pekerja keras. Dengan demikian, menurut teori fungsional-struktural, seseorang menjadi iskin karena kesalahan orang itu sendiri.
Sementara itu, menurut teori konflik sosial, seseorag itu miskin bukan karena ia tidak menyesuaokan diri dengan struktur sosial yang ada. Juga bukan karena ia tidak memiliki nilai-nilai yang mendukungnya seoarang pekerja keras. Melainkan, seseoarang menjadi miskin karena struktur sosial yang ada tidak adil. Jadi, seseorang miskin karena struktur sosial mengondisikan demikian.
Manakah yang benar diantara kedua perspektif tersebut? Kedua-duanya benar. Sebab, tidak ada gejala sosial yang disebabkan oleh faktor tunggal. Berdasarkan kedua perspektif sosiologis itu orang bisa melakukan analisis lebih lanjut untuk menemukan faktor-faktor yang lebih konkret yang memungkinkan terjadinya kemiskinan. Dalam hal ini, orang perlu mengidentifikasi lebih lanjut faktor-faktor dalam diri seseorang yang bisa menyebabkan terjadinya kemiskinan.
D. Fungsi Sosiologi Dalam Hidup Bermasyarakat
Menurut Aristoteles, manusia pada kodratnya adalah makhluk sosial.  Dia tidak akan memperoleh keutamaan dan menjadi baik jika dia tidak mempunyai teman dan terasing dari masyarakatnya. Menurutnya, manusia harus hidup dalam masyarakat.
Istilah ‘sosiologi’ pertama kali digunakan oleh   Auguste Comte (1798-1857). Comte menyatakan bahwa sosiologi adalah ilmu tentang gejala sosial yang tunduk pada hukum alam dan tidak berubah-ubah.
Pitirim A. Sorokin menyatakan bahwa sosiologi mempelajari hubungan dan pengaruh timbal balik antara aneka macam  gejala-gejala sosial. Misalnya, antara gejala ekonomi dan agama, keluarga dan moral, hukum dan ekonomi, serta masyara-  kat dan politik.
žAuguste Comte, filsuf Prancis, melihat perubahan-perubahan dalam masyarakat tidak hanya positif, tetapi juga negatif, misalnya konflik dalam masyarakat
E. ASAL USUL ISTILAH SOSIOLOGI
Istilah sosiologi berasal dari bahasa Latin dan Yunani.
Asal katanya adalah socius dan logos.
Socius (bahasa Latin) berarti kawan tetapi dalam arti luas masyarakat.
Logos (bahasa Yunani) berarti kata atau berbicara
Dengan demikian, ilmu sosiologi berarti ilmu  yang mempelajari tentang masyarakat.
OBYEK SOSIOLOGI : MASYARAKAT
Dalam mempelajari masyarakat sebagai objek kajian, sosiologi memfokuskan studinya pada hal-hal berikut.
  1. hubungan timbal balik antara manusia satu dan manusia lainnya;
  2. hubungan antara individu dan kelompok;
  3. hubungan antara kelompok yang satu dan kelompok lainnya; dan
  4. proses yang timbul dari hubungan-hubungan tersebut dalam masyarakat.
Ciri-ciri sosiologi sebagai ilmu pengetahuan
  1. Sosiologi bersifat empiris. Sosiologi tidak spekulatif dan hanya menggunakan akal sehat.
  2. Sosiologi bersifat teoretis. Sosiologi berusaha menyusun abstraksi dari hasil-hasil observasi.
  3. Sosiologi bersifat kumulatif. Teori-teori sosiologi dibentuk berdasarkan teori-teori yang telah ada sebelumnya dalam arti memperbaiki, memperluas, dan memperhalus teori-teori lama.
  4. Sosiologi bersifat nonetis. Sosiologi tidak mencari baik buruk suatu fakta, tetapi menjelaskan fakta-fakta tersebut secara analitis. Itulah sebabnya para sosiolog tidak bertugas untuk mengomentari dan menilai baik buruknya tingkah    laku sosial suatu masyarakat.
F.  FUNGSI SOSIOLOGI DALAM PERENCANAAN SOSIAL
Perencanaan sosial merupakan kegiatan untuk mempersiapkan masa depan individu di masyarakat
Tujuan: mengatasi kemungkinan munculnya masalah-masalah saat terjadinya perubahan
Perencanaan sosial bersifat antisipatif, maksudnya: bersifat mencegah, mempersiapkan untuk sesuatu yang mungkin terjadi.
Syarat Perencanaan sosial yang efektif:
1.Adanya unsur modern dalam masyarakat yang mencakup suatu sistem ekonomi
2.Adanya sistem pengumpulan keterangan dan analisis yang baik
3.Adanya sikap baik terhadap usaha-usaha perencana-an sosial
4.Adanya pimpinan ekonomis dan politik yang progresif
(Ogburn dan Nimkoff)
Fungsi Sosiologi dalam Perencanaan Sosial:
1.Perencanaan sosial merupakan alat untuk mengetahui perubahan yang terjadi di masyarakat
2.Perencanaan disusun atas dasar kenyataan yang faktual
3.Perencanaan sosial digunakan untuk mengantisipasi berbagai masalah yang timbul di masyarakat
4.Perencanaan sosial sebagai alat untuk mengetahui     perkembangan masyarakat, sehingga dapat meng-   himpun kekuatan sosial di masyarakat
5.Sosiologi memahami perkembangan masyarakat , baik desa maupun kota, sehingga proses penyusunan perencanaan sosial dapat dilakukan.
G. FUNGSI SOSIOLOGI DALAM PENELITIAN
Penelitian: suatu usaha untuk meningkatkan ilmu
Dalam sosiologi, penelitian berguna untuk memberikan gambaran mengenai kehidupan masyarakat.
Kegiatan penelitian dalam sosiologi, biasanya mengkaji berbagai gejala yang ada di masyarakat.
Dengan penelitian, akan diperoleh suatu rencana penyelesaian masalah sosial yang baik.
Dari data yang dihasilkan dari penelitian sosiologis, pengambil keputusan dapat menyusun rencana penyelesaian  suatu masalah sosial, seperti cara untuk  mencegah kenakalan remaja dan mengatasi masalah pengangguran, maupun meningkatkan rasa solidaritas antarwarga yang semakin memudar.
Fungsi Sosiologi dalam penelitian sosial:
1.Untuk mempertimbangkan berbagai gejala sosial yang timbul dalam kehidupan masyarakat
2.Untuk memahami pola tingkah laku manusia di masyarakat
3.Untuk bersikap hati-hati dan selalu berpikir rasional
4.Untuk dapat melihat perubahan tingkah laku anggota masyarakat
5.Untuk dapat memahami simbol, kode, dan berbagai  istilah yang menjadi obyek penelitian.
Jenis-jenis penelitian dalam sosiologi
1.Penelitian Murni
Memiliki tujuan untuk mengembangkan ilmu pengetahuan secara teoritis
Kelebihan: dapat dijadikan sebagai dasar kebijakan dalam memecahkan masalah
Kelemahan: penelitian ini membutuhkan waktu yang trelatif lama dan biaya yang banyak
2. Penelitian yang Terpusat Pada Masalah
Sosiologi sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari  fenomena sosial, perlu melakukan penelitian untuk     memahami fenomena tersebut.
Penelitian sosial yang dilakukan dapat memberi solusi untuk memecahkan masalah yang ada di masyarakat.
Penelitian ini bertujuan untuk memecahkan masalah   yang timbul dalam perkembangan teori.
3. Penelitian Terapan
Penelitian ini bertujuan untuk memecahkan masalah yang dihadapi masyarakat
Penelitian ini membutuhkan waktu lama, bersifat praktis, dan dapat digunakan dalam jangka waktu pendek.
H. FUNGSI SOSIOLOGI DALAM PEMBANGUNAN
Pembangunan adalah perubahan yang dilakukan dengan terencana dan terarah.
Proses pembangunan bertujuan untuk meningkatkan  taraf hidup masyarakat, baik secara spiritual maupun material.
Dalam pembangunan, Sosiologi berfungsi untuk memberikan data sosial yang diperlukan pada tahap  perencanaan, pelaksanaan, maupun penilaian pembangunan.
Tahap-tahap dalam Pembangunan:
1.Tahap Perencanaan
Untuk mengidentifikasi kebutuhan masyarakat, sehingga memerlukan data-data yang relatif lengkap, yang meliputi:
a. Pola interaksi sosial
Interaksi sosial: hubungan timbal balik antara individu dengan individu lain, antara individu dengan kelompok, dan antara kelompok dengan kelompok lain.
b. Kelompok sosial
Kelompok sosial: merupakan kesatuan orang-orang yang saling berinteraksi dan memiliki kesadaran dalam satu ikatan.
c. Lembaga sosial
Lembaga sosial: sekumpulan norma yang berfungsi untuk melaksanakan aktivitas masyarakat, dalam rangka memenuhi kebutuhan yang bersifat khusus. Ada 5 lembaga sosial utama dalam masyarakat:
  • Lembaga keluarga
  • Lembaga pendidikan
  • Lembaga ekonomi
  • Lembaga politik
  • Lembaga agama
Fungsi lembaga sosial adalah :
  1. Menjaga keutuhan masyarakat
  2. Menjadi pedoman sistem pengendalian sosial
  3. Menjadi pedoman dalam bertingkah laku untuk menghadapi masalah sosial
d. Stratifikasi sosial
Stratifikasi sosial adalah pembagian kelompok sosial dalam susunan yang bertingkat-tingkat.

2.Tahap Pelaksanaan
Pada tahap pelaksanaan perlu diadakan pengawasan terhadap kekuatan sosial dan perubahan sosial di masyarakat. Caranya adalah dengan mengadakan penelitian terhadap pola kekuasaan  dan wewenang yang ada di masyarakat dan melakukan pengamatan terhadap perubahan yang terjadi.
3.Tahap Evaluasi
Dalam tahap ini, dilakukan analisis dampak sosial  pembangunan. Keberhasilan pembangunan hanya dapat dinilai melalui evaluasi. Dalam tahap ini juga dapat diidentifikasikan terjadinya kekurangan dan kemunduran. Melalui evaluasi dapat dilakukan perbaikan, penambahan, dan peningkatan ke arah yang lebih baik.

No comments:

Post a Comment